Tempatnya Kumpulan Komunitas tante girang yang tukar no hp brondong, tukar info brondong, tukar info Tante girang seluruh Indonesia

Gadis SMP itu Ku entot

Bosan ah cerita tante girang, mau nya cerita daun muda, gadis smp atau sma lah, cerita seks yang mungkin lebih segar, nah berikut adalah cerita lengkap kiriman chepy anak beruntung yang pintar akal untuk mendapatkan kemolekan gadis smp, bagaimana cerita lengkapnya, silahkan berilut ini :

Namaku Chepy, 22 tahun, mahasiswa di sebuah universitas swasta ternama di Jakarta.
Kisahku ini adalah kejadian nyata tanpa aku rekayasa sedikitpun !. Kisahku bermula setahun yang lalu ketika temanku ( Dedy ) mengajakku menemaninya transaski dengan temannya ( Gunawan ). Saya jelaskan saja perihal kedua orang itu sebelumnya. Dedy adalah teman kuliahku dan dia seorang yang rajin dan ulet termasuk dalam hal berbisnis walaupun dia masih kuliah. Gunawan adalah teman kenalannya yang juga seorang anak mantan pejabat tinggi yang kaya raya ( saya tidak tahu apakah kekayaan orang tuanya halal atau hasil korupsi ! ).

Setahun yang lalu Gunawan menawarkan beberapa koleksi lukisan dan patung ( Gunawan sudah mengetahui perihal bisnis Dedy sebelumnya ) milik orang tuanya kepada Dedy, koleksi lukisan dan patung tersebut berusia tua. Dedy tertarik tapi dia membutuhkan kendaraan saya karena kendaraannya sedang dipakai untuk mengangkut lemari ke Bintaro, oleh karena itu Dedy mengajak saya ikut dan saya pun setuju saja. Perlu saya jelaskan sebelumnya, Gunawan menjual koleksi lukisan dan patung tersebut, oleh Dedy diperkirakan karena Gunawan seorang pecandu putaw dan membutuhkan uang tambahan.

Keesokan harinya ( hari Minggu ), saya dan Dedy berangkat menuju rumah Gunawan di kawasan Depok. Setelah sampai di depan pintu gerbang 2 orang satpam berjalan ke arah kami dan menanyakan maksud kedatangan kami. Setelah kami jelaskan, mereka mengijinkan kami masuk dan mereka menghubungi Gunawan melalui telepon. Saya memarkir kendaraan saya dan saya mengagumi halaman dan rumah Gunawan yang amat luas dan indah,

“ Betapa kayanya orang tua Gunawan” bisik dalam hatiku. Kami harus menunggu sebentar karena Gunawan sedang makan.

Sambil menunggu, kami berbicara dengan satpam. Dalam pembicaraan itu, seorang satpam menceritakan kalau Gunawan itu seorang playboy dan suka membawa wanita malam-malam ke rumahnya ketika orang tuanya sedang pergi. Setelah menunggu selang 10 menit, akhirnya Gunawan datang ( saya yang baru pertama kali melihatnya harus mengakui bahwa Gunawan memiliki wajah yang amat rupawan, walau saya pun seorang lelaki dan bukan seorang homo! ). Dedy memperkenalkan saya dengan Gunawan. Setelah itu Gunawan mengajak Dedy masuk ke rumah untuk melihat patung dan lukisan yang akan dijualnya.

Saya bingung apakah saya harus mengikuti mereka atau tetap duduk di pos satpam. Setelah mereka berjalan sekitar 15 meter dari saya, seorang satpam mengatakan sebaiknya kamu ( saya ) ikut mereka saja daripada bosan menunggu di sini ( pos satpam ). Saya pun berjalan menuju rumahnya. Ketika saya masuk , saya tidak melihat mereka lagi. Saya hanya melihat sebuah ruangan yang luas sekali dengan sebuah tangga dan beberapa pintu ruangan. Saya bingung apakah saya sebaiknya naik ke tangga atau mengitari ruangan tersebut ( sebenarnya bisa saja saya teriak memanggil nama Dedy atau Gunawan tapi tindakan itu sangat tidak sopan ! ).

Akhirnya saya memutuskan untuk mengitari ruangan tersebut dengan harapan dapat menemui mereka. Setelah saya mengitari, saya tetap tidak dapat menemukan mereka. Tapi saya melihat sebuah pintu kamar yang pintunya sedikit terbuka. Saya mengira mungkin saja mereka berada di dalam kamar tersebut. Lalu saya membuka sedikit demi sedikit pintu itu dan betapa terkejutnya saya ketika saya melihat seorang anak perempuan sedang tertidur dengan daster yang tipis dan hanya menutupi bagian atas dan bagian selangkangannya, saya bingung harus bagaimana !

Dasar otak saya yang sudah kotor melihat pemandangan paha yang indah, akhirnya saya masuk ke dalam kamar tersebut dan menutup pintu itu. Saya melihat sekeliling kamar itu, kamar yang luas dan indah, beberapa helai pakaian SLTP berserakan di tempat tidur, dan foto anak tersebut dengan Gunawan dan seorang lelaki tua dan wanita tua ( mungkin foto orang tuanya ). Anak perempuan yang sangat cantik, manis dan kuning langsat ! lalu saya melangkah lebih dekat lagi, saya melihat beberapa buku pelajaran sekolah dan tulisan namanya : Elvina kelas 1 C. Masih kelas 1 ! berarti usianya baru antara 11-12 tahun. Lalu saya memfokuskan penglihatan saya ke arah pahanya yang kuning langsat dan indah itu !.

ngin rasanya menjamah paha tersebut tapi saya ragu dan takut. Saya menaikkan pandangan saya ke arah dadanya dan melihat cetakan pentil susu di helai dasternya itu. Dadanya masih kecil dan ranum dan saya tahu dia pasti tidak memakai pakaian dalam ( BH atau kutang ) di balik dasternya itu !.
Wajahnya sangat imut, cantik dan manis ! Akhirnya saya memberanikan diri meraba pahanya dan mengelusnya, astaga….mulus sekali ! Lalu saya menaikkan sedikit lagi dasternya dan terlihatlah sebuah celana dalam ( CD ) warna putih. Saya meraba CD anak itu dan menarik sedikit karet CDnya , lalu saya mengintip ke dalam,….

Astaga ! tidak ada bulunya ! Jantung saya berdetak kencang sekali dan keringat dingin mengalir deras dari tubuh saya. Lalu saya mencium Cdnya, tidak ada bau yang tercium. Lalu saya menarik sedikit lagi dasternya ke atas dan terlihatlah perut dan pinggul yang ramping padat dan mulus sekali tanpa ada kotoran di pusarnya ! Luar biasa !

Otak porno saya pun sangat kreatif juga, saya memberanikan diri untuk menarik perlahan-lahan tali dasternya itu, sedikit-seditkit terlihatlah sebagian dadanya yang mulus dan putih ! ingin rasanya langsung memenggangnya, tapi saya bersabar, lalu saya menarik lagi tali dasternya ke bawah dan akhirnya terlihatlah pentil Elvina yang bewarna kuning kecoklatan ! Jantung saya kali ini terasa berhenti ! Sayapun merasa tubuh saya menjadi kaku. Jari sayapun mencolek pentilnya dan memencet dengan lembut payudaranya. Saya melakukankan dengan lembut, perlahan dan sedikit lama juga, sementara Elvina sendiri masih tertidur pulas. Setelah puas, saya menjilat dan mengulum pentilnya, terasa tawar.

Dasar otakku yang sudah gila, saya pun nekat menarik seluruh dasternya perlahan kearah bawah sampai lepas, sehingga Elvina kini hanya mengenakan celana dalam ( CD ) saja ! Saya memandangi tubuh Elvina dengan penuh rasa kagum. Tiba-tiba Elvina sedikit bergerak, saya kira ia terbangun, ternyata tidak, mungkin sedang mimpi saja. Saya mengelus tubuh Elvina dari atas hingga pusar/perut. Puas mengelus-elus, saya ingin menikmati lebih dari itu ! Saya menarik perlahan-lahan CD Elvina ke arah bawah hingga lepas. Kini Elvina telah telanjang bulat ! Betapa indahnya tubuh Elvina ini , gadis kelas 1 SLTP yang amat manis, imut dan cantik dengan buah dada yang kecil dan ranum serta vaginanya yang belum ada bulunya sehelaipun !

Lalu saya mengelus bibir vaginanya yang mulus dan lembek dan sayapun menciumnya. Terasa bau yang khas dari vaginanya itu ! Dengan kedua jari telunjuk saya, saya membuka bibir vaginanya dengan perlahan-lahan , terlihat dalamnya bewarna kemerah –merahan dengan daging di atasnya . Saya menjulurkan lidah saya ke arah vaginanya dan menjilat-jilat vaginanya itu. Saya deg-degan juga melakukan adegan itu. Saya tahu tindakan saya bisa ketahuan olehnya tapi kejadian ini sulit sekali untuk dilewatkan begitu saja ! Benar dugaan saya !

Pada saat saya sedang asyiknya menjilat vaginanya, Elvina terbangun ! Saya pun terkejut setengah mati ! Untung Elvina tidak teriak tapi hanya menutup buah-dadanya dan vaginanya dengan kedua tangannya. Mukanya kelihatan takut juga. Elvina lalu berkata

“ Siapa kamu, apa yang ingin kamu lakukan ?”. Saya langsung berpikir keras untuk keluar dari kesulitan ini !

Lalu saya mengatakan kepada Elvina: “ Elvina, saya melakukan ini karena Gunawan yang mengijinkannya !”, kataku yang berbohong. Elvina kelihatan tidak percaya lalu berkata

“Tidak mungkin, Gunawan kakakku !”. Pandai juga dia ! Tapi saya tidak menyerah begitu saja.

Saya mengatakan lagi “ Elvina, saya tahu Gunawan kakakmu tapi dia punya hutang yang amat besar pada saya, apakah kamu tega melihat kakakmu terlibat hutang yang amat besar ? Apakah kamu tidak kasihan pada Gunawan ?, kalau dia tidak melunasi hutangnya, dia bisa dipenjara ” kataku sambil berbohong . Elvina terdiam sejenak.

Saya berusaha menenangkan Elvina sambil mengelus rambutnya. Elvina tetap terdiam. Sayapun dengan lembut menarik tangannya yang menutupi kedua buah dadanya. Dia kelihatannya pasrah saja dan membiarkan tangannya ditarik oleh saya. Terlihat lagi kedua buah dadanya yang indah dan ranum itu ! Saya mencium pipinya dan berkata

“Saya akan selalu mencintaimu, percayalah !”. Saya merebahkan tubuhnya dan menarik tangannya yang lain yang menutupi vaginanya. Akhirnya dia menyerah dan pasrah saja terhadap saya. Saya tersenyum dalam hati. Saya langsung buru-buru membuka seluruh pakaian saya untuk segera menuntaskan “ tugas “ ini ( maklum saja, kalau terlalu lama, transaksi Gunawan dengan Dedy selesai, sayapun bisa ketahuan, ujung-ujungnya saya bisa saja terbunuh ! ).

Saya langsung mencium mulut Elvina dengan rakus. Elvina kelihatannya belum pernah ciuman sebelumnya karena dia masih kaku. Lalu saya mencium lehernya dan turun ke arah buah dadanya. Saya menyedot kedua buah dadanya dengan kencang dan rakus dan meremas-remas kedua buah dadanya dengan sangat kuat, Elvina kelihatannya kesakitan juga dengan remasan saya itu, Sayapun menarik-narik kedua pentilnya dengan kuat !

“Sakit kak “ kata Elvina. Saya tidak lagi mendengar rintihan Elvina. Saya mengulum dan menggigit pentil Elvina lagi sambil tangan kanan saya meremas kuat pantat Elvina. Setelah puas, saya membalikkan badan Elvina sehingga Elvina tengkurap.

Saya jilat seluruh punggung Elvina sampai ke pantatnya. Saya remas pantat Elvina kuat-kuat dan saya buka pantatnya hingga terlihat anusnya yang bersih dan indah. Saya jilat anus Elvina, terasa asin sedikit ! Dengan jari telunjuk saya, saya tusuk-tusuk anusnya, Elvina kelihatan merintih atas tindakan saya itu. Saya angkat pantat Elvina, saya remas bagian vagina Elvina sambil ia nungging ( posisi saya di belakang Elvina ). Elvina sudah seperti boneka mainan saya saja !. Setelah puas , saya balikkan lagi tubuh Elvina sehingga ia terlentang, saya naik ke atas kepala Elvina dan menyodorkan penis saya ke mulut Elvina.

“ Jilat dan kulum !” kataku. Elvina ragu juga pada awalnya, tapi saya terus membujuknya dan akhirnya ia menjilat juga.
Penis saya terasa enak dan geli juga dijilat olehnya, seperti anak kecil yang menjilat permen lolipopnya.

“Kulum !” kataku, dia lalu mengulumnya. Saya dorong pantat saya sehingga penis saya masuk lebih dalam lagi, kelihatannya dia seperti mau muntah karena penis saya menyentuh kerongkongannya dan mulutnya yang kecil kelihatan sulit menelan sebagian penis saya sehingga ia sulit bernapas juga. Sambil ia mengulum penis saya, tangan kanan saya meremas kuat-kuat payudaranya yang kiri hingga terlihat bekas merah di payudaranya.
Saya langsung melepaskan kuluman itu dan menuju ke vaginanya. Saya jilat vaginanya sepuas mungkin, lidah saya menusuk vaginanya yang merah pink itu lebih dalam, Elvina menggerak-gerakkan pantatnya kiri-kanan, atas-bawah, entah karena kegelian atau mungking ia menikmatinya juga. Sambil menjilat vaginanya, kedua tangan saya meremas-remas pantatnya.

Akhirnya saya ingin menjebol vaginanya. Saya naik ke atas tubuh Elvina, saya sodorkan penis saya ke arah vaginanya. Elvina kelihatan ketakutan juga,

“ Jangan kak, saya masih perawan !”, Nah ini dia ! saya membujuk Elvina dengan rayuan-rayuan manis. Elvina terdiam pasrah. Saya tusuk penis saya yang besar itu yang panjangnya 18 cm dan diameter 6 cm ke vaginanya yang kecil sempit tanpa bulu itu ! Sulit sekali awalnya tapi saya tidak menyerah. Saya lebarkan kedua kakinya hingga ia sangat mengangkang dan vaginanya sedikit terbuka lagi, saya hentakkan dengan kuat pantat saya dan akhirnya kepala penis saya yang besar itu berhasil menerobos vaginanya !

Elvina mencakar tangan saya sambil berkata “ sakitttt !!!” saya tidak peduli lagi dengan rintihan dan tangisan Elvina ! Sudah sepertiga penis saya yang masuk. Saya dorong-dorong lagi penis saya ke dalam lobang vaginanya dan akhirnya amblas semua ! Dan seperti permainan sex pada umumnya, saya tarik-dorong, tarik-dorong, tarik-dorong, terus-menerus ! Elvina memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya. Tangan saya tidak tinggal diam, saya remas kedua buah dadanya dengan sangat kuat hingga ia kesakitan dan saya tarik-tarik pentilnya yang kuning kecoklatan itu kuat-kuat ! Saya memainkan irama cepat ketika penis saya menghujam vaginanya.

Baru 5 menit saya merasakan cairan hangat membasahi penis saya, pasti ia mencapai puncak kenikatannya. Setelah bermain 15 menit lamanya, saya merasakan telah mencapai puncak kenikmatan, saya tumpahkan air mani saya kedalam vaginanya hingga tumpah ruah. Saya puas sekali ! Saya peluk Elvina dan mencium bibir, kening dan lehernya. Saya tarik penis saya dan saya melihat ada cairan darah di sprei kasurnya. Habislah keperawanannya !.

Setelah itu saya lekas berpakaian karena takut ketahuan. Saya ambil uang 300.000 rupiah dari saku saya dan saya berikan ke Elvina ,

“ Elvina, ini untuk uang jajanmu, jangan bilang ke siapa-siapa yah “, Elvina hanya terdiam saja sambil menundukkan kepala dan menutupi kedua buah dadanya dengan bantal. Saya langsung keluar kamar dan menunggu saja di depan pintu masuk. Sekitar 10 menit kemudian Gunawan dan Dedy turun sambil menggotong lukisan dan patung. Ternyata mereka transaksinya bukan hanya lukisan dan patung saja tapi termasuk beberapa barang antik lainnya. Pantasan saja mereka lama !

Akhirnya saya dan Dedy permisi ke Gunawan dan ke kedua satpam itu. Kami pergi meninggalkan rumah itu. Dedy puas dengan transaksinya dan saya puas telah merenggut keperawanan adik Gunawan. Ha ha ha ha ha, hari yang indah dan takkan terlupakan !

Enaknya tubuh gadis smp, andai saja tente girang di selingi tubuh gadis abg pasti tetap seru, walau banyak orang berbeda selera dan banyak juga yang lebih doyan stw atau tante tante. tapi tetap juga banyak orng suka abg terutama om-om genit.

Ku goyang pembantuku Sendiri

Berikut adalah cerita saduran dari seseorang, cerita yang dikirim lengkap dari seorang yang bernama johan, johan sendiri menyadur cerita ini dari sumber lain, seilahkan menyimak cerita seks yang di bumbui sebuah adegan yang menegangkan anara majikan dan pembantu. Ceita Ini Disadur Dari Penulis Aslinya yang namanya Amin Suhendra..

Pembantu Binal
Kejadian ini terjadi tepatnya pada tahun 2006, Gue berasal dari suatu keluarga yang cukup berada di bilangan Jakarta Timur.
Gue merupakan anak ke empat dari lima bersaudara yang sekarang berumur 25 tahun... gue punya pembokat namanya Tami yang sampai sekarang masih setia ngabdi di keluarga gue semenjak masih gadis hingga udah menikah dan kemudian cerai dengan suaminya.
Kriteria pembokat gue dengan postur body menantang toket ukuran 36 B plus bokong yang bak bemper yang padet, tinggi badannya kira kira 160 dan berkulit putih.... karena pembantu gue ini orang asal Kota Bandung, umurnya sekarang kira kira 29 tahun. silakan bayangkan gimana bodynya, gue aja kalo liat dia lagi ngepel langsung otomatis dede yang di dalem celana langsung mengeliak saat bongkahan dadanya memaksa keluar dari celah kerah bajunya.

Terkadang di pikiran gue terlintas pemikiran kapan yang bisa nyicipin tubuh montok pembokat gue yang aduhai itu... udah naga bonar gak bisa di ajak kompromi lagi, liat sedikit aja langsung bangun dari tidurnya...
Pernah suatu hari gue lagi mau ganti baju di dalam kamar pas waktu itu gue lupa ngunci pintu... tiba tiba gue kaget pembokat gue masuk tanpa ngetuk ngetuk lagi, mungkin dia pikir udah lama kerja sama keluarga gue n udah kenal gue dari gue masih SD...
"Eh..., lagi ganti baju ya... Min" kata pembantu gue sambil buka pintu kamar gue tanpa ada rasa kegelisahan apa apa saat liat gue gak pake apa apa... cuma tinggal CD aja yang belom gue lepas.
"Mbak, ketok dulu dong kalo mau masuk kamar Amin... gimana kalo pas masuk Amin lagi telanjang..." celetuk gue sama dia
"Emangnya kenapa sih Min, saya kan udah lama kerja di keluarga Amin... ,lagian'kan waktu masih SD juga kamu suka pake CD aja kalo di rumah...". Kata Tami sama gue yang kayaknya acuh terhadap posisi gue yang telanjang.
"Mbak... itu'kan dulu, waktu saya masih SD. Sekarang'kan saya sudah besar... Mbak memang gak malu yah liat saya kalo telanjang bulat gak pake apa apa..." celetuk asal keluar dari mulut.
"Iiiihhh.... malu gapain... lagian saya juga gak mau liat... yah udah sana kalo mau ganti baju, mbak mau beresin kamar kamu nih yang berantakan mulu tiap hari kayak kandang sapi..."
Karena dia menjawab dengan rasa yang tidak keberatan kalo gue ganti baju disaat ada dia. Dengan santai gue mulai turunin CD gue yang nutupin kontol gue yang udah mulai agak kenceng dikit...
Tanpa sengaja gue tangkap lirikan matanya yang memandang ke arak selangkangan gue yang di tumbuhin rambut yang lebat...

"Nah... tuh ngeliatin mulu... katanya tadi mbak Tami gak mau liat, sekarang liat mulu..."
"Siapa yang liat... wong saya lagi beresin sprei yang berantakan ini kok..." bantah dia karena malu mungkin kepergok ngelihat kearah selangkangan gue.
AKhirnya gue tinggal dia di dalam kamar gue yang sedang beresin kamar gue yang berantakan itu, di luar gue jadi teringat gimana yah caranya buat bisa nikmatin tubuh pembantu gue yang bahenol ini... dan gue rasa dia juga kayaknya penasaran sama kontol gue yang gede ini... buktinya beberapa kali gue pergokin dia ngelirik terus kearah gue.

Pas suatu hari libur, hari minggu keluarga gue pada pergi ke rumah kerabat gue yang mau nikahin anaknya.
"Min... kamu mau ikut gak. Mama semuanya mau pergi ke pesta pernikahan anaknya tante Ami di Bandung...". Tanya Mama gue.
"Kapan pulangnya Ma,..." Jawab gue sambil ngucek ngucek mata karena baru bangun...
"Mhhhmmm,... mungkin 2 hari deh baru pulang dari Bandung, kan capek dong Min kalo langsung pulang...
kamu tanya kapan pulang, kamu mau ikut gak... atau mau di rumah saja" tanya mamaku kembali...
"Kayaknya dirumah aja deh Ma... abis capek ah, jauh... lagian besok Amin ada acara sama teman teman Amin..." jawabku
ku seraya kembali membenamkan kepalaku kembali ke bantal...
"Yah udah... mama mau berangkat jalan kamu baik baik yah jaga rumah... mau apa minta aja sama Mbak Tami yaa..."
"Tami... Tami... Tami..." panggil Mamaku
"Iya Nyah..., Maaf saya lagi nyuci. Kurang denger tadi Nyonya panggil. Kenapa Nya..." Jawab Mbak Tami
Sambil datang dari belakang yang ternyata sedang cuci baju... baju yang dikenakan sebetulnya tidaklah menantang, namun
karena terkena air sewaktu mencuci menjadi bagian paha dan dadanya seakan transparan menantang...
"Tami... kamu jaga rumah yah selama saya dan tuan pergi ke Bandung"
"Iya Nyah... ," jawab kembali pembokat gue itu ke mama gue...

Setelah kira kira selang beberapa jam setelah keberangkatan mamaku... akhirnya Gue keluar dari kamar hendak buang air kecil.
Perlu Bro2 ketahui jarak antara tempat pembantu gue nyuci sama kamar mandi deket banget... waktu gue jalan ke kamar mandi, gue liat pembantu gue yang lagi nyuci baju dengan posisi duduknya yang buat naga di dalam cd gue bangun...
Pembantu gue pake T-shirt putih yang tipis karena dah lama di tambah lagi kaosnya kena air, secara langsung keliatan jelas banget BH krem yang dipake pembantu gue berserta paha mulusnya yang udah agak terbuka karena duduknya hingga keliatan CD putihnya...
"Anjriiit, mulus juga nih pembantu gue meskipun udah janda anak satu tapi dari paha dan teteknya masih keliatan kenceng, kayak cewek yang belum pernah kesentuh sama laki laki".oceh gue dalam hati sambil kencing trus ngelirik ke pahanya yang mulus itu.

Sambil kencing gue mikir gimana caranya buka omongan sama pembantu gue, biar gue bisa agak lamaan liat CD dan teteknya yang aduhai itu... pantes banyak tukang sayur selalu suka nanyain Mbak Tami mulu kalo tiap pagi...

"Mbak gimana kabar Ani, sekarang udah umur berapa... Mbak Tami kok bisa sampai cerai sih sama suaminya"Iseng gue tanya seputar hubungan dia sama mantan suaminya yang sekarang udah cerai, dan kenapa bisa sampai cerai... gugup juga sih gua waktu nanyanya kayak gue nih psikolog aja...

"Kok tiba tiba Amin tanya tentang itu sih sama Mbak...? "
"Gak pa pa kan Mbak... ?"
"Anak mbak sekarang udah umur lima tahun, mbak cerai sama suami mbak karena dia pengangguran... mau nya enak doang.
Mau bikinnya tapi gak mau besarin. Ya... lebih baik mbak minta cerai aja. masa sih mbak sendiri yang banting tulang cari uang,
sedangkan suami mbak cuman bangun, makan, main judi sampai subuh... males Min punya suami pengangguran, lebih baik
sendiri... sama aja kok" Jawab pembantu ku panjang lebar, seraya tangannya tetap membilas baju yang sedang ia cuci.

Ini dia masuk ke dalam dialog yang sebenarnya... akhirnya pembicaraan yang gue maksud agar gue arahin pembicaraan hingga tentang persoalan hubungan intim.

"Lah... bukannya enakan punya suami, mbak... daripada gak ada..."
"Enak dari mananya Min... punya suami sama gak punya sama aja ah..."
"Loh beda dong mbak..."
"Beda dari mananya Mih... coba jelasin, aah kamu ngomongnya kayak kamu dah pernah ngerasain menikah aja sih Min..."
tanya pembantuku sambil bercanda kecil.
"Yah beda lah mbak... dulu kalo masih ada suami kan kalo lagi pengen tinggal minta sama suami mbak... sekarang udah cerai
pas lagi pengen... mau minta sama siapa..." Jawab gue sambil menjuruskan kalimat kalimat yang gue tuju ke hal yang gue
inginin.
"Maksud Amin apa sih... mau apa. Ngomongnya jangan yang bikin mbak bingung dong Min..."
"Gini mbak, maksudnya apa mbak gak pernah pengen atau kangen sama ini nya laki laki..." waktu gue ngomong gitu sambil gue turunin dikit celana pendek gue, trus gue keluarin punya gue ngadep ke depan mukanya...

"Iiih gede banget punya kamu Min... punya mantan suami mbak sih gak begitu gede kayak gini..." Jawab mbak Tami sambil melotot ke kontol gue yang udah Super tegang, karena dari tadi udah minta di keluarin.
"Kangen gak sama Kontol laki laki mbak..." tanya Gue kembali yang sempat membuyarkan pandangan mbak Tami yang dari
setadi tak lepas memandang kontolku terus.
"...... waduh mbak gak tahu deh Min..., kalo punya mbak dimasukin sama punya kamu yang gede kayak gini. Gimana rasanya
mbak gak bisa ngebayangin..."
"Lho... mbak saya kan gak tanya apa rasanya di masukin sama punya saya yang lebih gede dari punya mantan suami mbak. Saya kan cuman tanya apa mbak gak kangen sama punyanya laki laki2 Padahal didalam hati gue udah tahu keinginan dia yang pengen ngerasain kontol gue yang super size ini...
"mmmmhhhhh... maksud mbak Tami sih... yah ada kangen sama punya laki laki... tapi kadang kadang mbak tahan aja, abis
mbak kan dah cerai sama suami... " jawab mbak Tami yang keliatan di pipinya merona karena merasa jawabannya ngawur
dari apa yang gue tanyain ke dia"
"Mbak... boleh gak saya pegang tetek mbak "
"Iiihh... Min kok mintanya sama mbak sih, minta dong sama pacar Amin... masa sama mbak..."
"Yah... gak pa pa sih, saya mau ngerasain begituan sama mbak Tami... gimana sih begitu sama ce yang udah pernah punya
anak... boleh yah mbak... " kata gue sambil mendekatkan kontol gue lebih dekat ke mulutnya...
"iiih Amin... punya kamu kena mulut mbak nih... memangnya kamu gak malu gituan sama mbak Tami..." jawab mbak dian sambil merubah posisi duduknya sambil menghadap ke kontol gue dan ngelepasin baju yang sedang dia bilas...
"Yah gak lah kan gak ada yang tahu... lagian kan gak ada yang tahu, kan sekarang gak ada orang selain mbak Tami sama saya"
jawab gue sambil yakinin ke dia, biar di mau kasih yang gue pengen.
"Tapi jangan keterusan yah... trus kamu mau di apain sama mbak..."
"Mbak mulutnya di buka dikit dong, saya mau masukin punya saya ke dalam mulut mbak Tami..."
"Iih... gak ah jijik... masa punya kamu di masukin ke dalam mulut mbak... mbak gak pernah lakuin kayak gini sama mantan
suami mbak, gak ahh... " tapi posisi tangannya sekarang malah megang kontol gue sambil ngocok ngocok maju mundur.
"Cobain dulu mbak enak loh... anggap aja mbak Tami lagi kemut permen lolipop atau es krim yang panjang" rayu gue ngarep
mbak Tami mau masukin kontol gue ke dalam mulutnya yang mungil itu.

Akhirnya permintaan gue diturutin tanpa banyak ngomong lagi mbak Tami majuin mukanya kearah kontol gue yang udah
super tegang itu kedalam mulutnya yang mungil... sementara dia emut kontol gue maju mundur yang terkadang di selingin jilatan jilatan yang bikin gue pegang kepalanya trus gue tarik maju hingga kepala kontol gue mentok sampe kerongkongan mbak Tami.
"Ooooooh... mbak emut truuuus mbak.... ennnnak banget" sambil tangan gue mulai turun megang teteknya yang mengoda itu.
Tangan gue masuk lewat kerah kaosnya, trus langsung gue remes kera teteknya... Tangan mbak Tami juga kayaknya gak mau
kalah sama gue. Dia malah makin ngedorong pantat gue dengan tangannya hingga hidungnya nempel sama jembut gue...

Karena tempatnya kurang tepat untuk bertempur lalu gue ajak mbak Tami ke ruangan tengah sambil ngemut kontol gue jalan ke ruangan tengah. Perlu di ketahui mbak Tami merangkak seperti anjing yang haus sex gak mau lepas dari kontol gue, merangkak berjalan ngikutin langkah kaki gue yang mundur ke arah ruang tengah.

Gue liat mulutnya yang mungil sekarang terisi kontol gue... tangannya sambil remas remas buah dadanya sendiri...
" Mbak Tami lepasin dulu dong kontol saya, buka dulu baju mbak Tami. Entarkan mbak juga nikmatin sepenuhnya punya saya..."
" Min.... punya kamu enak banget... mbak kira dari dulu jijik kalo liat ce ngemut punyanya cowok... ehh ternyata nikmatnya
bener bener bikin ketagihan Min..."

Dengan cepat mbak Tami membuka seluruh baju dan roknya yang tadi basah karena kena air... Wooow, sungguh pemandangan yang sangat indah... kini di hadapan gue telah ada seorang wanita yang telanjang tanpa tertutup sehelai benang... berjalan menghampiri gue dengan posisi doggie style mbak dian kembali memasukkan kontol gue ke dalam mulutnya yang mungil itu.

Dengan jelas bisa gue liat buah dada yang gelantungan dan bongkahan pantat yang begitu padat, yang selama ini udah banyak bikin kontol gue penasaran pengen di selipin diantara bongkahan itu...
nafas suara mbak Tami semakin lama semakin membara terpacu seiringin dengan birahi yang selama ini terkubur di dalam dirinya. Sekarang terbangun dan mendapatkan suatu kepuasan seks yang selama ini ia tahan tahan.
Sementara mbak dian ngemut kontol gue, gue remas teteknya yang menantang itu terkadang gue pegang MQ nya yang ternyata udah banjir oleh cairan kenikmatan.
Gue tusuk tusuk jari tengah gue ke dalam memeknya hingga mbak Tami ngeluarin desahan sambil meluk pantat gue...

" Mmmmhhhhh..... ooooooohhhhhh......" desahannya begitu menambah gue buat semakin cepat menusuk nusuk liang kenikmatannya semakin cepat.
"Min.....OOooooohhhh.... Min... enak Min... enak...." Desahan mbak Tami benar benar membuat semakin terangsang...
tusukan jari yang gue sodok sodok pun semakin gencar...

" Aaaaaahhhh.... Amiiiinnnn.... OOOhhhhh Ammiiiinn... mbakkkkk..... mmmmbbaa..... klllluuuaar... " bersamaan dengan desahan mbak Tami yang panjang, akhirnya mbak Tami telah mencapai puncak kenikmatannya yang terasa di jari tengah yang
gue sodok sodok ke lubang Memek nya waktu mbak Tami menyemprot cairan kenikmatannya....
Karena mbak Tami telah mengalami organismenya yang pertama, maka Gue pun tak mau kala. Irama sodokkan kontol gue percepat kedalam mulut mbak Tami berkali kali hingga desahan panjang gue pun mulai keluar yang menandakan sperma gue akan muncrat...

" Mbak, Amin mau kkkkelllluaaar.... aaaaahhhh.... sedot mbak... sedot peju Amin.... " kata gue sama Mbak Tami sambil menahan kepalanya untuk memendamkan kontol gue hingga masuk ke tenggorokannya. Namun Mbak Tami meronta-ronta tidak menginginkan sperma gue keluar di dalam mulutnya... sia-sia rontahan mbak Tami, Sperma gue akhirnya keluar hingga penuh di dalam mulutnya.
Crroooot.... Crooot... crooot... akhirnya Gue semburkan berkali kali peju gue di dalam mulut mbak Tami. Meskipun pada saat Mbak Tami tidak ingin menelan Sperma gue namun gue memaksanya untuk menelannya dan menikmati Sperma gue yang segar itu.

Posisi mbak Tami masih sama seperti sebelumnya, namun sekarang kakinya seperti kehilangan tenaga untuk menahan berat badannya mengalami kenikmatannya... dari sela sela bibirnya mengalir sisa spermaku yang di jilat kembali. Tubuh mbak Tami kini terkapar tak berdaya namun menampilkan sosok wajah penuh dengan kepuasan yang selama ini tak ia dapatkan.
Melihat expresi wajahnya membuat gue kembali semakin nafsu... karena dari tadi gue anggap hanyalah pemanasan.

Capek nulis nih, udah mau pagi, bersambung dulu ah... sampai besok ya... nantikan besok setelah mood gw ada lagi buat nulis cerita seks yang membuat birahi naik lagi.

Tante Chintya

Cerita tante girang emang gak ada habisnya, selalu saya menarik untuk di ikuti, dalam perjalanan blog ini, sudah banyak cerita-cerita tante girang yang kami berikan, dan semua cerita itu mendapatkan banyak aplous dari pembaca, untuk itu , atas rasa terima kasih kami, kami berikan lagi cerita dari seorang tante girang bernama Chintya.

Panggil saja namaku Aldi. Usiaku saat ini 27 tahun. Dikampungku ada seorang janda berusia 46 tahun, namanya panggil aja Tente Chintya. Meski usianya sudah kepala empat dan sudah punya 3 orang anak yang sudah besar-besar, namun tubuhnya masih tetap tampak bagus dan terawat.

Tante Chintya mempunyai wajah yang cantik dengan rambut sebahu. Kulitnya putih bersih. Selain itu yang membuatku selama ini terpesona adalah payudara tante Chintya yang luar biasa montok. Perkiraanku payudaranya berukuran 36C. Ditambah lagi pinggul aduhai yang dimiliki oleh janda cantik itu. Bodi tante Chintya yang indah itulah yang membuatku tak dapat menahan birahiku dan selalu berangan-angan bisa menikmati tubuhnya yang padat berisi. Setiap melakukan onani, wajah dan tubuh tetanggaku itu selalu menjadi inspirasiku.

Pagi itu jam sudah menunjukan angka tujuh. Aku sudah bersiap untuk berangkat ke kampus. Motor aku jalankan pelan keluar dari gerbang rumah. Dikejauhan aku melihat sosok seorang wanita yang berjalan sendirian. Mataku secara reflek terus mengikuti wanita itu. Maklum aja, aku terpesona melihat tubuh wanita itu yang menurutku aduhai, meskipun dari belakang. Pinggul dan pantatnya sungguh membuat jantungku berdesir. Saat itu aku hanya menduga-duga kalau wanita itu adalah tante Chintya. Bersamaan dengan itu, celanaku mulai agak sesak karena kon**lku mulai tidak bisa diajak kompromi alias ngaceng berat.
Perlahan-lahan motor aku arahkan agak mendekat agar yakin bahwa wanita itu adalah tante Chintya.

“Eh tante Chintya. Mau kemana tante?” sapaku.

Tante Chintya agak kaget mendengar suaraku. Tapi beliau kemudian tersenyum manis dan membalas sapaanku.

“Ehm.. Kamu Ron. Tante mau ke kantor. Kamu mau ke kampus?” tante Chintya balik bertanya.
“Iya nih tante. Masuk jam delapan. Kalau gitu gimana kalau tante saya anter dulu ke kantor? Kebetulan saya bawa helm satu lagi,” kataku sambil menawarkan jasa dan berharap tante Chintya tidak menolak ajakanku.
“Nggak usah deh, nanti kamu terlambat sampai kampus lho”

Suara tante Chintya yang empuk dan lembut sesaat membuat penisku semakin menegang.

“Nggak apa-apa kok tante. Lagian kampus saya kan sebenarnya dekat,” kataku sambil mataku selalu mencuri pandang ke seluruh tubuhnya yang pagi itu mengenakkan bletzer dan celana panjang. Meski tertutup oleh pakaian yang rapi, tapi aku tetap bisa melihat kemontokan payudaranya yang lekukannya tampak jelas.
“Benar nih Aldi mau nganterin tante ke kantor? Kalau gitu bolehlah tante bonceng kamu,” kata tante Chintya sambil melangkahkan kakinya diboncengan.

Aku sempat agak terkejut karena cara membonceng tante yang seperti itu. Tapi bagaimanapun aku tetap diuntungkan karena punggungku bisa sesekali merasakan empuknya payudara tante yang memang sangat aku kagumi. Apalagi ketika melewati gundukan yang ada di jalan, rasanya buah dada tante semakin tambah menempel di punggungku. Pagi itu tante Chintya aku anter sampai ke kantornya. Dan aku segera menuju ke kampus dengan perasaan senang.

Waktu itu hari sabtu. Kebetulan kuliahku libur. Tiba-tiba telepon di sebelah tempat tidurku berdering. Segera saja aku angkat. Dari seberang terdengar suara lembut seorang wanita.

“Bisa bicara dengan Aldi?”
“Iya saya sendiri?” jawabku masih dengan tanda tanya karena merasa asing dengan suara ditelepon.
“Selamat pagi Aldi. Ini tante Chintya!,” aku benar-benar kaget bercampur aduk.
“Se.. Selamat.. Pa.. Gi tante. Wah tumben nelpon saya. Ada yang bisa saya bantu tante?” kataku agak gugup.
“Pagi ini kamu ada acara nggak Ron? Kalau nggak ada acara datang ke rumah tante ya. Bisa kan?” Pinta tante Chintyay dari ujung telepon.
“Eh.. Dengan senang hati tante. Nanti sehabis mandi saya langsung ke tempat tante,” jawabku. Kemudian sambil secara reflek tangan kiriku memegang kon**lku yang mulai membesar karena membayangkan tante Chintya.
“Baiklah kalau begitu. Aku tunggu ya. Met pagi Aldi.. Sampai nanti!” suara lembut tante Chintya yang bagiku sangat menggairahkan itu akhirnya hilang diujung tepelon sana.

Pagi itu aku benar-benar senang mendengar permintaan tante Chintya untuk datang ke rumahnya. Dan pikiranku nglantur kemana-mana. Sementara tanganku masih saja mengelus-elus penisku yang makin lama, makin membesar sambil membayangkan jika yang memegang kon**lku itu adalah tante Chintya. Karena hasratku sudah menggebu, maka segera saja aku lampiaskan birahiku itu dengan onani menggunakan boneka didol montok yang aku beli beberapa bulan yang lalu.

Aku bayangkan aku sedang bersetubuh dengan tante Chintya yang sudah telanjang bulat sehingga payudaranya yang montok menunggu untuk dikenyut dan diremas. Mulut dan tanganku segera menyapu seluruh tubuh boneka itu.

“Tante.. Tubuhmu indah sekali. Payudaramu montok sekali tante. Aaah.. Ehs.. Ah,” mulutku mulai merancau membayangkan nikmatnya ML dengan tante Chintya.

Karena sudah tidak tahan lagi, segera saja batang penisku, kumasukkan ke dalam vagina didol itu. Aku mulai melakukan gerakan naik turun sambil mendekap erat dan menciumi bibir boneka yang aku umpamakan sebagai tante Chintya itu dengan penuh nafsu.

“Ehm.. Ehs.. Nikmat sekali sayang..” kon**lku semakin aku kayuh dengan cepat.
“Tante.. Nikmat sekali memekmu. Aaah.. Punyaku mau keluar sayang..” mulutku meracau ngomong sendiri.

Akhirnya tak lama kemudian penisku menyemburkan cairan putih kental ke dalam lubang vagina boneka itu. Lemas sudah tubuhku. Setelah beristirahat sejenak, aku kemudian segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan kon**l dan tubuhku.

Jarum jam sudah menunjuk ke angka 8 lebih 30 menit. Aku sudah selesai mandi dan berdandan.

“Nah, sekarang saatnya berangkat ke tempat tante Chintya. Aku sudah nggak tahan pingin lihat kemolekan tubuhmu dari dekat sayang,” gumamku dalam hati.

Kulangkahkan kakiku menuju rumah tante Chintya yang hanya berjarak 100 meter aja dari rumahku. Sampai di rumah janda montok itu, segera saja aku ketuk pintunya.

“Ya, sebentar,” sahut suara seorang wanita dari dalam yang tak lain adalah tante Chintya.

Setelah pintu dibuka, mataku benar-benar dimanja oleh tampilan sosok tante Chintya yang aduhai dan berdiri persis di hadapanku. Pagi itu tante mengenakan celana street hitam dipadu dengan atasan kaos ketat berwarna merah dengan belahan lehernya yang agak ke bawah. Sehingga nampak jelas belahan yang membatasi kedua payudaranya yang memang montok luar biasa. Tante Chintya kemudian mengajakku masuk ke dalam rumahnya dan menutup serta mengunci pintu kamar tamu. Aku sempat dibuat heran dengan apa yang dilakukan janda itu.

“Ada apa sih tante, kok pintunya harus ditutup dan dikunci segala?” tanyaku penasaran.

Senyuman indah dari bibir sensual tante Chintya mengembang sesaat mendengar pertanyaanku.

“Oh, biar aman aja. Kan aku mau ajak kamu ke kamar tengah biar lebih rilek ngobrolnya sambil nonton TV,” jawab tante Chintya seraya menggandeng tanganku mengajak ke ruangan tengah.

Sebenarnya sudah sejak di depan pintu tadi penisku tegang karena terangsang oleh penampilan tante Chintya. Malahan kali ini tangan halusnya menggenggam tanganku, sehingga kon**lku nggak bisa diajak kompromi karena semakin besar aja. Di ruang tengah terhampar karpet biru dan ada dua bantal besar diatasnya. Sementara diatas meja sudah disediakan minuman es sirup berwarna merah. Kami kemudian duduk berdampingan.

“Ayo Ron diminum dulu sirupnya,” kata tante padaku.

Aku kemudian mengambil gelas dan meminumnya.

“Ron. Kamu tahu nggak kenapa aku minta kamu datang ke sini?” tanya tante Chintya sambil tangan kanan beliau memegang pahaku hingga membuatku terkejut dan agak gugup.
“Ehm.. Eng.. Nggak tante,” jawabku.
“Tante sebenarnya butuh teman ngobrol. Maklumlah anak-anak tante sudah jarang sekali pulang karena kerja mereka di luar kota dan harus sering menetap disana. Jadinya ya.. Kamu tahu sendiri kan, tante kesepian. Kira-kira kamu mau nggak jadi teman ngobrol tante? Nggak harus setiap hari kok..!,” kata tente Chintya seperti mengiba.

Dalam hati aku senang karena kesempatan untuk bertemu dan berdekatan dengan tante akan terbuka luas. Angan-angan untuk menikmati pemandangan indah dari tubuh janda itu pun tentu akan menjadi kenyataan.

“Kalau sekiranya saya dibutuhkan, ya boleh-boleh aja tante. Justru saya senang bisa ngobrol sama tante. Biar saja juga ada teman. Bahkan setiap hari juga nggak apa kok”

Tante tersenyum mendengar jawabanku. Akhirnya kami berdua mulai ngobrol tentang apa saja sambil menikmati acara di TV. Enjoi sekali. Apalagi bau wangi yang menguar dari tubuh tante membuat angan-anganku semakin melayang jauh.

“Ron, udara hari ini panas ya? Tante kepanasan nih. Kamu kepanasan nggak?” tanya tante Chintya yang kali ini sedikit manja.
“Ehm.. Iya tante. Panas banget. Padahal kipas anginnya sudah dihidupin,” jawabku sambil sesekali mataku melirik buah dada tante yang agak menyembul, seakan ingin meloncat dari kaos yang menutupinya.

Mata Tante Chintya terus menatapku hingga membuatku sedikit grogi, meski sebenarnya birahiku sedang menanjak. Tanpa kuduga, tangan tante memegang kancing bajuku.

“Kalau panas dilepas aja ya Ron, biar cepet adem,” kata tante Chintya sembari membuka satu-persatu kancing bajuku, dan melepaskannya hingga aku telanjang dada..

Aku saat itu benar-benar kaget dengan apa yang dilakukan tante padaku. Dan aku pun hanya bisa diam terbengong-bengong. Aku tambah terheran-heran lagi dengan sikap tente Chintya pagi itu yang memintaku untuk membantu melepaskan kaos ketatnya.

“Ron, tolongin tante dong. Lepasin kaos tante. Habis panas sih..,” pinta tante Chintya dengan suara yang manja tapi terkesan menggairahkan.

Dengan sedikit gemetaran karena tak menyangka akan pengalaman nyataku ini, aku lepas kaos ketat berwarna merah itu dari tubuh tante Chintya. Dan apa yang berikutnya aku lihat sungguh membuat darahku berdesir dan penisku semakin tegang membesar serta jantung berdetak kencang. Payudara tante Chintya yang besar tampak nyata di depan mataku, tanpa terbungkus kutang. Dua gunung indah milik janda itu tampak kencang dan padat sekali.

“Kenapa Ron. Kok tiba-tiba diam?” tanya tante Chintya padaku.
“E.. Em.. Nggak apa-apa kok tante,” jawabku spontan sambil menundukkan kepala.
“Ala.. enggak usah pura-pura. Aku tahu kok apa yang sedang kamu pikirkan selama ini. Tante sering memperhatikan kamu. Aldi sebenarnya sudah lama pingin ini tante kan?” kata tante sambil meraih kedua tanganku dan meletakkan telapak tanganku di kedua buah dadanya yang montok.
“Ehm.. Tante.. Sa.. Ya.. Ee..,” aku seperti tak mampu menyelesaikan kata-kataku karena gugup. Apalagi tubuh tante Chintya semakin merapat ke tubuhku.
“Ron.. Remas susuku ini sayang. Ehm.. Lakukan sesukamu. Nggak usah takut-takut sayang. Aku sudah lama ingin menimati kehangatan dari seorang laki-laki,” rajuk tante Chintya sembari menuntun tanganku meremas payudara montoknya.

Sementara kegugupanku sudah mulai dapat dikuasai. Aku semakin memberanikan diri untuk menikmati kesempatan langka yang selama ini hanya ada dalam angan-anganku saja. Dengan nafsu yang membara, susu tante Chintya aku remas-remas. Sementara bibirku dan bibirnya saling berpagutan mesra penuh gairah. Entah kapan celanaku dan celana tante lepas, yang pasti saat itu tubuh kami berdua sudah polos tanpa selembar kainpun menempel di tubuh. Permaianan kami semakin panas. Setelah puas memagut bibir tante, mulutku seperti sudah nggak sabar untuk menikmati payudara montoknya

“Uuhh.. Aah..” Tante Chintya mendesah-desah tatkala lidahku menjilat-jilat ujung puting susunya yang berbentuk dadu.

Aku permainkan puting susu yang munjung dan menggiurkan itu dengan bebasnya. Sekali-kali putingnya aku gigit hingga membuat Tante Chintya menggelinjang merasakan kenikmatan. Sementara tangan kananku mulai menggerayangi ‘vagina’ yang sudah mulai basah. Aku usap-usap bibir vagina tante dengan lembut hingga desahan-desahan menggairahkan semakin keras dari bibirnya.

“Ron.. Nik.. Maat.. Sekali sa.. Yaang.. Uuuhh.. Puasilah tante sayang.. Tubuhku adalah milikmu,” suara itu keluar dari bibir janda montok itu.

Aku menghiraukan ucapan tante karena sedang asyik menikmati tubuh moleknya. Perlahan setelah puas bermain-main dengan payudaranya mulutku mulai kubawa ke bawah menuju vagina tante Chintya yang bersih terawat tanpa bulu. Dengan leluasa lidahku mulai menyapu vagina yang sudah basah oleh cairan.

Aku sudah tudak sabar lagi. Batang penisku yang sudah sedari tadi tegak berdiri ingin sekali merasakan jepitan vagina janda cantik nan montok itu. Akhirnya, perlahan kumasukkan batang penisku ke celah-celah vagina. Sementara tangan tante membantu menuntun tongkatku masuk ke jalannya. Kutekan perlahan dan..

“Aaah..” suara itu keluar dari mulut tante Chintya setelah penisku berhasil masuk ke dalam liang senggamanya.

Kupompa penisku dengan gerakan naik turun. Desahan dan erangan yang menggairahkanpun meluncur dari mulut tante yang sudah semakin panas birahinya.

“Aach.. Ach.. Aah.. Terus sayang.. Lebih dalam.. Lagi.. Aah.. Nik.. Mat..,” tante Chintya mulai menikmati permainan itu.

Aku terus mengayuh penisku sambil mulutku melumat habis kedua buah dadanya yang montok. Mungkin sudah 20 menitan kami bergumul. Aku merasa sudah hampir tidak tahan lagi. Batang kemaluanku sudah nyaris menyemprotkan cairan sperma.

“Tante.. Punyaku sudah mau keluar..”
“Tahan seb.. Bentar sayang.. Aku jug.. A.. Mau sampai.. Aaach..” akhirnya tante Chintya tidak tahan lagi.

Kamipun mengeluarkan cairan kenikmatan secara hampir bersamaan. Banyak sekali air mani yang aku semprotkan ke dalam liang senggama tante, hingga kemudian kami kecapekan dan berbaring di atas karpet biru.

“Terima kasih Aldi. Tante puas dengan permainan ini. Kamu benar-benar jantan. Kamu nggak nyeselkan tidur dengan tante?” tanya beliau padaku.

Aku tersenyum sambil mencium kening janda itu dengan penuh sayang.

“Aku sangat senang tante. Tidak kusangka tante memberikan kenikmatan ini padaku. Karena sudah lama sekali aku berangan-angan bisa menikmati tubuh tante yang montok ini”

Tante Chintya tersenyum senang mendengar jawabanku.

“Aldi sayang. Mulai saat ini kamu boleh tidur dengan tante kapan saja, karena tubuh tante sekarang adalah milikmu. Tapi kamu juga janji lho. Kalau tante kepingin.. Aldi temani tante ya.,” kata tante Chintya kemudian.

Aku tersenyum dan mengangguk tanda setuju. Dan kami pun mulai saling merangsang dan bercinta untuk yang kedua kalinya. Hari itu adalah hari yang tidak pernah bisa aku lupakan. Karena angan-anganku untuk bisa bercinta dengan tante Chintya dapat terwujud menjadi kenyataan. Sampai saat ini aku dan tante Chintya masih selalu melakukan aktivitas sex dengan berbagai variasi. Dan kami sangat bahagia.

Bergabunglah di komunitas tante girang bagi anda yang ingin bertukar brondong, atau mungkin ingin ikut perkembangan dunia tante girang indonesia, kami memberikan fasilitas yang special buat anda, apalagi anda yang abru ingin menjadi tante girang, segera email kan email anda yang benar ke alamat kami, kamu akan memfasilitasi anda untuk menjadi member tante girang. Email ke jokodolo8@gmail.com

Gak sengaja Kenal Tante

Cerita tante girang - Siapa yang tak ingin bercinta dengan tante, hampir semua cowok muda sangat ingin merasakan kenikmatan bercinta dengan tante girang, tapi tak semua orang beruntung, lelaik berikut ini yang menceritakan kisahnya dapet tante adalah salah satu lelaki yang beruntung.

Namaku Wawan. Umurku 23 tahun, dan sekarang sedang kuliah di tingkat terakhir di sebuah PTS di Jakarta. Asalku dari Sukabumi, dimana aku menghabiskan masa anak-anak dan remajaku, sampai kemudian aku pindah ke Jakarta empat tahun yang lalu.

Ekonomi keluargaku termasuk pas-pasan. Ayahku hanyalah seorang pensiunan pegawai bank pemerintah di Sukabumi. Sedangkan ibuku bekerja sebagai guru sebuah SMA negeri di sana. Aku tinggal di tempat kos di daerah Jakarta Barat. Karena uang kiriman orang tuaku kadang-kadang terlambat dan terkadang bahkan tidak ada kiriman sama sekali, untuk bertahan hidup, akupun menjadi guru privat anak-anak SMA. Memang aku beruntung dikaruniai otak yang lumayan encer.

Akupun hidup prihatin di ibukota ini, terkadang seharian aku hanya makan supermie saja untuk mengganjal perutku. Aku pikir tidak mengapa, asal aku bisa hemat untuk bisa membeli buku kuliah dan lain sebagainya, sehingga aku bisa lulus dan membanggakan kedua orang tuaku. Terkadang aku iri melihat teman-teman kuliahku. Mereka sering dugem, berpakaian bagus, bermobil, mempunyai HP terbaru, dll.

Salah satu dari teman kuliahku bernama Monika. Dia seorang gadis cantik dan kaya. Ia anak seorang direktur sebuah perusahaan besar di Jakarta. Percaya atau tidak, dia adalah pacarku. Kadang aku heran, kok dia bisa tertarik padaku. Padahal banyak teman laki-laki yang bonafid, mengejarnya. Ketika kutanyakan hal ini, ini bukan ge-er, dia bilang kalau menurutnya aku orang yang baik, sopan dan pintar. Disamping itu, dia suka dengan wajahku yang katanya “cute”, dan perawakanku yang tinggi, tegap, kekar, dan berisi. Nggak percuma juga aku sering latihan karate, renang, bola, dan voli waktu di Sukabumi dulu.

Monika dan aku telah berpacaran semenjak dua tahun belakangan ini. Walaupun kami berbeda status sosial, dia tidak tampak malu berpacaran denganku. Akupun sedikit minder bila menjemputnya menggunakan motor bututku, di rumahnya yang berlokasi di Pondok Indah. Sering orang tuanya, mereka juga baik padaku, menawarkan untuk menggunakan mobil mereka jika kami akan pergi bersama. Tetapi aku memang mempunyai harga diri atau gengsi yang tinggi (menurut Monika pacarku, gengsiku ketinggian), sehingga aku selalu menolak. Kemana-mana aku selalu menggunakan motor bersama Monika.

Monikapun tidak berkeberatan bahkan mengagumi prinsip hidupku. Saat makan atau nonton, aku selalu menolak bila dia akan mentraktirku. Aku bilang padanya sebagai laki-laki aku yang harus bayarin dia. Meskipun tentu saja kami akhirnya hanya makan di rumah makan sederhana dan nonton di bioskop yang murah. Itupun aku lakukan kalau sedang punya uang. Kalau tidak ya kami sekedar ngobrol saja di rumahnya atau di tempat kostku.

Monika adalah gadis baik-baik. Aku sangat mencintainya. Sehingga dalam berpacaran kami tidak pernah bertindak terlalu jauh. Kami hanya berciuman dan paling jauh saling meraba. Memang benar kata orang, bila kita benar-benar mencintai seseorang, kita akan menghormati orang tersebut. Monika pernah bilang padaku, kalau ia ingin mempertahankan keperawanannya sampai ia menikah nanti. Terlebih akupun waktu itu masih perjaka. Mungkin hal ini sukar dipercaya oleh pembaca, mengingat trend pergaulan anak muda Jakarta sekarang.

Keadaanku mulai berubah semenjak beberapa bulan yang lalu. Saat itu aku ditawari sebuah peluang untuk berwiraswasta oleh seorang temanku. Aku tertarik mendengar cerita suksesnya. Terlebih modal yang dibutuhkanpun sangat kecil, sehingga aku berpikir tidak ada salahnya untuk mencoba.

Hasilnya ternyata luar biasa. Mungkin memang karena bidang ini masih banyak peluang, disamping strategi pemasaran yang disediakan oleh program ini sangat jitu. Penghasilankupun per bulan sekarang mencapai jutaan rupiah. Mungkin setingkat dengan level manajer perusahaan kelas menengah.

Bekerjanyapun dapat part-time sambil disambi kuliah. Memang beruntung aku menemukan program ini.
Semenjak itu, penampilanku berubah. Gaya hidup yang sudah lama aku impikan sekarang telah dapat kunikmati. HP terbaru, pakaian bagus, sudah dapat aku beli. Semakin sering aku mengajak Monika untuk makan di restoran mahal serta nonton film terbaru di bioskop 21. Monika sempat kaget dengan kemajuanku. Sempat disangkanya aku berusaha yang ilegal, seperti menjual narkoba. Tetapi setelah aku jelaskan apa bisnisku, dia pun lega dan ikut senang. Disuruhnya aku bersyukur pada Tuhan karena telah memberikan jalan kepadaku.

Hanya satu saja yang masih kurang. Aku belum punya mobil. Setelah menabung dari hasil usahaku selama berbulan-bulan, akhirnya terkumpul juga uang untuk membeli mobil bekas. Kulihat di suratkabar dan tertera iklan tentang mobil Timor tahun 1997 warna gold metalik. Aku tertarik dan langsung kutelpon si penjualnya.

“Ya betul… mobil saya memang dijual”. Suara seorang wanita menjawab di ujung telepon.
“Harganya berapa Bu?”
“Empat puluh delapan juta”
“Kok mahal sih Bu?”
“Kondisinya bagus lho.. Semuanya full orisinil”
Dengan cepat kukalkulasi danaku. Wah.. Untung masih cukup, walaupun aku harus menjual motorku dulu. Tetapi akupun berpikir, siapa tahu harganya masih bisa ditawar. Kuputuskan untuk melihat mobilnya terlebih dahulu.
“Alamatnya dimana Bu?”
Diapun kemudian memberikan alamatnya, dan aku berjanji untuk datang ke sana sore ini sehabis kuliah.
*****
Setelah mencari beberapa lama, sampai juga aku di alamat yang dimaksud.
“Selamat sore” sapaku ketika seorang wanita cantik membuka pintu.
“Oh sore..” jawabnya.
Aku tertegun melihat kecantikan si ibu. Usianya mungkin sekitar 35 tahunan, dengan kulit yang putih bersih, dan badan yang seksi. Payudaranya yang tampak penuh di balik baju “you can see” menambah kecantikannya. Agar pembaca dapat membayangkan kecantikannya, aku bisa bilang kalau si ibu ini 80% mirip dengan Sally Margaretha, bintang film itu.
“Saya Wawan yang tadi siang telepon ingin melihat mobil ibu”
“Oh.. Ya silakan masuk.”
Akupun masuk ke dalam rumahnya.
“Tunggu sebentar ya Wan. Mobilnya masih dipakai sebentar menjemput anakku les. Mau minum apa?”
“Ah.. Nggak usah ngerepotin.. Apa saja deh Bu”
Akupun kemudian duduk di ruang tamu. Tak lama si ibu datang dengan membawa segelas air sirup.
“Kamu masih kuliah ya,” tanyanya setelah duduk bersamaku di ruang tamu
“Iya Bu.. Hampir selesai sih “
“Ayo diminum.. Beruntung ya kamu.. Dibelikan mobil oleh orang tuamu” si ibu berkata lagi.
Kuteguk sirup pemberian si ibu. Enak sekali rasanya menghilangkan dahagaku.
“Oh.. Ini saya beli dari usaha saya sendiri, Bu. Mangkanya jangan mahal-mahal dong” jawabku.
“Wah.. Hebat kamu kalau gitu. Memang usaha apa kok masih kuliah sudah bisa beli mobil”
“Yah usaha kecil-kecilan lah” jawabku seadanya.
“Ngomong-ngomong mobilnya kenapa dijual Bu?”
“Aduh kamu ini ba Bu ba Bu dari tadi. Saya kan belum terlalu tua. Panggil saja tante Sonya.” jawabnya sambil sedikit tertawa genit.
“Mobilnya akan saya jual karena mau beli yang tahunnya lebih baru”
“Oh begitu..” jawabku.
Kemudian tante Sonya tampak melihatku dengan pandangan yang agak lain. Agak rikuh aku dibuatnya. Terlebih tante Sonya duduk sambil menumpangkan kakinya, sehingga rok mininya agak sedikit terangkat memperlihatkan pahanya yang putih mulus.
“Anaknya berapa tante. Terus suami tante kerja dimana?” tanyaku untuk menghilangkan kerikuhanku.
“Anakku satu. Masih SD. Suamiku sudah nggak ada. Dia meninggal dua tahun yang lalu” jawabnya.
“Waduh.. Maaf ya tante”
“Nggak apa kok Wan.. Kamu sendiri sudah punya pacar?”
“Sudah, tante”
“Cantik ya?”
“Cantik dong tante..” jawabku lagi.
Duh, aku makin rikuh dibuatnya. Kok pembicaraannya jadi ngelantur begini. Tante Sonya kemudian beranjak duduk di sebelahku.
“Cantik mana sama tante..” katanya sambil tangannya meremas tanganku.
“Anu.. Aduh.. Sama-sama, tante juga cantik” jawabku sedikit tergagap.
“Kamu sudah pernah begituan dengan pacarmu?”.
Sambil berkata, tangan tante Sonya mulai berpindah dari tanganku ke pahaku.
“Belum.. Tante.. Saya masih perjaka.. Saya nggak mau begituan dulu” jawabku sambil menepis tangan tante Sonya yang sedang meremas-remas pahaku.
Jujur saja, sebenarnya akupun sudah mulai terangsang, akan tetapi saat itu aku masih dapat berpikir sehat untuk tidak mengkhianati Monika pacarku. Mendengar kalau aku masih perjaka, tampak tante Sonya tersenyum.
“Mau tante ajarin caranya bikin senang wanita?” tanyanya sambil tangannya kembali merabai pahaku, dan kemudian secara perlahan mengusap-usap penisku dari balik celana.
“Aduh.. Tante.. Saya sudah punya pacar.. Nggak usah deh..”
“Mobilnya kapan datang sih?” lanjutku lagi.
“Sebentar lagi.. Mungkin macet di jalan. Mau minum lagi? “
Tanpa menunggu jawabanku, tante Sonya pergi ke belakang sambil membawa gelasku yang telah kosong. Lega juga rasanya terlepas dari bujuk rayu tante Sonya. Beberapa menit kemudian, tante Sonya kembali membawa minumanku.
“Ayo diminum lagi” kata tante Sonya sambil memberikan gelas berisi sirup padaku.
Kuteguk sirup itu, dan terasa agak lain dari yang tadi. Tante Sonya kemudian kembali duduk di sebelahku.
“Ya sudah.. Kamu memang setia nih ceritanya.. Kita ngobrol aja deh sambil menunggu mobilnya datang, OK?”
“Iya tante..” jawabku lega.
“Kamu ngambil jurusan apa?”
“Ekonomi, tante”
“Kenal pacarmu di sana juga?”
Waduh.. Aku berpikir kok si tante kembali nanyanya yang kayak begituan.
“Iya dia teman kuliah”
“Ceritain dong gimana ketemuannya”
Yah daripada diminta yang nggak-nggak, aku setuju saya menceritakan padanya tentang kisahku dengan Monika. Kuceritakan bagaimana saat kami berkenalan, ciri-cirinya, acara favorit kami saat pacaran, tempat-tempat yang sering kami kunjungi.
Setelah beberapa lama bercerita, entah mengapa nafsu birahiku terangsang hebat. Akupun merasakan sedikit keringat dingin mengucur di dahiku.
“Kenapa Wan.. Kamu sakit ya” tanya tante Sonya tersenyum sambil kembali meremas tanganku.
Tangannya kemudian beralih ke pahaku dan kembali diusap dan diremasnya perlahan.
“Anu tante rasanya kok agak aneh ya?” jawabku.
“Tapi enak kan?”
Tante Sonyapun kemudian mendekatkan wajahnya ke wajahku, dan kemudian bibir kamipun telah saling berpagut. Tak kuasa lagi aku menolak tante Sonya. Nafsuku telah sampai di ubun-ubun.
“Saya tadi dikasih apa tante” tanyaku lirih.
“Ah.. Cuma sedikit obat kok. Supaya kamu bisa lebih rileks” jawabnya sambil tangannya mulai membuka retsleting celanaku.
“Ayo, tante ingin merasakan penismu yang masih perjaka itu” lanjutnya sambil kembali menciumi wajahku.
Tante Sonyapun kemudian membuka celanaku beserta celana dalamnya sekaligus.
“Hmm.. Besar juga ya punyamu. Tante suka tongkol besar anak muda begini”.
Tangannya mulai mengocok penisku perlahan. Kemudian tante Sonya merebahkan kepalanya dipangkuanku. Diciumnya kepala penisku, dan lantas dengan bernafsu dikulumnya penisku yang sudah tegak menahan gairah berahi.
“Ah.. Tante..” desahku menahan nikmat, ketika mulut tante Sonya mulai menghisap dan menjilati penisku.
Tangan tante Sonyapun tak tinggal diam. Dikocoknya batang penisku, dan diusap-usapnya buah zakarku. Setelah sekian lama penisku dipermainkannya, kembali tante Sonya bangkit dan menciumiku.
“Kita lanjutin pelajarannya di kamar yuk sayang..” bisiknya.
Akupun sudah tak kuasa menolak. Nafsu berahi telah menguasai diriku. Kamipun beranjak menuju kamar tidur tante Sonya di bagian belakang rumah. Sesampainya aku di kamar, tante Sonya kembali menciumiku. Kemudian tangankupun diraihnya dan diletakkan di payudaranya yang membusung.
“Ayo sayang.. Kamu remas ya”
Kuikuti instruksi tante Sonya dan kuremas payudara miliknya. Tante Sonyapun terdengar mengerang nikmat.
“Sayang… tolong bukain baju tante ya”.
Tante Sonya membalikkan badan dan akupun membuka retsleting baju “you can see”nya. Setelah terbuka, tante Sonya kembali berbalik menghadapku.
“BHnya sekalian donk sayang..” ujarnya.
Kuciumi kembali wajahnya yang ayu itu, sambil tanganku mencari-cari pengait BH di punggungnya.
“Aduh.. Kamu lugu amat ya.. Tante suka..” katanya disela-sela ciuman kami.
“Pengaitnya di depan, sayang..”
Kuhentikan ciumanku, dan kutatap kembali BHnya yang membungkus payudara tante Sonya yang besar itu. Kubuka pengaitnya sehingga payudara kenyal itupun seolah meloncat keluar.
“Bagus khan sayang.. Ayo kamu hisap ya..”
Tangan tante Sonya merengkuh kepalaku dan didorong ke arah dadanya. Tangannya yang satunya lagi meremas payudaranya sendiri dan menyorongkannya ke arah wajahku.
“Ah.. Enak.. Anak pintar.. Sshh” desah tante Sonya ketika aku mulai menghisap payudaranya.
“Jilati putingnya yang..” instruksi tante Sonya lebih lanjut. Dengan menurut, akupun menjilati puting payudara tante Sonya yang telah mengeras.
Kemudian aku kembali menghisap sepasang payudaranya bergantian. Setelah puas aku hisapi payudaranya, tante Sonya kemudian mengangkat kepalaku dan kembali menciumiku.
“Sekarang kamu buka rok tante ya”
Tante Sonya merengkuh tanganku dan diletakkannya di pantatnya yang padat. Kuremas pantatnya, lalu kubuka retsleting rok mininya. Aku terbelalak melihat Tante Sonya ternyata menggunakan celana dalam yang sangat mini. Seksi sekali pemandangan saat itu. Tubuh tante Sonya yang padat dengan payudara yang membusung indah, ditambah dengan sepatu hak tinggi yang masih dikenakannya.
Kembali tante Sonya mencium bibirku. Lantas ditekannya bahuku, membuatku berlutut di depannya. Tangan tante Sonya lalu menyibakkan celana dalamnya sehingga vaginanya yang berbulu halus dan tercukur rapi nampak jelas di depanku.
“Cium di sini yuk sayang..” perintahnya sambil mendorong kepalaku perlahan.
“Oh..my god.. Sshh” erang tante Sonya ketika mulutku mulai menciumi vaginanya.
Kujilati juga vagina yang berbau harum itu, dan kugigit-gigit perlahan bibir vaginanya.
“Ahh.. Kamu pintar ya.. Ahh” desahnya.
Tante Sonya lantas melepaskan celana dalamnya, sehingga akupun lebih bebas memberikan kenikmatan padanya.
“Jilat di sini sayang..” instruksi tante Sonya sambil tangannya mengusap klitorisnya.
Kujilati klitoris tante Sonya. Desahan tante Sonya semakin menjadi-jadi dan tubuhnya meliuk-liuk sambil tangannya mendekap erat kepalaku. Beberapa saat kemudian, tubuh tante Sonyapun mengejang.
“Yes.. Ah.. Yes..” jeritnya.
Liang vaginanya tampak semakin basah oleh cairan kewanitaannya. Kusedot habis cairan vaginanya sambil sesekali kuciumi paha mulus tante Sonya. Tak percuma ilmu yang kudapat selama ini dari pengalamanku menonton dan mengkoleksi video porno.
“Kita terusin di ranjang yuk..” ajaknya setelah mengambil nafas panjang.
Akupun kemudian melucuti semua pakaianku. Tante Sonya lalu membuka sepatu hak tingginya, sehingga sambil telanjang bulat, kami merebahkan diri di ranjang.
“Ciumi susu tante lagi dong yang..”
Aku dengan gemas mengabulkan permintaannya. Payudara tante Sonya yang membusung kenyal, tentu saja membuat semua lelaki normal, termasuk aku, menjadi gemas. Sementara mulutku sibuk menghisap dan menjilati puting payudara tante Sonya, tangannya menuntun tanganku ke vaginanya. Akupun mengerti apa yang ia mau. Tanganku mulai mengusap-usap vagina dan klitorisnya.
Tante Sonya kembali mengerang ketika nafsu berahinya bangkit kembali. Ditariknya wajahku dari payudaranya dan kembali diciuminya bibirku dengan ganas. Selanjutnya, tante Sonya menindih tubuh atletisku. Dijilatinya dada bidangku dan kedua putingnya dan kemudian perut sixpackku pun tak lupa diciuminya.
Sesampainya di penisku, dengan gemas dijilatinya lagi batangnya. Tak lama kemudian, kepala tante Sonyapun sudah naik turun ketika mulutnya menghisapi penisku.
“Sekarang tante pengin ambil perjakamu ya..”
Sambil berkata begitu, tante Sonya menaiki tubuhku. Diarahkannya penisku ke dalam vaginanya. Rasa nikmat luar biasa menghinggapiku, ketika batang penisku mulai menerobos liang vagina tante Sonya.
“Uh.. Nikmat sekali.. Tante suka tongkolmu.. Enak..” desah tante Sonya sambil menggoyangkan tubuhnya naik turun di atas tubuhku.
“Heh.. Heh.. Heh..” begitu suara yang terdengar dari mulut tante Sonya. Seirama dengan ayunan tubuhnya di atas penisku.
“Tante suka.. Ahh.. Ngent*tin anak muda.. Ahh.. Seperti kamu.. Yes.. Yes..”
Tante Sonya terus meracau sambil menikmati tubuhku. Tangannya kemudian menarik tanganku dan meletakkannya di payudaranya yang bergoyang-goyang berirama. Akupun meremas-remas payudara kenyal itu. Suara desahan tante Sonya semakin menjadi-jadi.
“Enak.. Ahh.. Ayo terus.. ent*tin tante.. Ah.. Anak pintar.. Ahh..”
Tak lama tubuh tante Sonyapun kembali mengejang. Dengan lenguhan yang panjang, tante Sonya mengalami orgasme yang kedua kalinya. Tubuh tante Sonya kemudian rubuh di atasku. Karena aku belum orgasme, nafsukupun masih tinggi menunggu penyaluran. Kubalikkan tubuh tante Sonya, dan kugenjot penisku dalam liang kewanitaannya. Rasa nikmat menjalari seluruh tubuhku. Kali ini eranganku yang menggema dalam kamar tidur itu.
“Oh.. Enak tante.. Yes.. Yes..” erangku ditengah suara ranjang yang berderit keras menahan guncangan.
“Wawan mau keluar tante..” kataku ketika aku merasakan air mani sudah sampai ke ujung penisku.
“Keluarin di mulut tante, sayang..”
Akupun mencabut keluar penisku dan mengarahkannya ke wajah tante Sonya. Tangan tante Sonya langsung meraih penisku, untuk kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya.
“Ahh.. Tante..” jeritku ketika aku menyemburkan air maniku dalam mulut tante Sonya.
Tante Sonya lantas mengeluarkan penisku dan mengusap-usapkannya pada seluruh permukaan wajahnya yang cantik.
*****
Setelah membersihkan diri, kamipun kembali duduk di ruang tamu.
“Enak Wan?” tanyanya sambil tersenyum genit.
“Enak tante… memang tante sering ya beginian”
“Nggak kok.. Kalau pas ada anak muda yang tante suka saja..”
“Oh.. Tante sukanya anak muda ya..”
“Iya Wan.. Disamping staminanya masih kuat.. Tante juga merasa jadi lebih awet muda.” jawab tante Sonya genit.
Tak lama mobil yang dinantipun datang. Akhirnya aku jadi membeli mobil tante Sonya itu. Disamping kondisinya masih bagus, tante Sonya memberikan korting delapan juta rupiah.
“Asal kamu janji sering-sering main ke sini ya” katanya sambil tersenyum saat memberikan potongan harga itu.
Kejadian ini berlangsung sebulan yang lalu. Sampai saat ini, aku masih berselingkuh dengan tante Sonya. Sebenarnya aku diliputi perasaan berdosa kepada Monika pacarku. Tetapi apa daya, setelah kejadian itu, aku jadi ketagihan bermain seks. Aku tetap sangat mencintai pacarku, dan tetap menjaga batas-batas dalam berpacaran. Tetapi untuk menyalurkan hasratku, aku terus berhubungan dengan tante Sonya.
Bisniskupun makin lancar. Keuanganku semakin membaik, sehingga aku sanggup memberikan hadiah-hadiah mahal pada Monika untuk menutupi rasa bersalahku. demikian cerita seks dari lelaki beruntung yang berkhianat terhadap pacarnya yang kaya dan tergoda oleh kenikmatan tante girang.

Cari Tante Girang Di internet

cerita tante girang - ada yang bilang komunitas tante girang itu banyak di internet, ternyata slogan itu gak salah, buktinya gue bisa dapet tante tante di internet!! Berikut ini adalah pengalaman aku dengan seorang wanita baya, sebut saja namanya Debbie umur 35 tahun dan Lucy 33 tahun. Seperti yang sudah-sudah, aku mengenal sosok Debbie dari seringnya aku online sebagai chatter.

Aku bisa menilai, Debbie adalah sosok yang hot dalam bercinta. Dengan ciri-ciri 170/65, berdada sintal, berpinggul sexy dan kelihatan sekali dia adalah seorang wanita yang suka sekali senam sehingga badannya terasa padat berisi. Itu semua aku ketahui setelah dia kirim aku foto dan aku tahu kalau dia penganut sex bebas juga dengan para karyawan-karyawan yang ada di surabaya, itupun aku ketahui setelah Debbie banyak cerita tentang kehiduapn sexnya.

Singkat cerita, kita janjian untuk ketemuan, dengan catatan dia harus bawa teman karena menurut dia, tidak pernah ada acara copy darat sendirian. Dan gilanya lagi dia sudah booking hotel, saat acara ketemuan nanti. Itu karena supaya dia tidak ketahuan suaminya, dia pilih Hotel. Karena menurut Debbie, Hotel adalah tempat yang paling aman.

Sesuai dengan hari yang sudah dibicarakan bersama, akhirnya aku bergegas meluncur menuju hotel yang dia booking. Setelah di depan hotel, aku berusaha menelpon dia untuk menanyakan di kamar nomor berapa.

"Hallo Dandy, kamu ada dimana" tanya Debbie.
"Aku sudah di depan lobby, Mbak Debbie di kamar no. Berapa?"aku berusaha mencari tahu.
"Naik aja lift ke lantai 3, terus cari nomor 326," suara Debbie dengan jelas.
"Ok Mbak, aku segera naik," jawabku.
"Ok aku tunggu," suara Debbie dengan ceria.
Setelah aku tutup celluler ku, bergegas aku menuju kamar yang disebut oleh Debbie.
"Tok-tok-tok" aku mengetuk pintu yag betuliskan nomor 326.
Setelah pintu terbuka, aku sedikit terpana dengan tubuh Debbie yang tinggi semampai.
" Dandy ngapain bengong, masuk dong," sambil menggapai lenganku.
Sesampai di dalam kamar, ternyata benar Debbie bersama dengan temannya, sesuai dengan janji dia.
"Dandy" aku ulurkan tanganku.

"Dandy, ini temenku Lucy" Debbie mengenalkan temannya dan sambari begitu, si Lucy bangkit dari duduknya langsung menyalami aku.
Keadaan berikutnya memang sedikit kaku karena aku juga kikuk, mengingat dalam kamar itu ada kami bertiga. Seandainya cuman berdua dengan Debbie aku lebih berani.
"Dandy, kamu nggak seperti di foto deh, sepertinya kamu lebih berisi" Debbie membuka omongannya.
"Jangan-jangan yang difoto bukan kamu" tuduh Debbie.
"Tidak kok Mbak, itu memang foto Dandy," aku coba membela diri.
"Dy, kata Debbie kamu jago banget ya.. Ngesexnya?" tanya Lucy.
Pertanyaan itu bagaikan menghantam dadaku. Deg! jantungku terasa berhenti sekian detik.

"Mmm anu biasa kok Mbak," jawabku gugup.
"Nggak apa-apa kok Dan, santai aja Lucy sama kok seperti Debbie" hibur Debby.
Pembicaraan semakin menjurus ke arah yang berbau sex, kedua wanita sebaya ini aku tafsir merupakan wanita-wanita yang doyan banget ngesex.
Aku sempat memutar otak dengan keadaan ini dan bertanya dalam hati, suami mereka itu gimana kok 'menelantarkan' istri-istri sexy begini. Apalagi Lucy, sepertinya membiarkan mataku melihat bongkahan paha mulus di balik rok mininya. Sesekali dia merubah posisi duduknya tanpa harus riskan dengan aku yang duduk di depannya. Disaat aku melamun tentang khayalan aku, tiba-tiba Debbie sudah berada di pangkuan aku, jantungku berdetak semakin kencang.
"Dy, buktikan omongan kamu di chatting selama ini," pinta Debbie sambil menempelkan dadanya ke muka wajahku. Aroma parfumnya yang begitu membangkitkan gairahku mengusik adik kecilku yang menghentak-hentak dinding CD-ku.

"Mbak" belum sempat aku selesaikan jawaban itu, bibir Debbie yang tipis segera melumat bibirku. Aku sedikit gugup menerima serangang yang mendadak ini. Tetapi aku berusaha mengontrol keadaan aku. Disaat bibir Debbie sedang asyik menikmati bbibirku, tanganku yang nakal mulai mengelus punggung wanita paruh baya tersebut.
Dengan kemahiran gigiku, aku melepas kancing blus belahan rendah yang ada pada dada Debbie. Sampai akhirnya 4 kancing atas blus Debbie terbuka, dan mulailah aku bisa mengusasi keadaan. Dengan belaian yang halus dan penuh perasaan, jari-jemariku mulai membuka pengait kancing BH Debbie.
Dengan sedikit sentuhan, 'tess' BH Debbie yang berwarna hitam terbuka. Dan muncullah 2 bukit yang masih kencang didepan mukaku lengkap dengan sepasang puntingnya yang memerah. Aku bisa membaca apa yang sedang terjadi pada diri Debbie, dengan jilatan maut lidahku membuatnya merintih, "Ughh, geli sayang"
Jilatan lidahku yang mendarat di puting Debbie, membuat wanita itu menggeliat tidak beraturan. Karena Debbie masih menggunakan baju kantor (baca: rok mini). Tanganku semakin berani untuk mengelus pahanya yang putih mulus.

Sesekali tubuhnya yang sintal bergoyang dipangkuan aku dan sekitar 15 menit aku di posisi itu, semua inderaku bekerja sesuai fungsi masing-masing.
Disaat aku sedang melakukan foreplay, Lucy masih duduk di tempatnya semula. Akan tetapi sekarang kedua kakinya yang jenjang dibuka lebar sedangkan tangannya meremas buah dadanya sendiri

"Mm.. " sesekali Lucy merintih, mendesah melihat adegan Debbie dengan aku.
Setelah 25 menit, aku mencoba menyandarkan tubuh Debbie ke dinding kamar. Posisi ini sangat menguntungkan aku untuk mulai menikmati setiap cm tubuh Debbie. Aku lumat bibir Debbie, kemudian turun ke lehernya dan berlanjut ke buah dadanya yang sintal. Aku menjongkokkan tubuhku untuk menjilati puser Debbie.
"Akhh.. Dy, beri aku janjimu sayang.. Ughh," lidahku mulai nakal menjelajahi perut Debbie. Sampai akhirnya aku mencium aroma bunga di lubang surga Debbie. Tanpa melepas CD yang dipakai, aku segera memainkan lidahku diatas kemaluannya. Dan bersamaan dengan itu kepala Debbie menggeleng kekanan-kekiri, seperti iklan sampho clear yang lagi berketombe di diskotik. Dengan sentuhan perlahan, aku melepas Debbie, karena posisinya berdiri sangat mudah sekali melepas CD warna putih berenda yang dikenakan.

Tanganku berusaha membuka kedua kaki Debbie yang masih menggunakan sepatu hak tingginya. Sehingga memudahkan lidahku untuk mengocok lubang kewanitaanya.
"Srupp.. Srupp, crek.. Crek" lidahku mulai menghujam vagina Debbie.
"Dy, kamu memang asyik.. Geli sekali.. Ooohh" Debbie merintih panjang saat lidahku mulai, mengulum, menjilat dan menghisap clitorisnya yang sudah mulai membesar dan berwarna merah. Aku mulai merasakan sesuatu akan meletup dalam diri Debbie. Dengan segala pengetahuan aku dalam ilmu bercinta, aku angkat satu kaki Debbie keatas pangkuan pundakku sehingga lidahku bisa leluasa menikmati cairan yang mulai meleleh di lubang surgawinya.
Dengan posisi berdiri kaki satu, aku semakin mempercepat jilatan lidahku, sampai akhirnya Debbie tidak kuasa membendung orgasmenya.

"Dy, aku keluar.. Aakkhh" bersamaan dengan itu pula cairan kental muncrat ke wajahku.
Dan diisaat aku masih bingung untuk membasuh wajahku tiba-tiba dari belakang Lucy mengangkatku sambil berkata "Dy, sekarang giliranku".
Rupanya Lucy dari awal sudah memainkan jarinya diatas clitorisnya sambil menonton adegan antara aku dengan Debbie. Terbukti Lucy tidak lagi menggunakan CD yang tadi dikenakannya. Lucy membungkukkan badannya ke bibir meja, sehingga belahan merah pada selangkangannya terlihat jelas dari belakang. Bagaikan segerombolan tawon yang melihat madu, lidahkan langsung menari-nari di lubang kemaluan Lucy.
"Dy, enak.. Sekali sayang.. Akhh" Lucy merintih.
Dengan posisi aku duduk di lantai menghadap selangkangan Lucy, yang membuka lebar pahanya. Memudahkan aku beroperasi secara maksimal untuk menekan lidahku lebih dalam, sedangkan tanganku meremas pantat Lucy yang sexy.

Disaat aku sedang asyik menikmati lubang vagina Lucy, tiba-tiba Debbie sudah memereteli celanaku. Sehingga adikku yang berukuran 16 cm kurang dikit dan mempunyai bentuk yang sedikit bengkok ke kiri, menyembul keluar setelah sekian menit dipenjara oleh CD ketatku merk crocodille.

"Waow Dandy, gila banget besar sekali sayang.. Mmm" selanjutnya tidak ada suara lagi karena penisku sudah dilahap oleh mulut Debbie yang rakus. Aku merasakan betapa pandainya lidah Debbie menari di batang kemaluanku. Sesekali aku melepas kulumanku di vagina Lucy, karena merasakan kenikmatan permainan oral dari mulut Debbie.
Lucy sudah mulai bocor pertahanannya dan berkata sambil mendesah,
"Dandy.. Aku.. Aku.. Mau.. Kelu.. Arr.. Aahh," tangan Lucy yang tadinya beroperasi dibuah dadanya sekarang menekan kepalaku dalam-dalam pada selangkangannya, seolah memohon jangan dilepas isapan fantastis itu. Untuk yang kedua kalinya wajahku belepotan oleh cairan wanita sebaya yang keluar dari lubang surgawi mereka. Disaat aku sedang membasuh wajahku yang penuh cairan, tiba-tiba Debbie menarik lenganku, hingga badanku berdiri.
"Dy, aku ingin style berdiri," ajak Debbie sambil menarik tanganku untuk mengikuti dia berdiri.

Sambil bersandar di dinding, aku langsung mengarahkan adik kecilku dari bawah. Sehingga posisi berdiri tersebut sempurna sekali, dan itupun ditambah posisi Debbie yang masih belum melepas sepatu hak tingginya. Karena dengan demikian posisi Debbie lebih tinggi dari posisi aku berdiri.

"Bless" suara adik kecilku menembus belahan kecil diselangkangan Debbie
"Dy, enakk bangett.. Punyamu " erangan Debbie.
Gerakan maju mundurku semakin mentok di pangkal vagina Debbie, hal itu disebabkan karena pantat Debbie ditahan oleh dinding.
"Crekk.. Crekk.. Sslleepp" suara penisku menghujam keluar masuk dalam lubang vagina Debbie. Buatku, Debbie termasuk orang yang bisa megimbangi permainan sex. Buktinya dengan posisi sulit seperti itu, dia juga sedikit mendoyongkan tubuhnya ke dinding sehingga batang penisku benar-benar masuk semua.
Keadaan ini berlangsung sampai akhirnya di menit ke 45, Debbie berteriak

"Dyy.. Ampun.. Aku.. Mau.. Kelu.. Ar lagi.. Gila" rintih Debbie.
Tubuh Debbie mendekapku erat-erat seolah tidak mau lepas dari batang penisku yang masih menancap lubang surgawinya. Dan sedetik kemudian tubuh Debbie merosot ke bawah dengan lunglai.
Aku berjalan menghampiri Lucy yang sedang menyandarkan tangannya untuk melihat keluar jendela. Kesempatan itu tidak aku sia-siakan, sambil memeluk dia dari belakang, penisku yang masih kencang menerobos liang vagina Lucy sehingga membuat dia terpekik.
"Aaowww.. Dy kamu nakal deh, aku masih capek.. Uuughh" aku tidak mempedulikan erangannya.

Seraya meremas buah dadanya yang kencang dari belakang, pinggulku mulai bergerak maju mundur. Posisi seperti ini benar-benar membuat aku melayang, lubang Lucy yang sedikit sempit dan seret dibanding punya Debbie. Dan hal itu
membuat aku lebih bernafsu untuk menyetubuhinya. Itu wajar karena Lucy belum punya anak walaupun sudah menikah beberapa tahun.
Selang beberapa menit, "Dyy.. Aku nggak tahann.. Gila banget punya kamu terasa masuk sampai ulu hatiku.. Aaugghh," rintih Lucy panjang, sambil tetap menggoyang pinggulnya. Dengan posisi setengah nungging dengan berdiri, memudahkan aku untuk memasukan penisku secara maksimal.
"Ughh.. Mbak.. Asyik banget punya Mbak" desah kenikmatanku untuk memuji kedua wanita itu sering keluar dalam mulutku.

"Dy.. Ampunn.. Aku.. Akkhh" Lucy merintih panjang.
Lucy merapatkan pahanya sehingga penisku terasa tersedot ke dalam semua. Gila, terasa copot penisku dibuatnya. Karena hebatnya permainan itu hingga tak terasa dinginnya AC yang ada dalam kamar itu. Aku coba mengambil segelas air es di kulkas, Debbie yang tadi terkulai menarik tanganku. Cukup sampai sini dulu cerita gue, nantikan cerita dewasa gue selanjutnya tentang cerita ngentot yang bikin ngilerrr....

Unordered List