Tempatnya Kumpulan Komunitas tante girang yang tukar no hp brondong, tukar info brondong, tukar info Tante girang seluruh Indonesia

Bercinta dengan mama teman

Cerita sex tante girang kali ini akan menceritakan tentang pengalaman sex yang dilakukan oleh seseorang pemuda dengan mama kawan nya sendiri, cerita sex yangs eru dari seorang wanita setengah baya dengan nafsu birahi yang tinggi.

Ini cerita yang kualami kurang lebih 2 tahun yang lalu. Saya adalah seorang siswa SMU swasta di sebuah kota X, nama saya adalah Endy dan saya saat ini berumur 18 tahun. Saya mempunyai suatu kebiasaan untuk melakukan onani, yah mungkin satu kali untuk satu hari. Saya mempunyai seorang teman, bisa dikatakan dia merupakan teman saya yang terbaik, karena hampir setiap hari kami selalu bersama. Saya memang sering main ke rumahnya dan tentu saja, saya sering berjumpa dengan mamanya. Dapat dikatakan mamanya saat ini kira-kira berusia 36 tahun, tetapi tubuhnya terlihat bagaikan seorang gadis yang berusia 20 tahunan. Yah montok dan padat sekali dan saya memanggil mamanya Tante Nita. Tentu saja saya sering melakukan onani dengan menghayalkan mama kawanku ini.

Suatu hari, kami bersama teman-teman sekolah lainnya akan melaksanakan pesta barbeque dan tempat kami berkumpul merupakan rumah dari kawanku ini. Karena masih menunggu teman kami yang belum hadir, maka saya bermain di rumah kawanku ini dengan permainan dadu dengan yang lainnya. Mungkin karena kebetulan saya melempar dadunya terlalu kuat, maka dadu itu jatuh ke arah kamar mama temanku. Lalu dengan malas dan ogah-ogahan, saya bangkit untuk mengambil dadunya. Tetapi saat akan mengambil dadunya, saya melihat suatu pemandangan yang membuat saya sangat terangsang. Saya melihat Tante Nita hanya memakai celana dalamnya saja, langsung saja kemaluan saya terbangun dan saya segera berjalan keluar sambil berusaha menenangkan diri. Sambil bermain dadu kembali, saya menghayalkan bentuk tubuh Tante Nita yang membuatku sangat terangsang. Tetapi sesaat kemudian, Tante Nita keluar dari kamarnya. Dengan serempak, kami memanggilnya dengan panggilan Tante, tetapi saya tidak berani untuk menatapnya, yah mungkin karena saya malu dan agak sedikit takut mengingat kejadian tadi.

Karena temanku sudah memanggil, maka kami menyudahi permainan dadu kami dan kami mulai bergerak ke luar rumah. Sesaat sampai di luar rumah, saya melihat Tante Nita sedang berdiri sambil memandang ke arahku, lalu dia menyuruhku untuk menemaninya ke rumahnya yang lain untuk sekedar mengambil barang bekas. Dengan gugup saya menjawab dengan jawaban "Ya", lalu Tante Nita mengambil kunci rumahnya dan kami pun berangkat. Sambil mengikutinya dari belakang, saya memperhatikan goyangan pinggulnya dan tentu saja saat ini saya sudah sangat ingin melakukan masturbasi, tetapi karena balum memiliki kesempatan, maka saya diam saja sambil menghayalkan sedang bersetubuh dengan Tante Nita.

Sesampainya di rumah tersebut, saya melihat rumah tersebut sudah lama tidak dihuni, mungkin saja karena Tante Nita baru saja pindah ke rumah baru. Kemudian kami pun masuk ke dalam. Dengan hati-hati saya memperhatikan sekeliling rumah tersebut. Memang agak berdebu tetapi masih terlihat kalau rumah tersebut rapi.
Sesampainya di ruang tengah rumah tersebut, Tante Nita bertanya kepadaku, "Apa yang kamu lihat waktu kamu mengambil dadu yang terjatuh itu tadi..?"
Dengan terkejut saya menjawab, "Saya tidak melihat apa-apa, Tante..."
Lalu Tante Nita berkata, "Kamu jangan bohong, nanti saya laporkan bahwa kamu berbuat yang tidak senonoh pada Tante.."

Dengan terbata-bata, saya menjawab bahwa saya melihat Tante sedang ganti baju, tetapi saya tidak melihatnya dengan jelas.
Lalu Tante Nita bertanya lagi, "Apakah kamu ingin melihatnya sekali lagi..?"
Seperti mendapat durian runtuh, maka saya menjawab, "Kalo Tante Nita mengijinkan, saya mau Tante."
Sesaat Tante Nita diam, lalu dia menyuruh saya untuk mendekat. Dengan hati-hati, maka saya mendekat padanya, lalu Tante Nita menarik tangan saya dan mencium bibir saya. Tentu saja saya balas dengan ciuman kembali, sedangkan kedua tangan saya diam saja karena sesungguhnya saya dalam keadaan yang sangat tegang.

Berbeda dengan tangan Tante Nita, tangannya mulai memegang kejantanan saya dan satunya lagi mulai meremas pantat saya. Kemudian Tante Nita mulai membuka resluiting celana saya dan mulai mengocok kemaluan saya. Saya merasakan kenikmatan karena tangan Tante Nita sangat lembut dan sangat berpengalaman. Karena terbawa perasaan nikmatnya, mata saya mulai tertutup dan mulai menikmati permainan Tante Nita. Belum berlangsung lama permainan kami, Tante Nita menghentikan permainannya, tentu saja hal ini membuat saya keheranan.

Lalu saya mulai berani menatapnya dan saya bertanya kepadanya, "Tante, bolehkah saya memegang payudara Tante..?"
Sambil sedikit tersenyum, Tante Nita berkata, "Terserah kamu sayang..."
Lalu tangan saya mulai meraba payudara Tante, tetapi saya merabanya dari luar saja karena masih tertutup oleh baju dah BH-nya.
Karena merasa kurang puas, maka saya bertanya lagi, "Tante, bolekah saya membuka baju tante..?"
Dengan sedikit kesal, Tante Nita menjawab, "Kamu boleh melakukan semua yang ingin kamu lakukan, tubuh saya sekarang ini adalah milikmu sepenuhnya."
Dengan terbata-bata saya menjawab, "Terima kasih Tante..."
Lalu Tante Nita berkata lagi, "Panggil saya Nita saja, tidak usah lagi sebutkan Tantenya."
Lalu saya menjawab, "Ya, Tante.., eh, maksud saya Nita."

Permainan terus berlanjut, saya mulai membuka kancing baju Tante Nita. Terlihatlah dua bukit kembar yang indah sekali, mungkin ukurannya sekitar 36A. Lalu saya mulai meremas dan mencium payudara Tante Nita dan Tante Nita mulai merasakan kenikmatan dan mengeluarkan suara desahan.
"Uuhhh... ahhh..,"
Saya mulai membuka ikatan BH-nya dan menyemburlah payudaranya. Dengan liar bibir saya mulai menghisap payudara yang di sebelah kanan, sedangkan tangan saya meremas dengan keras payudaranya yang di sebelah kiri. Saya terus menghisap puting payudara Tante Nita kurang lebih 5 menit lamanya. Kemudian saya melepaskannya dan saya melihat putingnya sudah berwarna kemerah-merahan agak hitam.

Kemudian Tante Nita mulai turun dan berjongkok di hadapan kemaluan saya. Dengan cepat dia menurunkan celana jeans saya sekaligus dengan celana dalam saya, lalu dia pun membuka mulutnya dan memasukkan kemaluan saya ke mulutnya. Hal ini membuat saya terkejut, kemudian Tante Nita mulai menghisap kemaluan saya dan memainkannya di dalam mulutnya yang membuat saya lupa diri. Tangan saya mulai menjambak rambut Tante Nita dan kaki saya mulai menjinjit karena saya merasakan kenikmatan yang hebat. Kurang lebih 10 menit kemudian, saya merasakan ada yang mendesak keluar seperti saat saya sedang melakukan masturbasi dan saya mulai mengerang, "Aduh, Nita... saya sampai nih, uh... uhhh... uuuhhh..." Dan Tante Nita mulai mempercepat permainannya dan akhirnya saya mengeluarkan cairan sperma saya di dalam mulutnya Tante Nita. Saya merasakan Tante Nita menghisap habis seluruh sperma saya dan menelannya. Dalam sisa-sisa kenikmatan, saya melihat Tante Nita bangkit dan mencium bibir saya, yang tentu saja saya balas dengan ciuman yang hangat dan liar.

Hanya dalam hitungan beberapa detik, Tante Nita menekan kepala saya dan saya pun mengerti apa yang diinginkan Tante Nita. Saya mulai berjongkok dan Tante Nita berganti posisi dengan tubuhnya bersandar pada dinding rumah. Dengan perlahan saya menurunkan celanan Tante, lalu saya melihat CD warna biru langitnya Tante Nita dengan segunduk daging yang menonjol di antara kakinya, selain itu saya juga melihat CD-nya mulai basah oleh cairan kemaluannya. Tante Nita berkata kepada saya, "Endy, cepat donk.., Tante sudah nggak tahan nih..." Dengan tenang saya menjawab, "Iya Nita..," dan saya mulai memeloroti CD-nya. Saya melihat rambut kemaluan Tante Nita yang sungguh subur tetapi terawat dengan rapih.

Sejujurnya, saya sungguh tidak menyangka keindahan alat kelamin wanita ini berbeda dengan yang pernah saya lihat di film-film blue bahkan sangat berbeda. Dengan perlahan-lahan, saya mulai menyapu kemaluan Tante Nita dengan lidah saya. Sesudah rambut kemaluannya basah oleh air liur saya, saya mulai memasukkan lidah saya di antara kemaluannya dan saya menemukan sebuah bijian kecil. Dengan lidah saya, saya mulai menjilati biji tersebut, hal ini membuat Tante Nita mengerang keenakan.
"Endy.., terus.., Tante merasa nikmat sekali, ah... ah... uhhh..." desahnya.
Karena merasakan Tante Nita yang mulai terangsang, maka saya mempercepat jilatan saya pada bijian tersebut kurang lebih 6 menit Tante Nita menjerit sambil memegang dan menjambak rambut saya.
"Uhhh... Tante sampai nihhh... ayo terus Ndyyy... ah... ehmmm... nikmat sekali."

Lalu saya melepaskan permainan lidah saya dan saya melanjutkan dengan tangan saya yang mulai mengosok dan mengocok kemaluan Tante Nita karena saya merasa jijik untuk menghisap air kemaluan wanita tetapi dengan cepat Tante menarik kepalaku dan mengarahkannya kembali ke kemaluannya. Karena ingin memuaskan Tante Nita, maka saya mulai memainkan lidah saya di kemaluan Tante Nita.
Akhirnya Tante mengejang dan berteriak, "Ahh... ahhh... auuu... ehmmm... saya sampai, terus Ndyyy... uhh... ahhh... aahhh..."
Saya merasakan ada cairan yang keluar dari kemaluan Tante, maka saya menghisap seluruh cairan tersebut sampai kering dan kemudian saya menelannya.

Karena melihat Tante Nita sedang merasakan sisa-sisa kenikmatannya maka saya bangkit dan mencium bibirnya, sedangkan tangan saya meremas payudaranya.
Lalu Tante Nita membuka matanya dan tersenyum nakal sambil berkata, "Endy, kamu kurang ajar sekali, bahkan dengan mama kawan baikmu pun kamu berani berbuat begitu."
Dengan terkejut saya berkata, "Tapi Tante, saya tidak bermaksud begitu, khan tante yang..." Belum selesai saya berkata Tante Nita memotongnya dan berkata, "Saya tahu kamu tidak bermaksud begitu tapi kamu sudah melakukannya jadi ya.., nggak apa-apa deh... tante suka dengan permainan kamu. Lain kali kamu harus melakukannya dengan Tante lagi, kalo tidak.. Tante akan laporkan kamu sama yang lainnya!"
Lalu saya tersenyum dan berkata, "Tante nakal sekali, saya sampai terkejut, tapi Tante jangan khawatir, lain kali saya akan melayani Tante lagi, saya janji Nita."
"Kamu harus ingat janji kamu yach... sekarang kita harus berpakaian kembali, lalu kamu kembali ke teman kamu... khan kamu mau barbeque khan..?" kata Tante Nita kemudian yang sempat membuatku terkejut seperti sadar kembali kalau kami sudah meninggalkan acara pesta.

Dengan cepat saya mulai membetulkan pakaian saya dan merapikan rambut saya sambil bertanya kepada Tante Nita, "Tante.., kita sudah pergi berapa lama sih..? Kalo ketahuan gimana, Tante..?"
Dengan tenang Tante menjawab, "Kamu jangan khawatir, Tante akan mengaturnya supaya aman."
Lalu kami pun kembali ke rumah Tante Nita yang baru meskipun dalan hatiku masih ada sedikit keraguan. Sesampainya disana, Tante berkata bahwa kami membongkar seluruh rumah untuk mencari kunci lemarinya sehingga memerlukan waktu setengah jam. Sambil bernafas lega, saya menoleh ke arah Tante Nita dan melihatnya tertawa, sungguh mengoda sekali.

Beginilah awal kisahku dengan Tante Nita yang merupakan mama dari kawan baikku. Di pesta barbeque bersama temanku, saya merasa sangat tidak tenang bahkan terasa ada yang ingin dikeluarkan. Akhirnya saya pun melakukan masturbasi di kamar mandi, tentu saja sambil menghayalkan Tante Nita. Dalam hati saya tentu saja sangat ingin untuk melakukannya dengan Tante nita, tetapi yah...

Hari ini sudah lewat 2 minggu sejak kejadian di malam pesta barbeque itu. Saya sendiri sudah tidak sabar dan frekuensi onani saya malah semakin meningkat, bahkan bisa tiga kali dalam satu hari. Tetapi siang harinya, ketika baru pulang dari sekolah, sesampai di rumah dan duduk di kursi sambil melepas sepatu, saya menggerutu, "Aduh, hari ini kok panas sekali..."Tetapi tiba-tiba saya mendengar pembantu saya berteriak, "Mas Endy ada telpon tuh..!"
Lalu sambil malas-malasan saya bangkit dan mengambil telepon sambil menjawab, "Halo..?"
"Ini Endy yach..?" tanya orang lawan bicara saya.
Saya jawab, "Iya, disana siapa yach..?"
"Kamu udah lupa yach ama saya..?" dengan logat memancing.
Karena merasa dipermainkan, saya mulai emosi dan menjawab, "Disana siapa sich kalo nggak mo bilang lagi saya tutup teleponnya nih..!"
"Kok marah sich..? Nanti tante laporkan kamu lho dan nggak tante kasih kamu kenikmatan lagi." kata lawan bicara saya lagi.

Mendengar kata-katanya yang terakhir tadi, saya jadi teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu dan saya langsung menjawab lagi, "Oh, ini Tante Nita yach..? Sori Tante gua lagi nggak mood nih... Tante sich main-main aja..."
Lalu Tante Nita berkata "Nggak mood yach..? Jadi sama Tante juga nggak mood donk..? Tadinya
Tante mo ajak kamu ke rumah Tante nih, abisnya lagi sepi nih.., tapi nggak jadi deh.."
Dengan cepat saya memotong, "Bentar dulu Tante, kalo Tante sich gua jadi mood lagi nih, emang teman saya (maksudnya anak Tante Nita yang menjadi teman baik saya) nggak ada di rumah yach..?"
"Kamu tenang aja deh... pokoknya dari sekarang (saat itu jam 12:30) sampe nanti sore jam 5 kita aman deh.., jadi datang nggak..?" tanya Tante Nita.
Tentu saja saya menjawab, "Jadi donk Tante.., bentar lagi saya ke sana Tante, Tante tunggu yach..!"

Setelah itu, saya segera menutup teleponnya seperti tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Kemudian saya segera berlari ke kamar dan ganti baju, terus segera keluar rumah menuju rumah Tante Nita, karena dari rumahku ke rumah Tante Nita memerlukan waktu sekitar 15 menit jalan kaki. Karena ingin cepat tiba disana, maka saya naik angkot (angkutan umum perkotaan) saja.

Sesampainya di rumah Tante Nita, saya segera memutar ke belakang karena lewat pintu samping rumah Tante Nita lebih aman dan sepi. Kemudian dengan perlahan saya mengetuk pintu dan terdengar Tante Nita menjawab.
"Iya, bentar..." lalu Tante Nita membuka pintu dan mempersilakan saya masuk.
Di depan saya, Tante Nita berpakaian kaos oblong dan celana pendek putih. Berpenampilan seperti itu tentu saja sama dengan menampakkan BH dan CD-nya yang berwarna hitam secara sengaja kepada saya. Dalam pikiran saya mungkin Tante Nita sengaja membuat saya terangsang, tetapi saya berusaha tetap tenang, yah.. stay cool deh pokoknya.

Setelah itu, Tante Nita menyuruh saya mengikutinya dan saya pun berjalan. Tetapi begitu melihat pinggulnya yang bergoyang, saya tidak tahan lagi, segera saya menarik Tante Nita dan menciumnya. Tante Nita pun segera membalas ciumanku dan tangan saya segera bergerak untuk membuka bajunya.
Bersamaan dengan itu, Tante Nita berkata, "Jangan di sini donk sayang..!"
"Dimana Tante..?" tanya saya.
"Di kamar Tante aja..." kata Tante Nita.
Lalu saya pun segera menarik tangan Tante Nita dan berkata, "Jadi, tunggu apa lagi Tante..?"

Setelah sampai di kamar Tante Nita, saya segera merebahkannya. Di mata saya, Tante Nita tampak sangat anggun dan mengairahkan. Dengan tidak membuang waktu lagi, saya segera menciumnya dan ciuman saya di balas Tante Nita dengan hangat. Sementara itu tangan saya segera bergerak aktif untuk meremas buah dada Tante Nita. Tiba-tiba Tante Nita mendorongku dan dengan terkejut saya bangkit, tetapi kemudian Tante Nita segera menarikku dan naik di atas tubuhku sehingga posisi saya sekarang adalah Tante Nita di atas tubuh saya. Saya segera mambuka baju Tante Nita sehingga tampaklah buah dadanya yang masih dibungkus oleh BH hitamnya. Saat itu Tante Nita menunduk sehingga sekarang buah dadanya tampak di depan mataku dengan sangat jelas.

Untuk menghemat waktu dan karena memang saya juga sudah sangat terangsang, maka saya segera melumat payudara Tante Nita dan melepas BH hitamnya.
"Aduh enak sekali, ahhh... uh... sttt..." desahnya yang menandakan Tante Nita sudah terangsang.
Karena sudah terangsang maka Tante Nita segera melepas baju dan celana saya, sehingga saya hanya tinggal memakai CD saja. Kemudian saya berguling ke samping sehingga posisi saya sekarang di atas Tante Nita, lalu saya segera merangkak turun dan melepas celananya sehingga tampaklah pemandangan di depan wajah saya sebuah surga kenikmatan yang masih terbungkus oleh kain hitam. Tanpa menunggu aba-aba darinya, saya langsung melepaskan CD-nya Tante Nita dan tampaklah kemaluan Tante Nita yang terawat dengan rapih. Sungguh sangat indah dan berbeda dengan yang pertama kali saya lihat dulu.

Dengan perlahan saya menjilati permukaan vaginanya dan Tante Nita pun segera mengerang.
"Aduh, nikmat sekali... sungguh... geli tapi... ahhh... uhhh... terus Endy..."
Segera saya menaikkan permainan saya sehingga tidak lama kemudian Tante Nita pun menjerit.
"Aduh saya sampai Ndyyy... segera keluar... ahhh..."
Lalu saya segera menghisap bijian di kemaluan Tante Nita sehingga saat cairan kemaluan Tante Nita keluar, segera saya hisap habis dan menelannya.
Dalam sisa kenikmatannya, Tante Nita berkata, "Endy... biarkan Tante Nita istirahat yach..? Nanti Tante Nita baru melanjutkannya kembali."
Saya segera menjawab, "Iya Tante..."

Setelah beristirahat 15 menit, Tante Nita mulai bangkit dan segera melepas CD saya. Tampaklah kemaluan saya yang masih dalam posisi setengah tiang. Tante Nita segera memasukkannya ke dalam mulutnya dan menjilatinya. Di dalam mulut Tante Nita, kemaluanku segera mengeras hingga dalam posisi yang siap tempur. Tante Nita sungguh sangat berpengalaman dalam menjilati kejantanan pria yang dengan cara menghisap dan kadang-kadang mengigitnya dengan perlahan. Hal ini membuatku sangat terangsang. Karena sudah tidak tahan lagi, maka saya segera menarik tubuh Tante Nita ke atas dan dan membalikkannya.

"Tante Nita, saya sudah tidak tahan lagi, sekarang saya masukkan yach Tante..?" tanya saya yang sudah merasa sangat terangsang.
Tante Nita menjawab, "Terserah kamu Ndyy.., tapi hati-hati yach soalnya punya tante udah lama nih nggak digunakan.."
Dengan pelan dan hati-hati saya mengarahkan kepala kemaluan saya ke dalam lubang kemaluan
Tante. Kepala kemaluan saya mulai menyentuh bibir kemaluan Tante Nita, lalu saya menekannya sehingga kepala kemaluan saya sudah terbenam ke dalamnya.
Tante Nita segera menjerit, "Aduh... sakit sekali... pelan-pelan Ndy..."Tetapi saya sudah tidak perduli lagi, saya segera melanjutkan aksi saya dengan menekan kemaluaan saya lebih dalam lagi dan kepala kemaluan saya juga mulai terasa perih karena ini adalah pertama kali saya melakukan hubungan intim. Saya tetap menekan batang kemaluan saya sehingga tidak lama kemudian, seluruh kemaluan saya sudah terbenam dalam kemaluan Tante Nita.
Tante Nita lalu mengerang, "Aduh sakit sekali... biarkan tetap di dalam Endy, aduh... ahhh... ehmmm... uh..."

Setelah terdiam hampir 5 menit, saya segera mengoyang pinggul saya dengan naik turun secara berirama dan Tante Nita pun mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya yang membuat saya merasa sangat keenakan.
Tante Nita tiba-tiba mengerang secara tidak jelas, "Aduh... sakit sekali, tapi enak sekali, terus Endy..."
Saya sudah tidak memperdulikan Tante Nita dan hanya terus memacu kemaluan saya untuk mencapai kenikmatan.

Tidak lama kemudian, setelah 8 menit, saya mendengar Tante Nita menjerit kembali, "Aduh... saya sampai Ndyyy... akan segera keluar nih..."
Saya menjawabnya, "Sebentar lagi Nita, sebentar lagi... saya juga hampir sampai nih..."
Tidak lama, Tante Nita tiba-tiba mengejang dan saya merasakan ada cairan hangat di dalam kemaluan Tante Nita dan Tante Nita mengerang lagi, "Aduh... ahhh... aku sampai Endy... nikmat sekali..."

Tidak sampai disitu, selang beberapa detik, saya merasa juga ada yang mendesak keluar dari kemaluan saya dan akan segera meledak.
Rupanya saya juga telah mencapai kenikmatan dunia dan saya menjerit, "Saya sampai Tante eh... ahhh... nikmat sekali"
Lalu saya segera jatuh dan berbaring di samping tubuh Tante Nita sambil merasakan sisa kenikmatan yang telah kami capai berdua.

Setelah beristirahat, kami melakukannya lagi 3 kali dalam tempo yang cepat. Tante Nita dan saya sama-sama mencapai puncak kenikmatan 3 kali.
Setelah mandi dan pikiran kami sudah tidak terpengaruh nafsu lagi, Tante Nita berkata padaku,
"Tante Nita minta maaf Endy... tadi Tante Nita telah merenggut keperjakaan kamu... sungguh Tante Nita minta maaf.."
Tetapi saya segera berkata, "Tidak apa-apa Tante, saya rela kok menyerahkannya pada Tante, sungguh saya sangat menyukai permainan tadi. Tapi Tante Nita harus janji kalo Tante Nita lain kali harus memberikan kenikmatan yang sama lagi kepadaku..!"
Sambil tersenyum, Tante Nita berkata, "Iya... Tante sangat senang dengan permainan tadi, Tante janji, Tante bersedia melayani kamu lagi, tapi kamu juga harus membuat Tante merasa keenakan seperti tadi.." dan saya mengiyakannya.

Hubungan kami hampir berlangsung selama 2 tahun, tetapi kami melakukannya dengan caracara yang tradisional. Saya maupun Tante Nita tidak menyukai gaya-gaya yang terlalu berani seperti gaya anjing maupun yang lainnya. Hubungan kami sekarang meskipun belum diputuskan berakhir, tetapi kami hampir tidak pernah berjumpa lagi, karena saya sudah melanjutkan kuliah di luar kota yang tentu saja dengan anaknya Tante Nita. Hubungan saya dengan Tante Nita sampai sekarang tetap menjadi rahasia kecil kami. Jikalau saya liburan dan pulang ke kampung halaman saya, Tante Nita selalu meminta bagiannya dan saya pun dengan senang hati melayaninya.

Demikian cerita sex dengan tante girang yang tak terlupakan, tante nita seorang tante girang yang membuat degup jantung turun naik jika melihat dia lenggak lenggok jalan, pantatnya menggoda dan payudaranya membuat kita ingin menghisap dan meremas nya.

Bercinta Dengan Bu Dosen Cantik

Orang putus cinta bisa melakukan apasaja untuk menhilangkan sakit hati, bahkan sesuatu yang tidak masuk akal bisa di lakukan, namun ada juga yang melakukan sesuatu yang nikmat karena putus cinta, salah satunya pemuda dalam cerita sex kali ini. dia memilih menyalurkan hasrat sex nya dengan bercinta dengan ibu dosen, bagaimana kisah selanjutnya? silahkan menikmati :

Cerita ini bermula pada waktu itu aku lagi kuliah di semester VI di salah satu PTS di Bandung. Ceritanya saat itu aku lagi putus dengan pacarku dan memang dia tidak tahu diri, sudah dicintai malah bertingkah, akhirnya dari cerita cintaku cuma berumur 2 tahun saja. Waktu itu aku tinggal berlima dengan teman satu kuliah juga, kita tinggal serumah atau ngontrak satu rumah untuk berlima. Kebetulan di rumah itu hanya aku yang laki-laki. Mulanya aku bilang sama kakak perempuanku, “Sudah, aku pisah rumah saja atau kos di tempat”, tapi kakakku ini saking sayangnya padaku, ya saya tidak diperbolehkan pisah rumah. Kita pun tinggal serumah dengan tiga teman wanita kakakku.

Ada satu diantara mereka sudah jadi dosen tapi di Universitas lain, Ibu Vivin namanya. Kita semua memanggilnya Ibu maklum sudah umur 40 tahun tapi belum juga menikah. Ibu Vivin bertanya, “Eh, kamu akhir-akhir ini kok sering ngelamun sih, ngelamunin apa yok? Jangan-jangan ngelamunin yang itu..”
“Itu apanya Bu?” tanyaku.

Memang dalam kesehari-harianku, ibu Vivin tahu karena aku sering juga curhat sama dia karena dia sudah kuanggap lebih tua dan tahu banyak hal. Aku mulai cerita,
“Tahu nggak masalah yang kuhadapi? Sekarang aku baru putus sama pacarku”, kataku.
“Oh.. gitu ceritanya, pantesan aja dari minggu kemarin murung aja dan sering ngalamun sendiri”, kata Ibu Vivin.
Begitu dekatnya aku sama Ibu Vivin sampai suatu waktu aku mengalami kejadian ini. Entah kenapa aku tidak sengaja sudah mulai ada perhatian sama Ibu Vivin. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah. Siang itu tepat jam 11:00 siang saat aku bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur.

“Eh Ibu Vivin, nggak ngajar Bu?” tanyaku.
“Kamu kok nggak kuliah?” tanya dia.
“Habis sakit Bu”, kataku.
“Sakit apa sakit?” goda Ibu Vivin.
“Ah.. Ibu Vivin bisa aja”, kataku.
“Sudah makan belum?” tanyanya.
“Belum Bu”, kataku.
“Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu ya”, katanya.
Dengan cekatan Ibu Vivin memasak, kita pun langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kita membahas cerita yang agak berbau seks. Kukira Ibu Vivin nggak suka yang namanya cerita seks, eh tau-taunya dia membalas dengan cerita yang lebih hot lagi. Kita pun sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan yang sudah lama nggak merasakan hubungan dengan lain jenisnya.
“Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu?” tanyaku.
“Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia gitu”, katanya.
“Oh kalau gitu Ibu Vivin masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dengan lain jenis”, kataku.
“So pasti dong”, katanya.

“Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kawin”, dengan enaknya aku nyeletuk.
“Aku bersedia kok”, kataku lagi dengan sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya. Ibu Vivin agak merah pudar entah apa yang membawa keberanianku semakin membludak dan entah kapan mulainya aku mulai memegang tangannya. Dengan sedikit agak gugup Ibu Vivin kebingungan sambil menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha aku harus merayu terus sampai dia benar-benar bersedia melakukannya.
“Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang terhadap Ibu Vivin”, kataku.
“Nggak, aku kok yang salah memulainya dengan meladenimu bicara soal itu”, katanya.
Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup keningnya. Ibu Vivin terbawa dengan situasi yang kubuat, dia menutup matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dengan lembut sambil kubisikkan, “Aku sayang kamu, Ibu Vivin”, tapi dia tidak menjawab sedikitpun.
Dengan sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup.. dengan begitu lembutnya aku merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya menyambut dengan lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh.. tanpa kuduga dia balas kecupanku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, “Aah.. cup.. cup.. cup..” dia juga mulai dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia sudah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras saja.

“Aah.. jangan panggil Ibu, panggil Vivin aja ya!
Kubisikkan Ibu Vivin, “Vivin kita ke kamarku aja yuk!”.
Dengan sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan yang berarti kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu. Dengan perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi tubuhnya. Ala mak.. indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan telaten. Pertama-tama belahan gunung kembarnya. “Ah.. ssh.. terus Ian”, Ibu Vivin tidak sabar lagi, BH-nya kubuka, terpampang sudah buah kembar yang montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian, “Aah.. ssh..” dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia tepat menggunakan celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dengan lembut, “Aah.. aku juga sudah mulai terangsang.
Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas sekaligus dengan celana dalamnya, hu.. cantiknya gundukan yang mengembang. Dengan lembut kuelus-elus gundukan itu, “Aah.. uh.. ssh.. Ian kamu kok pintar sih, aku juga sudah nggak tahan lagi”, sebenarnya memang ini adalah pemula bagi aku, eh rupanya Vivin juga sudah kepengin membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana dalamku. “Oh.. besar amat”, katanya. Kira-kira 18 cm dengan diameter 2 cm, dengan lembut dia mengelus zakarku, “Uuh.. uh.. shh..” dengan cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya dengan pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya, “Aah.. uh.. ssh.. terus Ian”, Vivin mengerang. “Aku juga enak Vivin”, kataku. Dengan lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut, “Assh.. oh.. ah.. Vivin terus sayang”, dengan lahap juga kusapu semua dinding lubang kemaluannya, “Aahk.. uh.. ssh..” sekitar 15 menit kami melakukan posisi 69, sudah kepengin mencoba yang namanya bersetubuh. Kurubah posisi, kembali memanggut bibirnya.

Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan dibantu tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku, “Aakh.. sshh.. pelan-pelan ya Ian, aku masih perawan”, katanya. “Haa..” aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci. Dengan sekali dorong lagi sudah terasa licin. Blesst, “Aahk..” teriak Vivin, kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan. Mungkin karena baru pertama kali hanya dengan waktu 7 menit Vivin.. “Aakh.. ushh.. ussh.. ahhkk.. aku mau keluar Ian”, katanya. “Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh..” kataku. Tiba-tiba menegang sudah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan.. “Crot.. crot.. cret..” banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya. “Aakh..” aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya. Dengan lembut dia cium bibirku, “Kamu menyesal Ian?” tanyanya. “Ah nggak, kitakan sama-sama mau.” Kami cepat-cepat berberes-beres supaya tidak ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku sering bermain cinta dengan Ibu Vivien hal ini tentu saja kami lakukan jika di rumah sedang sepi, atau di tempat penginapan apabila kami sudah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. sejak kejadian itu pada diri kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Vivien menjadi pacar gelapku.

Demikian secuil kisah dari pengalaman seorang pemuda bercinta dengan ibu dosen yang umurnya jauh lebih tua dari dirinya. kenikmatan sex yang di dapatkan pun tak kalah menarik dan nikmat dari apa yang dirasakan dengan wanita muda.

Bercinta Dengan Pembantu

Cerita seks kali ini akan menceritakan pengalaman seorang pemuda yang bercinta dengan pembantu nya sendiri, sensasi yang dia dapatkan dalam bercinta dengan pembantu tentu sangat menantang, disamping karena sebuah rasa penasaran, tantangan yang dia hadapi dalam bermain birahi dengan pembantu sendiri cukup menegangkan, karena bisa sangat memalukan jika di ketehaui orang rumah. Berikut cerita sex selengkapnya :

Ini kisah nyata yang ingin ku share bagi semua teman teman ku sehingga tidak mengulang kesalahan yang kubuat.

Ceritra ku bermula di sekitar tahun akhir tahun2001, aku adalah seorang pria berumur 36 tahun beristri seorang arsitek Kehidupan keluarga kami tidak ada permasalahan sama sekali kami hidup sangat harmonis dengan empat orang anak dua putra dan dua putri . Sekitar bulan Oktober 2001 karena merasa sudah cukup berhasil dalam bisnis aku mulai lengah ingin bermain main sejenak melepas ketegangan hidup ku dengan mulai routine minum alcohol bier setiap hari bahkan mulai memberanikan diri mendatangi panti panti pijat walau alasannya hanya ingin sekedar meremas remas payudara mengeluti tubuh pemijat tanpa ada niatan menyetubuhinya sama sekali sampai kadang kalau tidak tahan di onani dengan tangan atau dihisap oelh sipemijat dan kebiasaan itu terus berlanjut berulang ulang berpuluh kali artinya aku telah mulai menyimpan ketegangan tersembunyi sampai.

Suatu ketika punggungku merasa nyeri sehingga membutuhkan dipijat kala dirumah saat itu yang ada hanya pembantuku mbok rasmiani dari jember seorang janda satu anak berumur sekitar 30 tahun yang sangat montok tetek gede pantat gede bodan moleg rambut panjang yang sudah bekerja denganku sejak tahun 1994 jadi hampir 9 tahun. Baru kusadarai bahwa ada sesuatu yang harus kunikmati kugarap dirumah takala istriku tidak dirumah .

Mulai saat Kala itu setiap ada kesempatan kosong langsung aku menyergapnya yang dimulai dari sofa dilantai atas pada awalnya aku hanya berhasil meremas teteknya dari luar dan mendapat perlawanan yang sangat sengit. Tapi usahaku berlanjut sampai tanganku berhasil menyelinap masuk kedalam kausnya berhasil menyentuh payudaranya didalam cukup sampai disitu dengan perlawan keras tidak bia mencapai bagian bawahnya. Perjuangan dilanjutnya selalu ada kemajuan sampai kugapai putting susunya disana langsung perlawanannya melemas walau hanya boleh sampai disitu meremas remas dari dalam. Perjuangan dilanjutkan sampai aku berhasil dan diijinkan membuka mengeluar payudaranya dari baju kaosnya dan diijinkan menjilat jilat menghisap putting susunya nya sepuasnya , sampai cukup lama aku menikmati progress ini tanpa berhasil mengutak atik bagian bawahnya .

Disuatu hari diakhir bulan November 2001 seperti biasa hal routine Mbok Rasmi masuk kekamarku membawa baju untuk dirapikan didalam lemari pakaian ku, aku mempunyai akal taktik jitu untuk bisa mulai mengutak atik vaginanya , pada hari itu aku tidak mulai dari atas atau dari payudara tapi langsung berlutut menciumi pantatnya dan meremas remas pantatnya dari bawah dan belakang ternyata strategi serangan bawah ini cukup jitu, dia lengah tanapa disadari tanganku merayap dari bawah mulai betis naik kepaha dan berhasil menyelusup masuk kecelana dalamnya tanpa bisa dihalangi karena tangannya tidak cukup jauh bias menghalangi merintangi tanganku yang bergerak dari bawah dan itulah hari pertama aku berhasil menggosok gosok vaginanya dan disana pulalah awal dari keterangsanga Mbok Rasmi yang tidak dapat terbendung baginya semuanya sudah diserahkan kecuali bersetubuh .

Sampai diawal januari 2002 saat akau pulang kantor kudapati dia sedang bersih di kamar makan karena ruma kosong kutarik dia kekamar kulucuti celana dalamnya selagi berdiri langsung kujilati vaginannya sampai dia menjerit jerit keeenakan setelah itu keadaan berubah lebih fatal dan tidak kusangka sampai aku terkejut sekali.

Diawal Februari 2002 kembali saat aku pulang dari kantor dan rumah kosong cuman ada dia di ruang makan ketika aku duduk tiba tangan ku ditarik dan diajak kelantai atas selanjutnya dia masuk kekamarnya langsung membuka celana dalamnya dan keluar langsung berbaring sambil mengangkangkan pahanya dan langsung berkata “ cepat masukin “ dan aku menjawab “benar nich” dan dia menjawab “ ya cepat aku sudah biasa kok” aku malah jadi panic dan lemas namun aku ingat persiapan yang pernah kupersiapkan , aku turun kelantai bawah dan mengambil kondom memasangkannya ke penisku dan naik kelantai atas. Terlihat kekecewaan yang sangat mendalam di wajah mbok rasmi “ loh kok pake begituan” aku diam saja dan menyodorkan penisku untuk dimasukan kedalam vaginanya namun yang terjadi penisku lemas malah terjadi ejakulasi dini tanpa sempat penetrasi dan aku pergi meninggalkannya begitu saja .

Sejak saat itu terjadi perubahan sikap pada mbok rasmi dia sengaja berpakai seksi didepanku bahkan pernah suatu pagi saat dia membersihkan kolam ikan dengan sengaja celana jeans yang dipakainya sengaja dibuka kancingnya sehingga setiap dia menunduk membungkuk celananya jeansnya lolos turun merosot kebawah maka terlihatlah seluruh pantatnya dengan celana dalam merahnya yang sengaja dipamerkan diumbar didepanku karena aku bisa melihatnya dari tangga atas hal tersebut terjadi berulang ulang, yang ternyata hal itu malah membuat ku panic.

Dan diakhir Februari 2002 terjadilah mala petaka itu disuatu sore ketika rumah kosong namun ada putraku no 2 yang sedang pergi bermain kerumah tetangganya, kukira ini kesempatan emas maka seperti biasa kusergap dia dari belakang dan kukeluarkan payudaranya dari kaosnya maunya kujilati namun tepat saat itu anak ku nomor 2 datang dan melihat semua kejadian itu. Aku panic bingung depresi memikirkan kemungkinan pengaduannya pada ibunya yang masih belum pulang kerja malam itu. Langsung saja dia kuajak keluar makan mie kesukaannya dan menyewa film video kesukaaannya sepuasnya maksudku agar dia melupakan apa yang dia lihat .

Namun kecemasanku sudah tidak bisa dihindari mengarah pada depresi sementara libidoku makin memuncak sampai terasa saraf internalku terkena aku kehilangan orientasi bingung mual panic stress cemas ketakutan tegang sekali , sampai suatu hari aku tidak bisa berfikir lagi penisku seperti mau meledak ngilu sampai rumah kupangggil mbok rasmi kusuruh kocok penisku sampai ejakulasi sambil kukocok vaginanya, permasalahan berlanjut mungkin sudah diatur nasib malamnya terjadilah keanehan suatu hal yang tidak pernah terjadi istriku menarik ku ketempat tidur mengajak ku berhubungan badan hal yang belum pernah terjadi bahkan dia merangsang ku sampai menghisap dan penisku sama sekali tidak bisa bangun , …….. aku impotent lengkaplah kepanikan ku.

Sejak saat itu aku mengalami depresi berat takut ketahuan pengaduan dari anakku no 2 impotent libido , sementara mebok rasmi semamakin atraktif berpakaian benar benar mencemaskanku . puncaknya aku merasa mual yang tidak terkira sampai akhirnya ………………………………………. Aku mengambil keputusan nekat aku mengaku ……………. Didepan istriku dengan harapan dapat melonggarkan depresiku malah terjadi luar biasa parah ,
Istriku sangat terkejut menangis marah dan langsung minta cerai dia meninggalkanku ke Jakarta tidak tahu kapan kembali, disinilah perjuangan ku untuk mengembalikan keharmonisan keluargaku menyembuhkan depresiku waktunya cukup lama sampai Januari 2004 sekitar 2 tahun lamanya aku berobat ke dokter jiwa setiap bulan selama 2 tahun habis biaya cukup banyak juga berobat keparanormal pendeta dan Tuhan Maha Pengampun istriku telah kembali kepelukanku dan mengampuni yang sudah lewat .

Namun ada sesuatu yang kusesali sebetulnya kalau aku bisa lebih rapi dan bersabar hal diatas tidak perlu terjadi aku bisa mengakhirinya dengan happy ending every body happy istriku tidak perlu tahu hubunganku dengan mbok rasmi berlanjut tapi tidak perlu terlalu intens. Maka kumulai lagi usaha ku kali ini menjadi jauh lebih sulit karena mbok rasmi sudah sangat takut dengan ancaman ultimatum istriku terjadilah perlawanan yang sangat dasyat berbulan bulan kegagalan yang kudapati sekedar menyentuh mencolek saja dia langsung bereaksi sampai aku hamper putus asa .

Sampai dipertengahan Januari 2003 sekitar pk 10 00 pagi kudengar salah seorang pembantuku yang lain keluar membeli makanan dan pembantuku yang lain cuti jadi berarti tinggal kami berdua suatu kesempatan yang sangat langka , langsung kucari dia ternyata da didapur dari belekang langsung kusergap dengan sasaran menelanjangi dadanya dan mengulum putingnya ada perlawanan namun kuselesaikan dengan alasan tidak ada siapa siapa apa yang kau takutkan , terjadilah episode lama berulang lagi aku menikmati dadanya sambil kusodorkon penisku dia tidak menolak gayung bersambut kami saling meremas sampai pembantuku yang lain datang dari membeli makanan. Aku menang aku berhasil perjuanganku tidak sia sia selanjutnya hanya bagaimana bisa menyentuh vaginanya .

Sampai disuatu sore istriku sedang kerja dirumah lengkap, aku panggil dia kusuruh dia kekebun dengan alasan membuka gerbang , kutanya mana simarni pembantu lainnya dijawab sedang mandi artinya aman, langsung kutarik dia lemas menurut saja kebelakang pagar sudah tidak ada perlawaan teteknya diserahkan bebas sebebasnya padaku namun pinggang kebawah masih dijaga. Aku tenang kujilati kuhisap kuremas habis habisan payudaranya samapi kelihatan dia sudah sanhat terangsang tanganku merayap kebawah kubuka kancing jeans dan tanganku langsung menyelinap memasuku celana dalamnya menggapai vagina dengan bulu lebatnya malah dia meregangkan kaki mengangkang membiarkan agar tangan ku semamkin leluasa bermain dalam vaginannya artinya Mission Complete Happy Ending . Kusudahi sampai disana sudah Cukup Enough sampai hari ini sudah minggu ke 5 atau 35 hari aku sama sekali tidak menyentuh dia sehingga terjadilah Cooling Down. Yang penting nanti kapan saja aku membutuhkannya rumah kosong tidak ada seorang anakku dirumah aku punya stok Payudara Besar Montohk Kencang Terimakasih......Semuanya

Demikian cerita sex kali ini, walau pembantu bukan termasuk tante girang, tapi kita kategorikan dalam cerita sex tante girang, ini karena rata-rata usia pembantu adalah seusia komunitas tante girang.

Bercinta dengan Tante 44 Tahun

Beli satu dapet bonus, mungkin itu sitilah dari cerita seks berikut ini, cerita sex dengan seorang tante girang berusia diatas 40 tahun, dengans edikit rayuan dan sanjungan saja, si tante girang akhirnya luluh juga, dan bisa diajak having fun di hotel. Berikut cerita seks selengkapnya :

Baru dua hari yang lalu kejadiannya. Pas gw lg ke mayestik. Ceritanya gw sedang mampir di suatu toko bahan untuk beli bahan jas. Lima menit ngobrol sama penjualnya, datanglah mama cantik ini. Gw langsung bilang ke penjualnya (dah akrab).
"Bung, yang kaya gini kalo ditampar balesnya dua kali nih," kata gue. Bro penjual ini ketawa ngakak. Doi tau maksud gue rupanya.
Si mama cantik ini, sebut saja tante Tiana, nanya ke penjual yang lg asik ngobrol. Nanya bahan ini itulah. Bro penjual ini lalu mencari bahan yang diminta si tante ini. Peluang gue untuk buka obrolan.
"Bahan untuk apa, bu?" (sopan dong panggil Bu?). "Saya mau bikin baju untuk acara keluarga," jawab Tante ini sederhana. Entah karena sengaja or gmna, itu penjual rada lama baliknya.

Singkat cerita, gue akhirnya akrab sama mama cantik yang ternyata berusia 44 ini. Ya beneran, gw gak nyangka. Usia 44, tapi secara postur dan anatomi, terpelihara dan bikin mupeng sekali. Dalam hati gue, pasti orang kaya nih. But, who cares anyway.
Lalu kembalilah bro penjual ini dengan setumpuk bahan. Setelah milih-milih, gue juga ikut cerewet kasih penilaian ke mama cantik ini. Jadilah tante yang dah bikin mupeng gw ini ambil dua warna. Gw coba peruntungan, ajak doi makan ke tempat makan di melawai, Soto Irwan.

Selama perjalanan (motor gw tinggal di mayestik, kunci gw kasih ke bro penjual), pancingan gw dah kena sih sebenarnya. Hanya dengan memuji. "Saya tadinya gak percaya kamu umur 44. You look 30-something, really. I mean it,".
"Gak usah menghina. Memang gak keliatan kerutan2 di muka?,". Reflek, bro. Tangan gw megang pipinya, eh doi diam aja. Sumpah, smooth banget kulitnya. "Ah gak kok, masih halus. Tangan saya masih normal lo," gw bilang.
Pas makan nih, tangan dia ke paha gw. Wah pertanda, saudara2! Pas mau selesai makan, gw ajak dia check in.

"Kamu mau buka kamar gak sama saya?,".
"Kamu yakin? Nanti kecewa, kamu malah marah2,".
"Untuk apa marah, saya tahu apa yang saya liat sekarang ini tidak mengecewakan,".
"Hmmm...kita mau transit atau full?".
"We'll see ya, tapi kayanya sih all night," (sambil ketawa gw)
"Ya udah, di hotel mana?"
"Hotel Kaisar aja. Bagus kok,"
Akhirnya jadilah kita meluncur ke Hotel Kaisar. Tiana ini rupanya rada hot. Di mobil, doi buka jaket cardigannya. Uhuuuy pake tank-top biru!!! Tau gak apa yang perrtama gw perhatiin?
"Saya boleh liat ketek kamu gak?"
"Lho? Kok liat ketek sih? Gak jijik kamu". Sambil dia angkat tangannya, wah bener-benar dream come true, bro. Doi berbulu, gak lebat sih, tapi cukup jelas terlihat kalau itu tuh bulu ketek.
"Wah hebat. Aku suka ketek berbulu. kamu memang suka pelihara ya?
"Gak juga lah. Biasa aja. Kok suka sih?
"Ya suka aja. Beruntung deh kita. AKu bisa tahan lebih lama kalo liat bulu ketek".
Proses checking-in selesai, dapat kamar 418. Tiana naik duluan, gw call bro penjual bentar nih ceritanya. Gw terus nyusul. Hmm bro. bener2 deh. Gw gak bisa nilai dengan kata2 deh Tiana ini. Aura seksualnya nyata banget.
"Kita mandi yuk? Kan tadi berkeringat,".
"Aku dah siapin airnya di bath-tub. Gpp kan?,"
Sambil menunggu, gw bukain tuh busana Tiana. Aduuh bro, ampun deh. Tete' nya rada kendor memang, tapi gmna ya, legit gt. Habis2-an gw isep, jilat, and rada2 gw gigit.
"Iih iihh pelan-pelan laah. Kan sakit,". "O ya, sorry. Really, I cant stand to see nipples like yours here. Wangi kamu juga enak banget," Sluurp sluuurp jilatan nyasar ke ketek bro, bagian favorit gw.

"Ahhhh ahhhhhh hmmmmmhhhh. Geliiiiiiiii!!!!!". "Dont try to stop me. Aku suka nih ketek kamu. Bau nya enak banget. Jangan dicukur ya,". Sluurp sluuurp sluurrp sluuurrp lanjut di ketek, bro.
"Enak juga ya ketek dijilatin," kata Tiana. Yeee makanya jangan protes dulu, mama cantik.
Gw buka celana gw and dia liat itu penis. "Hah! Kok bisa panjang kaya gini? Disambung ya? Lucu. Muat gak nih ya?", kata si Tiana sambil ngocok2 itu barang. "hmmmoaah aaah aaahh hmmmmm. Aduh gede banget!!! Di mulut aja susah nih masuknya,". Gile bro!! Bener2 deh, expert banget!!! Ada deh 10 menit gw di BJ.
Masuk lah kita ke kamar mandi. Saling gosok, gw fokus ke me-q and tete'. "Kamu nungging deh, biar aku masukin sekarang,". "Iya, tapi pelan2, itu gede banget,". Akhirnya, masuklah itu barang!
"AAh aah hmmmmm Arrggghhhhhh. Tuh kan bener, kasih sabun dulu deh,". Well, cukup lima menit saja di bath-tub. Pemanasan, bro.
Di tempat tidur, itu me-q langsung gw bengkeng. Kaki Tiana gw taro di pundak gw. Barang itu masuk lagi!!
"uuh uuuh aaaah aaaah hmmmm mmmmmmm gede banget sih!! Ooouuwwwwwhhhh mmmmm mentok banget itu. Terus kaya gitu, hmmmmm mmmmm ouuuuwwwwhhhh ahhhhh aaahhhh hmmmmm ouwwwwwww,". Ganti posisi. Pantat bunder nan yummy itu gw miringin, hajar lagi. "Ouuuwwww aaaahhhhh hmmm ini lebih mentok lagi!!!! Ahhhhh ahhh hmmmmmm. Enak enak, terus kaya gitu, yang kenceng ya, yang kenceng ouuuuwwwwhhhhh hmmmm,"
Sambil menghajar, tete' tak lepas dari remasan2 gw dong, bro. Heeheee cap tangan gw jelas banget di tete' nya.
Gw cabut dulu penis gw, ksh dia napas. Doggy style alias nungging posisi kemudian.
"Ahhhh me-q kamu masih enak ya, rada sempit gt," gw bilang. "Aaahhhhh aah pelan2!!!! Ouuwwwwhhhh hmmm hmmm hmmm ahhhhhh ahhhhhh uuuuh tambah mentok!!! uuuuh uuuh oh boy aaaah ouwwwhhhhh,"

Nungging itu paling lama, sktr 20 menitan deh.
Nah, lucu nih pas mau keluar. "jangan ke muka ya, aku gak suka di tete' aja,". Gpp deh, hmmm akhirnya keluar tuh cairan hangat di tete' Tiana, sebagian gw muncratin ke ketek nya.
"Aduuh kamu gila ya, bener2 deh. Untung gak ke muka nih,". Abis gw lap penis gw, Tiana langsung BJ lagi. Hmmm mmmmm moooaaaahhh, enak?? hmmmm hmmmmmm aaah...
"Kamu juga hebat. How bout to stay all night here?,". "Ya, gak masalah,", sambil nerusin BJ-nya.

10 menit kemudian, beraksi lagi dong, bro. Sekarang di kursi. Tiana lsg nungging. "Aku suka posisi ini, sama kmu bisa mentok banget,". Tanpa banyak bicara. "Aaaah kebiasaan deeeh, pelan-pelan dong!! Ouuuuuuwwww ouuwwww hmmm aahhhh ahhhhh hmmmm mmmm enaaaaak!! Jilat dulu deh sini... mmmooooooaaahhh mmmmm mmmmmm mmmm hmmmm,". Luar biasa, ngilu2 enak, bro.
"hmmm aouuuwwwww ouwwwwwww aaarrrrgggghhhhhh masih lama ya keluarnya? Kakiku pegel nih... aaaaaaahhhhhh ahhhhhh hmmmmmm,".
Ganti posisi, Tiana duduk di sofa menjorok ke bibir sofanya. Gw berlutut. Hajar lagi. Kali ini tanpa komplain. "Aaaahhhh hmmmmmm hmmmm mmmmmm, ampun deh aku bisa pingsan nih nanti. Ouuuwwwwww hmmmm enak tapi hmmmmm mmmmm arrrrgghhhhh,".
15 menit kemudian, keluar lagi tuh cairan. Sesuai komitmen, gw gak muncratin ke muka (takut dia marah). "Aaaah kamu hebat, really. Aku bisa banyak terus keluarnya. Ahhhh,". Tiana spontan BJ lagi.
Cuci2 di kamar mandi, akhirnya tidur, bro. Tiana tidur di atas gw. Wah itu badan wangi bikin penis gw idle keras teruuus!! Tapi dia minta istirahat, takut pingsan katanya. Ya, karena gw dah enak, dia juga, gw hormati permintaannya.
Jelang subuh, hajar lagi, tapi gak lama karena harus pulang ke rumah masing2. No HP dah dapat, besok2-nya dah ada jatah tetap. Hmmm memang hanya perlu nekat sedikit untuk having sex dengan older woman. Soalnya, nafsu mereka ini lebih besar setelah umur di atas 35.

Wanita paruh baya memiliki hasrat seks yang tinggi, sedang banyak yang bilang puber kedua bagi laki-laki, sebelum masa menapouse wanita akans emakin besar hasrat seks nya, silahkan mencoba berpetualang seks dengan wanita dewasa atau tante-tante kesepian.

sELESAI

Bercinta dengan ANAK majikan yang BINAL

Cerita sex ternyata tak hanya terjadi pada tante girang. cerita seks juga bisa terjadi pada abg dan om-om genit, om- mata keranjang tak hanya dialami oleh om kaya, tapi seorang sopir pun bisa menjadi om yang beruntung bisa bercinta dengan ABG. Cerita seks sopir dengan majikan selalu menarik untuk disimak, berikut kisah nya

Namaku Dhani Anwar, aku bekerja sebagai sopir sekaligus tukang kebun dikeluarga Chinese yang tergolong kaya raya, kerjaku tergolong mudah yaitu mengantar putri tunggal mereka, Feilin, ke sekolah. Feilin memiliki wajah yang cantik, agak nakal, genit dan galak, ia mempunyai dua orang teman akrab yang satu bernama Nia, ia bertubuh langsing dan pemalu dan yang satunya bernama Tarida yang sifatnya periang dan suka bercanda. Mereka juga cantik-cantik, putih dan mulus. Tadinya aku bersikap acuh terhadap kegiatan mereka bertiga namun lama kelamaan aku menjadi penasaran apa saja yang mereka bertiga lakukan di halaman belakang yang dengan kerasnya dilarang dimasuki olehku, rasa penasaran setiap hari semakin membesar dan aku berniat mengintip apa saja yang mereka bertiga lakukan. Pada Tanggal 2 Februari Nia dan Tarida bermain kerumah dan seperti biasanya mereka bermain dihalaman belakang rumah. Dengan hati-hati aku membuka pintu menuju halaman belakang dan melihat sesuatu yang menggetarkan kalbu.

Bagaikan tersambar petir disiang hari aku melihat Feilin, Nia dan Tarida sedang asik saling meraba dan berciuman satu sama lain, pakaian renang melekat ditubuh mereka. Otakku langsung menyala membara dengan nafsu yang bergejolak, rupanya ini yang selalu disembunyikan oleh mereka bertiga, entah sudah berapa lama mereka berdua menyimpan rahasia besar dihadapanku, namun dilihat dari cara mereka berciuman dan meraba sepertinya masih amatiran, pikiran kotorku langsung bekerja.
“Ehmmmm-ehem!” dengan sengaja aku muncul dan mengagetkan mereka bertiga.
“Awwww!!” ketiganya sangat terkejut, “Mang Dhani ngapain sihhhh… kan udah dibilang ngak boleh masuk!” Feilin tampak kesal dan cemberut.
“Gimana non enak yahhhh???”Aku dengan santai menghampiri mereka.
Feilin sepertinya akan membentakku lagi namun Tarida tiba-tiba menarik Feilin dan berbisik sesuatu ditelinga Feilin, “ihhhhhh ngakkk ahhh…” Feilin sepertinya keberatan entah apa yang dibisikkan ditelinganya. Tarida berbisik sesuatu lagi ditelinga Feilin. Kemarahan Feilin tiba-tiba seperti menghilang kini ia memandangiku dengan tatapan yang nakal. “Iya juga…. Hmmmm” Feilin seperti menimbang-nimbang sesuatu, kemudian ia mengangguk pada Tarida yang tersenyum dengan ceria. Tarida menghampiriku dan kemudian ia berkata “Karena mang Dhani sudah mengintip maka mang Dhani harus dihukum…” Tarida terkekeh-kekeh. “Dihukumm ?” Aku bertanya tidak mengerti. “Iya.. mulai sekarang Mang Dhani harus mau jadi boneka.. buat kami…”jawab Feilin.
Aku memandang tidak mengerti namun dengan memberanikan diri Tarida menjelaskan kepadaku tentang keingintahuan mereka terhadap anatomi laki-laki, sekata demi sekata diucapkan dengan terbata-bata.
“Hmmm maksudnya ingin lihat kemaluan pria begitu…?”Aku tersenyum , melihat wajah ketiga gadis Chinese dihadapanku merona merah.

Tanpa banyak berkata-kata aku segera mebuka baju dan celanaku dan terakhir kulepaskan celana dalamku dan kata-kata seperti “Wahh…..,Uhhhhh….dan Ihhhh” terdengar dari mulut ketia gadis Chinese dihadapanku yang memandangi kemaluanku sambil melotot. Oh iya aku lupa menyebutkan jati diriku , aku asli orang Irian, Usiaku 54 tahun, tinggi tubuhku 1,87 meter dan tubuhku gemuk dan besar, kulitku hitam legam dan rambutku ikal dan beruban, wajahku tadinya rada ganteng namun menjadi rusak tidak karuan karena terbakar demikian juga bagian tubuhku yang lain penuh dengan bekas luka bakar, Untungnya kemaluanku tidak ikut terbakar. Panjang kemaluanku 19.4 cm dengan dihiasi oleh otot-otot yang melingkar, makanya para amoy dihadapanku melotot melihat kemaluanku yang besar dan panjang.
“Mmmhhh Mang Dhani sekarang harus duduk disono…” Feilin mundur dan tampak gugup ketika kuhampiri.

Aku tersenyum , aku menuruti kemauannya dan duduk dikursi sofa. “Nahhh… sekarang terserah kalian ingin ngapain saya terima”Aku mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar. Tarida mendorong Feilin sambil berkata “Feilin maju gihhhh !! kan sopir kamu tuh….”, Feilin bertahan tidak mau maju sambil memandangi risih kemaluanku
“Ehhh ngakkk ahhh kamu dulu gihhh….” Feilin malah mandorong tubuh Tarida. Kedua gadis itu sibuk saling mendorong sambil tertawa-tawa kecil, namun kemudian mereka terdiam sambil memandangi Nia. “Kalo gitu si nia aja duluan… serbuuuuuuu” Feilin memberikan perintah dan mereka berdua mendorong Nia yang tampak gugup dan terkejut. “Ehhhhh lohhhh ??? ngakkk akkhhhh duhhhh Feilinnnn… Taridaaaaaa” Nia Protes, ia tampak ketakutan dan menghindar dari kedua temannnya. Kini Aku mengocok-ngocok kemaluanku sambil memandangi wilayah terpenting Tarida. “Ngapain sihhhh….” Tarida memandangiku dengan curiga, aku hanya tersenyum-senyum. “Yang ini lebih enak ketimbang ciuman.. he he he” Aku terus mengocok-ngocok kemaluanku. Feilin kini berusaha mendekatiku dan ia duduk bersujud sambil memperhatikanku yang sedang asik mengocok-ngocok kemaluanku. Tarida ikut bersujud didekat Feilin sedangkan Nia dengan malu-malu hanya berdiri disamping kedua temannya. “Emangnya dikocok-kocok gitu kayak apa enaknya sih?” Feilin bertanya sambil memperhatikan tanganku yang sedang mengocok-ngocok kemaluanku. “Wah yang pasti asik banget non… pokoknya sulit deh ngejelasinnya tapi kalo Feilin mau nyoba ngocok-ngocok ****** pasti ketagihan….soalnya asik berat deh”Aku mulai memasang jaring beracunku agar ketiga gadis dihadapanku mau mencoba memainkan kemaluanku.

“Nihhhh cobainn….”Aku menggeser tubuhku sambil menyodorkan kemaluanku. “Eehhhh ngak… ngakkkk……” Feilin malah mundur, aku jadi kecewa namun…
“Ehhh……”Aku sempat tersentak ternyata Nia yang tadinya pendiam kini ikut bersujud dan tanpa ragu-ragu berani mengelus batang kemaluanku bahkan ia berani menggenggamnya. Ternyata….hmmm…entah apa yang dikatakan Nia, tapi yang pasti ia meremas-remas batang kemaluanku.

“Efuhh…. Niaaaaa….”Tarida tampak kaget dengan keberanian Nia, sedangkan Feilin malah bertanya penuh selidik “Gimana ??”tampaknya Feilin penasaran. “Hangat…. Trusss kadang-kadang berdenyut-denyut… kayak hidup….” Nia menjelaskan.
Kini Tarida mulai mengelus-ngelus batang kemaluanku “Besar amattttt…. Ihh urat-uratnya gede…” Tarida mengomentari kemaluanku. Jari telunjuk Feilin kini menekan-nekan mulut kemaluanku sehingga kemaluanku berdenyut kencang, terlebih ketika Feilin menarik-narik kepala kemaluanku sambil berkata “hehehe kayak helm, cuma yang ini gak bisa dilepas”. Aku semakin mengangkangkan kedua kakiku agar tiga gadis Chinese yang bersujud dihadapanku dapat lebih leluasa memainkan kemaluanku. Hampir selama dua jam mereka bertiga mempermainkan kemaluanku , dan aku mulai merasakan tekanan yang besar di kepala kemaluanku dan ‘Crettt… Croottt’. Sesuatu tiba-tiba menyembur dengan kuat dari kepala kemaluanku.
“Aww…. Ikkkh…aduhhhhh apaaan nihhhh” Feilin yang berada ditengah-tengah memekik karena bahunya tersemprot air maniku. “Uhhh…. Lengkettt……bauuu” Tangannya berusaha membasuh air maniku yang sangat banyak berceceran dibahunya. Sementara Tarida cekikikan mentertawakan Feilin, Nia tersenyum-senyum kemudian menyusul tertawa terbahak-bahak. Semenjak hari itu aku memasuki sebuah masa yang sangat menyenangkan, aku menjadi mainan tiga orang gadis Chinese yang cantik dan mulus.


Pada hari itu seperti biasa aku menunggu Feilin dan teman-temannya ditempat parkir sekolah yang sepi, mataku sudah lima watt karena mengantuk tiba-tiba…. “Tok-tok-tokkkk…”Aku mendengar suara kaca mobil diketuk seseorang. Segera kubuka kunci pintu mobil dan Feilin segera masuk kedalam.
“Mang buka cepet!” ia menyuruhku membuka celanaku.
“Hahhhh… nanti gimana kalau ketauan?” aku agak tidak leluasa bermain didalam mobil kijang.

“Ngak akan…. yang laen kan lagi jam isitirahat…ayo manggg buruan!” Feilin tidak sabaran mengulurkan tangannya dan memaksa membuka resleting celanaku.
Aku membiarkannya melakukan keinginannya dan mengeluarkan kemaluanku.
“Ayooo manggg keluarin yang putihnya….aku pengen liat lagi” tangan Feilin mengocok-ngocok kemaluanku, aku mengerti rupanya ia ingin agar aku mengeluarkan air maniku, otakku berpikir dengan cepat.
“Aduh… susahh Non, kecuali kalau mau membantu dengan….”aku tidak melanjutkan kata-kataku
“Dengan apa mang?” Feilin tidak mengerti dengan maksudku.
“Diisep Nonn… pake mulut.” aku memandanginya dengan tatapan meyakinkan.
Feilin menghentikan kegiatan mengocok-ngocok kemaluanku wajahnya merah padam namun bukan marah tapi malu. Aku mencoba mengambil inisiatif, tanganku bergerak kebelakang kepalanya dan aku menarik dan menekan kepala Feilin kearah kemaluanku,
“buka mulutnya Non!” aku memerintahkan Feilin, entah kenapa Feilin yang biasanya agak nakal dan galak ini tiba-tiba berubah menjadi penurut.
“Hhmmmm…” Feilin hendak menarik mulutnya ketika kepala kemaluanku mulai masuk kedalam mulutnya tapi aku menekan kepalanya lebih keras sehingga kemaluanku masuk lebih dalam kedalam mulut Feilin.
“Sedot Non… Ayoooo!” aku membujuk Feilin agar mau menyedot kemaluanku. “Mmmmmmhhh… Mmmmmmmm” Feilin mulai melakukan sedotan-sedotannya. Aku membelai-belai rambutnya kemudian belaianku turun kepundaknya Feilin dan perlahan-lahan turun mengelus-ngelus pinggul Feilin, aku tersenyum senang karena biasanya Feilin tidak mengizinkan Aku untuk menyentuh tubuhnya namun kini tanganku merayap perlahan-lahan ditubuhnya. Feilin mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya, matanya memandangi kepala kemaluanku dan “Ihhhh asinnn…”namun kemudian dengan lahapnya Feilin mengemut kepala kemaluanku, dikeluarkan dan kemudian diemutnya lagi berkali-kali.
“Tenggg… tenggg… tenggg!!” tiba-tiba bel berdentang sangat keras tanda jam istirahat sudah usai. Feilin mendesah panjang sepertinya ia kecewa
“Sudah nanti kita lanjutkan di rumah…. Pasti lebih asoyyy… dan kalau mau nanti mang ajarkan yang lebih seru.”Aku menarik pinggangnya dan “Hmmmm… mhhh” Feilin sedikit berontak ketika aku tiba-tiba mengulum bibirnya namun perlawanannya perlahan-lahan sirna dan “Auffff…. Sudah manggg aku sudah terlambatt…” Feilin mendorong bahuku kuat-kuat, kemudian ia keluar dari mobil dan berlari kecil menuju kelasnya. Aku tersenyum senang , dengan bersemangat aku menunggu Feilin dan teman-temannya sampai mereka selesai sekolah dan kemudian dengan mengebut aku menuju rumah Feilin.
Para gadis itu masuk kedalam, sedangkan aku buru-buru memarkir mobil kemudian menyusul masuk kedalam rumah dan menuju halaman belakang tempat dimana ketiganya sudah menungguku. Tanpa basa-basi aku melepaskan pakaian dan celana panjangku, kemudian duduk dibangku favoritku sedangkan mereka duduk bersujud dihadapanku, seperti biasa mereka berebutan mengelus-ngelus dan mengocok-ngocok kemaluanku.
“Feilin mau ngemut lagi kayak di lapangan parkir tadi nggak?” aku mulai memasang siasat baru.
“Ehhhh…. ” Feilin tampak terkejut dan terpaku diam sedangkan Tarida malah bertanya dengan polos, “Ngemut apaan Fei?” sedangkan Nia memandangi temannya, sepertinya ia masih tidak mengerti.
“Tadi Non Feilin di lapangan parkir ngemutin ****** Mang Dhani” aku menjelaskan.pada kedua temannya apa yang terjadi tadi sewaktu jam istirahat dilapangan parkirr.
“Haaahhh!” suara itu keluar hampir bersamaan dari mulut Nia dan Tarida. “Gilaaaa… lo Feii…. Ehhh rasanya gimana…..” Tarida bertanya pada temannya. “Ehhhh… it-ituu….” Feilin kesulitan menjawab.
Aku langsung memanas-manasi, “Kata Feilin siang tadi sih, rasanya enak bangett… trusss katanya mau dilanjutkan dirumah, malahan minta diajari berciuman dll…dan juga minta dijilati dirumah, terus diremas dan dielus juga teteknya” kusebutkan semua jenis pelajaran ngeres yang ada diotakku.
Feilin hanya menatapku, dia tidak tahu harus berkata apa tapi dia juga tidak membantah perkataanku.
“Ihhhh…Mang Dhani curang!” Tarida tiba-tiba ngambek.
“Lohhhh curang bagaimana Non?” aku tidak mengerti.
“Iyalah curang masak Feilin doing yang diajarin?” Nia yang agak pemalu membuka suara.
“Jadi…. Non Tarida dan Non Nia juga mau diajari sama mang Dhani?” aku tersenyum lebar.
“Tapi apa beneran enak?” Nia bertanya dengan ragu-ragu.
“Sini…. Huppppp!” kuraih tubuh Nia dan mendudukkannya dipahaku.
Nia berontak namun kutahan, kupeluk pinggangnya dan kusergap buah dadanya. “Ahhhh… ehhhhhh….. Mangggg” Nia merapatkan kedua kakinya ketika tanganku menyusup masuk kebalik rok seragam sekolahnya, namun itu semua tidak menjadi halangan bagiku untuk dapat menikmati kehalusan paha Nia. Ciuman-ciumanku mendarat dilehernya, pipinya dan juga dibibirnya yang lembut.
“Hmm…mhhh” kukulum bibir Nia sedangkan kedua tanganku kini dengan aktif meremas-remas lembut kedua buah dadanya yang masih ketakutan bersembunyi dibalik baju seragam sekolahnya.
“Whowwwww……. Wahhhh” Tarida memandangi temannya yang merem melek karena kuremas-remas buah dadanya.
“Jangannn ahhhh….” Nia mencegah tanganku yang hendak membuka kancing baju seragamnya
“Nggak apa-apa Non, lagian Non Feilin juga tadi kubuka baju seragamnya…..betul nggak Non Feilin? hehehe” aku berusaha menenangkan Nia.
Nia memandangi Feilin seolah-olah menanti jawaban, namun Feilin malah memandangi dengan tatapan kebingungan, pada saat itulah aku mengambil kesempatan emas, dengan cekatan aku membukai kancing baju seragam Nia kemudian bra putihnya juga aku lepaskan.
“Mang Dhani….aahhh!” Nia agak protes ketika aku dengan kasar meloloskan bra putihnya.
Kedua tangan Nia berusaha menutupi kedua buah dadanya dari tatapan mataku, ambil mengelus-ngelus pahanya aku melanjutkan permainanku, kujilati lehernya yang jenjang. Aku menarik tubuh Nia sehingga buah dadanya sejajar dengan mulutku kemudian kusibakkan rok seragamnya, jari tanganku mulai berkeliaran didaerah seputar selangkangannya.
“Uhhhh……” ia tersentak secara reflek kedua tangannya memegangi tangan kananku yang menyusup masuk kedalam celana dalamnya.
“Sssshhh…aahh….” Nia mendesah ketika tanganku menggesek-gesek bibir vaginanya.
Perlahan-halan kedua kakinya semakin mengangkang ketika aku semakin aktif menggesek-gesek bibir vaginanya dengan lembut.
“Aowww…akhh…Mang Dhani!” mata Nia sampai terpejam-pejam ketika aku memadukan seranganku dengan jilatan dan emutan dibuah dadanya yang ranum.
“Achhhh Crrrt…cccrrrttt!” tubuh Nia mengejang, kemudian tanganku yang masih asik menggesek-gesek bibir vaginanya merasakan ada sesuatu yang meleleh dan terasa sangat hangat membasahi tanganku.
“Basahhh non… dibuka aja yahh….”Aku berusaha menarik celana dalam itu agar terlepas namun kedua tangan Nia mempertahankan celana dalamnya, wajahnya seperti ketakutan, kukecup bibirnya yang setengah terbuka.
“Gimana Nia enak?” Feilin bertanya pada temannya, sedangkan Tarida yang tadinya ceria kini tertegun memandangiku.
Aku bangkit berdiri dan kemudian menarik tubuh Feilin agar duduk diatas sofa disebelah Nia dan berkata “lebih baik Non Feilin merasakannya sendiri daripada harus bertanya-tanya” Akupun berjongkok dihadapan nona majikanku itu.
Tanganku berusaha menyentuh bagian dada Feilin yang masih tertutup rapi oleh seragam sekolahnya namun kedua tangannya berkali-kali menepiskan kedua tanganku. Aku tersenyum kini wajahku yang mendekat kewajah Feilin.
“Kalau ciuman kayak tadi siang boleh kan Non?” aku berusaha mengingatkan Feilin pada kejadian tadi dilapangan parkir.

Dari tatapan matanya sepertinya ia sedang bimbang, dalam kamusku kebimbangan berarti kesempatan emas. Aku langsung mengulum bibirnya yang tipis itu.
“Hmmmm… Mmmmm” suara erangan tertahan Feilin, kedua tangannya kini melingkar ke leherku.
Tanganku bergerak perlahan-lahan, menyusup mengelus paha mulusnya, perlahan-lahan sambil terus berciuman aku menyibakkan seragam sekolahnya keatas sehingga kini kedua tanganku dapat bergerak lebih leluasa menikmati kemulusan dan kehangatan pahanya. Kedua tanganku bergerak dan kini sedikit demi sedikit celana dalam Feilin kutarik turun, dengan sekali sentakan kutarik celana dalam itu sampai merosot turun.
“Ihhhh!” kedua tangannya serentak mendorong bahuku sehingga ciuman kami lepas.
Feilin hendak mempertahankan celana dalamnya namun nafsuku sudah meledak-ledak, dengan kasar kutekan bahunya sedangkan tangan yang satunya menyentakkan celana dalam Feilin sampai robek
“Brtttt…. Owww…. Plak!” Feilin kaget setengah mati ketika celana dalamnya kurengut dengan paksa sehingga ia menamparku dengan keras.
Aku hanya tertawa kecil, kedua tanganku kini menangkap kaki kanan dan kaki kirinya, kuangkat dan kudorong kedua kaki mulus itu sampai tertekuk mengangkang, kemudian mulutku segera menciumi selangkangannya.
“Uhhhhh… heiiii Mang akkkhhh! ” Feilin menjambak rambutku dan mencakar-cakar namun itu semua tidak kupedulikan, lidahku bergerak liar menjilati bibir vagina yang merekah itu. Kedua temannya seperti terhipnotis hanya melihat saja, mereka tertegun kaget.
“Rida… Nia…to…tolong…aww!” Feilin memekik kecil ketika aku mengecup-necup kasar bibir vaginanya.
Kedua temannya seperti tersadar kemudian mereka berdua berusaha membantunya.
“Manggg Dhani sadarrr…mangggg! ” Tarida berusaha menarik bahuku.
“Feilinnnn… aduhhhhh….. gimana ini?” Nia kebingungan karena keganasanku.
Walaupun Nia dan Tarida berusaha keras namun apalah artinya tenaga dua orang gadis muda dalam melawan nafsuku, perlawanan Feilin yang terus menjambak dan mencakariku walaupun terasa sakit namun terobati karena aku dapat melampiaskan keinginanku. Aku melumat kuat-kuat bibir vagina nona majikanku, lidahku bergerak liar mengorek-ngorek sela-sela diantara bibir vaginanya, kemudian kujulurkan lidahku semakin dalam berusaha menerobos celah-celah diantara bibir vagina dan kukait-kait daging yang ada didalamnya.

“Achhhh… Mangggg Dhaniiii…jangan!” Feilin kini bersandar pasrah, kedua tangannya tidak lagi menjambak dan mencakariku.
Kedua tangan itu kini meremas-remas kepalaku, ia tampak pasrah.
Nia kini tidak menarik-narik bahuku lagi, demikian juga Tarida, keduanya saling bengong kebingungan. Aku melepaskan kedua kaki Feilin, kini tanganku terjulur, satu persatu kulepaskan kancing baju seragamnya, kedua matanya hanya dapat terpejam rapat ketika aku menarik cup branya sebelah kini dan mulutku mendekati buah dadanya yang kini terpampang begitu ranum dan segar dihadapan mulutku.
“Slllppppp…slllpphh…” kujilati bulatan buah dada Feilin.
Ia merintih kecil ketika lidahku menjilati puting susunya yang mulai mengeras. Kini cup bra sebelah kanan kutarik turun sehingga tersembullah buah dada sebelah kanannya. Dengan rakus kuhisapi buah dada itu sambil meremas-remas yang satunya secara bergantian. Setelah puas menciumi buah dadanya, ciumanku merambat turun, keperut dan kemudian sambil menghirup dalam-dalam aroma vagina Feilin aku menjilati vaginanya kembali.

Kedua tanganku bagaikan capit kepiting meremas-remas buah dada Feilin, sedangkan mulutku melumat dan lidahku menjilati lubang vaginanya.
“Akhhh…mmhh…nggghhh!” Feilin mengejang dan tubuhnya bergetar hebat, aku yang sudah tahu gejala ini menhisap kuat-kuat lubang vaginanya dan “Awww!!” SSrrrrrrr…cairan orgasme Feilin yang gurih tumpah kedalam mulutku, tanpa merasa jijik kutelan cairan bening itu, bahkan sisa dari cairan gurih itu aku jilati dan aku telan dengan rakus. Mataku memandangi Tarida, satu-satunya dari ketiga gadis itu yang masih berpakaian utuh.
“Ehhh… Oww!!” Tarida menghindar ketika aku akan menangkapnya, ia berlari ketakutan, kukejar dia. Tarida mencapai pintu dan akan keluar dari halaman belakang namun sayang sekali
“Aduhh lepasss…. Tidak!!” tangan kirinya berhasil kutangkap dan segera kupinting dan kutarik kembali ke halaman belakang, kuseret ia kehadapan Feilin dan Nia yang memandangi Tarida tanpa mampu berbuat apapun, rupanya mereka masih shock dengan apa yang kulakukan terhadap diri mereka. Kutekan bahu Tarida sambil terus memiting tangan kirinya, ia bersujud dengan gaya doggy style, tangannya yang satu menempel dilantai untuk menopang berat tubuhnya.
“Aduhhh mangg Dhani sakittt!” Tarida mengaduh, tapi aku tidak mempedulikannya.
Tangan kananku bergerak menyibakkan rok seragamnya dan kutarik turun celana dalam putih Tarida sampai sebatas lutut, tangan kananku meremas-remas dan mengelus-ngelus buah pantatnya dengan lembut. Tangan kananku kini bergerak melucuti kancing baju seragam Tarida. Dalam posisi dipiting tangannya Tarida tidak dapat berbuat apa-apa, ia hanya dapat memohon kepadaku agar melepaskannya.
“unngghhh!” mulutnya melenguh ketika tangan kananku menysup masuk kebalik branya.
Aku memiting tangannya lebih kuat dan “Aduhh ampunnn manggg! Aahhh!” Tarida kesakitan.
“Asal Non janji tidak lari aku akan melepaskan Non…gimana?” aku berbisik ditelinganya.

Tarida mengangguk, kemudian kulepaskan tangan kiri Tarida kini kedua tangan Tarida bertumpu dilantai, ia masih tidak berani bergerak, aku bergerak dibelakangnya , kugesek-gesekkan kemaluanku diantara sela-sela pantatnya yang terasa lembut dan hangat, masih dalam posisi doggy style kutarik pinggangnya sehingga posisinya lebih dekat dengan tubuhku, tanganku bergerak menelanjangi pakaian seragamnya dan juga melepaskan branya, dari belakang aku meraih kedua payudara montok itu. Tarida kemudian sambil bergerak maju mundur menggesek-gesekkan kemaluanku pada sela-sela pantatnya, aku meremas-remas lembut buah dadanya.
“Hhhhssshhh… Hhhhh….” nafas Tarida terdengar memburu.
Cukup lama aku memperlakukan Tarida seperti itu, kemudian kepalaku mendekati buah pantatnya yang sedang menungging, kuciumi pahanya dan terus naik keselangkangannya dari belakang mulutku menjilati vagina Tarida yang sesekali kulanjutkan dengan menjilati lubang anusnya, bahkan sesekali lubang anus Tarida aku emut-emut.
“Ahhhh manggg….”rintihan demi rintihan keluar dari dalam mulutnya.
Tarida tersungkur lemas ketika kenikmatan itu melanda dirinya. Telapak tangan kiriku bersiap-siap tepat dibawah vagina Tarida menerima lelehan air lengket yang hangat, dengan tangan kananku kukorek sisa-sisa air yang meleleh itu kemudian aku menumpahkan cairan lengket dan licin itu tepat disela-sela pantat Tarida.
“Ehhhhh…Mang!” Tarida yang masih menungging menengok kebelakang.
Aku tersenyum kemudian kuletakkan kepala kemaluanku diantara sela-sela pantat Tarida dan kugesek-gesekkan kepala kemaluanku diantara sela-sela pantat Tarida yang sudah banjir oleh cairan orgasmenya sendiri, sesekali kutekankan kuat-kuat kepala kemaluanku disela-sela pantat Tarida. Sehingga dirinya tersungkur,
“Owwww duhhhhh…apa ituuuu kecrotttttt crooooootttt” Tarida merangkak menjauh kemudian ia membalikkan tubuhnya sambil duduk agak mengangkang diatas lantai, ia memandangi diriku, tangannya berusaha melap sesuatu milikku yang kini meleleh sangat banyak dari sela-sela pantatnya, kemudian Tarida merangkak lagi dan naik keatas sofa, ia duduk disebelah Feilin. Ketiga gadis Chinese itu kini memandangiku, aku balas memandangi mereka, entah berapa lama kami saling berpandangan tanpa bicara satu sama lain. Entah apa yang dipikirkan oleh ketiga gadis Chinese yang kini sudah bugil dihadapanku, sedangkan aku sudah pasti menikmati indahnya lekuk liku tubuh ketiganya. Aku kini bangkit dan menghampiri mereka.
“Mangg Dhaniii….diam ahh!!” Tarida menepiskan tanganku yang akan meraih buah dadanya. Aku kini bersujud dihadapan mereka
“Gimana…. Pelajaran dari mang Dhani? Asik kan.?” aku tersenyum. “nanti kita belajar lagiii… mang Dhani jamin bakal lebih asikkk!” aku memutuskan secara sepihak.
“Tapiii…jangan kayak tadi ahhhh….Kan takuttt” Nia protes
“Iya tanganku juga sakitkan manggg….dipelintir kaya gitu!” Tarida ikut protes, yang tidak protes Cuma Feilin.
“Iyaaa… nanti caranya agak beda… asal nurut… jangan lari.. apalagi melawan…he he” kupandangi ketiga pasang buah dada yang ranum dan segar dihadapanku.
“Plakkkkk!” aku tersentak ketika tiba-tiba Feilin menamparku, aku tidak mengerti megapa tiba-tiba ia melakukannya.
“Dasar brengsek!! Jangan kurang ngajar maen paksa segala….keluar sana!!” sumpah serapah keluar dari mulutnya.
Dengan hati yang pedih aku keluar dari halaman belakang
“Feilinn udah dong ahh… koq kasar gitu sih!!” terdengar suara Tarida dan Nia yang mengasihani diriku.

Hari itu merupakan sebuah kebahagiaan sekaligus sebuah kepedihan yang mendalam dihatiku. Harga diriku sebagai laki-laki sudah dicoreng oleh Feilin, namun ada kebahagiaan diantara kepedihan karena aku dapat menikmati kehangatan dan kemulusan tubuh ketiga gadis Chinese walaupun tidak sampai melakukan persetubuhan.

Sekian....

Nantikan cerita-cerita seks lain nya hanya di komunitas tante girang, kami memberikan cerita panas yang dapat membuat anda menjadi penasaran untuk mengalaminya, membuat anda mendapatkan kepuasan dalam berfantasi seks. sampai artikel berikutnya...

Tante Di GIlir Brondong SMA

Cerita sex tante kali ini akan menceritakan bagaimana dahsyatnya permainan sex seorang tante dengan 3 brondong yang masih duduk di bangku SMA, Cerita sex ini bermula dari sebuah kebetulan belaka, Dan sedikit kecerobohan mungkin, di ceritakan langsung oleh sang tante yang mengalami cerita sex ini. dimana dia di gangbang oleh 3 brondong SMA. Berikut ceritanya :

Kejadian ini sudah lama terjadi, tapi aku akan membagikan nya buat pembaca semua, karena bagi aku ini pengalaman pertama aku yang aku rasa seru banget.

Mendung tebal angin dingin mulai menghembus, aku terus melaju mobil ku melintasi jalan raya yang agak sepi, aku baru saja mengunjungi salah satu nasabahku yang tempatnya agak jauh dari kota, aku harus melewati jalan raya yang sepi dan jauh dari perumahan penduduk.Tiba tiba saja aku merasakan ban mobilku kempes, lalu aku menoba berhenti dan memeriksanya, ternyata ban belakang sebelah kiri kempes."ah g papa pasti aku masih bisa menaikinya sampai di kota" pikirku.

Dan ketika aku membuka pintu mobilku, aku tak bisa membuka nya.Astaga aku menutup pintu mobilku dan kunci mobil masih mengantung di dalam, haaa...dasar sial. aku mencoba mencari Hpku, Oh no..! Hp dan tas ku juga di dalam mobil.

Hujan mulai turun aku bsah kuyup kehujanan, mana sudah menjelang malam, tempat sunyi kek begini weeeeeeh....merinding rasanya.Setelah 20 menit berlalu aku melihat lampu mobil, aku melambai lambaikan tanganku.
Mobil itu berhenti dan ternyata pengendaranya adalah anak anak muda, sepertinya pelajar SMU.

"eehhhmmm....boleh minta tolong g dik, pinjem Hp nya buat telpon ke rumah, bentar aja,kunci mobil aku kekunci didalam mobil,dan tas aku di dalam juga" kataku sambil gemetaran menahan dingin.

"waduh mbak..eh tante masuk mobil aja dulu, biar g kedinginan" jawab salah seorang darimereka.Aku masuk kemobil, karena memang kedinginan.

"aduh sorry ya mobil nya jadi basah" kataku. ternyata dimobil itu ada tiga orang remaja yang masih berseragam SMU, bau mobil terasa banget bau rokok, dan seperti nya mereka abis minum minum.

" ah g apa apa tante, ini HP nya ,telpon aja dulu" kata pemuda itu sambil menyerahkan HP.

Berkali kali aku coba menghubungi G ada yang menjawab,tidak biasanya di rumah sepi jam segini, gerutuku.
"G ada yang angkat ya tante?" tanya pemuda yg di sebelahku.
"iya, g tau kemana mereka" kataku mulai gelisah.
" kalo begitu kita anter aja deh tante, rumah nya dimana"jawab pemuda yang di depan.
"wah agak jauh dek, di jln kartini" jawabku
" gpp tante paling juga 30 menit kan dari sini" jawabnya lagi
"iya deh makasih kalo g keberatan nanti aku ganti uang bensin nya ya" kataku lagi

Mobil melaju,agak perlahan karena hujan lebat sekali, aku semakin kedinginan karena baju yang aku kenakan basah sekali.Aku mencoba menggosok gosokkan telapak tanganku, untuk mengurangi ras dingin.

"Riki lepas donk jaket lo, kasih ke tante biar g kedinginan, lo mah dah liat gitu di diemin aja" kata pemuda yang menyetir mobil. kemudian pemuda yang duduk di kursi depan melepas jaket nya dan memberikan nya padaku.

"kenalin tante yang di sebelah tante tuh namanya Dendi, nah ini Riki, and gw Angga " kata si angga mengenalkan diri.
"tante masih dingin ya, mau gw peluk tante biar agak hangatan dikit" tanya si Dendi tiba tiba. aku tak menjawab karena tubuhku bener bener gemetar kedinginan, aku biarkan saja si Dendi memelukku.aku mulai merasakan hangat di tubuhku. aku memejamkan mataku.

Tiba tiba aku merasakan sesuatu merayap ke buah dadaku, aku membiarkan nya,aku pura pura tak merasakan apa apa,aku merasakan nafas Dendi mulai takteratur.perlahan perlakuan Dendi membangkitkan gairahku, aku geserkan tubuhku sedikit agar Dendi bisa leluasa bermain main di payudaraku.
Dendi menngecup kupingku, yang seketika itu mengalirkan getar birahi, yang secepatkilat menjalar keseluruh tubuhku.

"oh..ssshhhh.....aaahhh" desahku,
"tante...aahhh ...kamu cantik sekali" desah Dendi, sambil perlahan mulai meraih bibirku, kami berciuman, lidah Dendi bermain main di ronngga mulutku, tanganku mulai aktif, menjamah dan mengelus apapun yang bisa aku elus dari tubuh Dendi.Aku benar benar lupa kalo di mobil itu ada oarang lain.
dan tanpa aku sadari aku merasakan elusan elusan lain di pahaku, sementara tangan Dendi masih memainkan payudaraku, dan bibirnya masih terus melumat bibirku.

"ahk...aahhh...aaaaahhh...."aku terpekik mana kala elusan elusan itu menyentuh sesuatu yang paling sensitif itu. rupa nya Riki tanpa kusadari telah berpindah tempat, Riki terus mengelus dan mulai melepas celana dalamku, aku benar benar di derai perasaan nikmat yang teramat sangat.

"ooohhhh....terusin...oh yah...aaahhh" desahku mana kala Riki mengelus elus Vaginaku dan sesekali menyentuh clitku dengan jempolnya.
Dendi meucuti pakaianku, melepas braku, aku benar benar tak kuasa menolak kenikmatan itu. Dendi melumat , menghisap dan mengulum puting payudaraku bergantian. dan Riki mulai menjilati bibir kemaluanku. sunnguh kenikmatan yang luar biasa menyerang aku dari bwah dan atas.

"tante...nikmat sekali payudara tante " kata Dendi.
"isep Den..terusin Den...aaah" ceracauku.
"oooohhh....Ki aahhh...masukin jari nya ki...terus ki...Buka ki masukin lidah kamu Ki...oooohh" aku semakin gila.Aku mengangkat angkat pantatku sambil tanganku menekan kepala Riki yang sibuk menjilati kemaluanku.
"aaaahhh...Tante memek tante enak sekali...Riki suka sekali" kata riki
"aduh kalian jahat ya...masak gw suruh nyetir mobil sambil ****** gw ngaceng kek gini" celoteh Angga.

" Den...tante buka ya" kataku sambil meraih seleting celana Dendi. Dendi pasarah saja. Gundukan yang keras di balik CD biru itu membuat aku tak tahan ingin segera menikmatinya. Dendi bangkit dan melepas celana dan CD nya. Riki mengikuti hal yg dilakukan Dendi, kemudian aku duduk diantara mereka, kedua nya melumat payudaraku bergantian, sementara aku melebarkan kakiku, sebelah kiri ke Riki dan sebelah kanan di atas paha Dendi, jelas sekali memekku yang basah itu terpampang dengan jelas nya.
sementara kedua tanganku sibuk memainkan titit Dendi dan Riki.

tangan Dendi merambat turun dan menyentuh vaginaku, aku mengeliat ketika jari riki mulai menusuk lubang vaginaku. kemudian aku merubah posisiku, dengan membelakangi Riki dan mengoral titit Dendi. tapi kemudian riki menarik pantatku dan mengangkat nya, sehingga posisiku setengah menungging.

" aaahh...tante...isep tante...oooohhh nikmat sekali" ceracau dendi
"isep ****** gw tante....oooohhhh ...terusin tante ....isep..."dendi mengeliat tak karuan ketika buah jakar itu aku isep dan aku coba masukkan semua kemulutku.
aku terus mempermainkan ****** Dendi, menusuk nusukkan ujung lidah ku ke lubang yang kecil itu.

sementara itu, Riki memberiku sensasi yang luar biasa, ketika lidah dendi menyapu anusku,memainkan lidah nya di anusku. tiba tiba aja Angga mengejutkan kita semua.
"Dah sampe neh...giliran gw kalian mundur semua " kata Angga sambil membuka pintu mobil, yang tanpa aku sadari ternyata kita sudah di dalam ganransi mobil Angga. kemudian Dendi turun yang diikuti oleh Riki, mereka berdua tergopoh gopoh memakai kembali celana mereka.
angga menarik jaket yang hendak ku kenakan kembali, dan menarik tanganku keluar dari mobil, dalam keadaan baju yang terbuka dan bra yang terlepas, Rok yang berantakan, Angga menariku masuk kerumah nya, aku mengikuti saja.

"gantian, lo harus muasin gw, dari tadi gw dah ngaceng negliat tingkah kalian" kata si Angga yang sambil mendorongku jatuh ke sofa, kemudian dengan kasar dia membuka celananya sendiri dan menyodorkan ****** nya yang sudah mengeras ke mulutku.
"ayo isep bich...hah...ayo!" Dengan kasar Angga menyumpal mulutku dengan kontolnya.

Aku mengisap, ****** angga memainkan dengan lidahku,sesekali aku kocok dengan tanganku. lidahku berputar putar di seputar buah pelirnya.
"oooh yah...terus sayang...isep...lo emang lihai...aahhh...aaahhh"
' ****** kamu enak banget Ngga...aku suka banget" aku mengumam menikmati ****** Angga.
"ngga ...boleh ya aku isep ****** lo ampe keluar? " godaku
" Iya sayang....aahhh....isep sayang...oooohhh....yah begitu...begitu sayang terus...terusin.." angga meracau menikmati seponganku.

Aku merasakan kedutan di batang Angga, yang aku tau dia sebentar lagi bakal menyemburkan pejuhnya, aku sengaja mempermainkan Angga, dengan menghentikan aktifitasku, aku melepas ****** itu dari mulutku.

" sayang kenapa berhenti...ayo donk isep lagi...dah mau keluar neh...ayo donk" rayu Angga sambil menyodorkan ****** nya ke mulutku. aku tersenyum sambil berdiri.
" he he he ...nanti donk Ngga...aku haus nih...boleh minta minum ya?" godaku.
"g boleh ayo ...isepin dulu ampe keluar please donk sayang...ayao.." kata angga sambil mengelus elus pantatku.
" kalo lo bisa buktiin ke aku kalo lo bisa muasin aku....aku mau isep punya kamu ampe keluar" tantangku
" dasar perempuan....sini gw puasin lo minta yang gimana hah?" angga geram mendengar tantanganku. kemudian dengan kasar dia membopong tubuhku ke meja makan. Angga menciumiku dengan kasar, yang dimana buat aku semakin membakar gairahku, ciuman angga semakin ganas, dari telingaku kemudian leherku menjadi sasarannya, dengan kasar Angga melucuti pakaianku sehingga aku berbugil ria.

dalam sepintas pandang aku melihat riki dan Dendi yang ternyata dari tadi melihatku sambil beronani. ciuman angga turun ke payudaraku, memilin milin putingku dengan liah nya, semnetara tangan angga menyusuri pahaku, mengelus dan mulai meraba raba vaginaku yang sudah basah. aku merenggangkan kakiku agar angga bisa leluasa memainkan vaginaku yang becek.

angga memasukkan jari nya ke memeku mencoba mencari G spot dan mengocok nya dengan gerakan yang cepat.

" oh ya...yah...yaaah...terus ngga...terus" ceracauku
"lo suka hah...enak kalo memek lo gw beginikan hah"
"iya ngga..terusin sayang...oooohhh..nikmat nya nggak...terus ngga"
" ayo bilang lo mo gw apain...mo gw isepin ...mo gw entot memek lo ini hah"kata angga sambil mengocok memekku dengan jarinya. kemudian angga mengangkat tubuhku agar aku duduk di meja makan, kemudian angga mulai menggisap memekku dengan lidah nya.
" ayo bilang bich..enak g gw giniin...hah...memek lo udah basah..memek lo udah gatal kan?"
" iay ngga...memk aku udah g sabar minta lo entot..ayo ngga masukin ngga...aku mohon"
aku merintih memohon pada angga agar segera mengentotku.
"hhmmm...memek lo nikmat ...ooohhh...aku suka sekali" ceracau angga
' nggak...ooohhh....aaaahhh....gigit nggak itil aku ngga...iyah begitu...ooohhh"
" lo suka dikasarin yah...heh....gw akan entot lo...ampe lo puas"
"ngga ...ayo ngga masukin ngga...aku udah g tahan" rintihku, sambil terus meremas remas rambut angga, angga seakan akan sengaja mempermainkan gairahku, dia terus mengisap memeku dan jarinya menusuk nusuk memekku.

Riki dan Dendi mendekati aku dan angga, yang kemudaian dendi segera meraih payudaraku, sementara Riki melumat bibirku, sungguh pengalam luar biasa yang belum pernah aku rasakan, di serbu dari segala arah membuat aku semkain tak bisa menahan dasyat nya kenikmatan itu.
" aaahhhkkk....ooohhh....aku...ak...aku ke..keluar nggaaaaaa....aaah...aaahhh" aku menjerit sambil tanganku menekan kepala angga, aku mengalami orgasme yang teramat hebat.

Angga berdiri dan menarik tanganku, aku mengikutinya, disusul dendi dan riki, Angga membawaku ke ruang tamu, kemudian angga mulai mencumbuku kembali, kali ini Angga menyuruhku duduk di sofa, dan dengan nafsu yang meletup letup angga menciumi bibirku.
kemudian angga memutar tubuhku, kakiku disandaran sofa sementara kepalaku menggelantuh kelantai, kemudian dendi menarik kakuku agar lebih naik.
kemudain angga mengangkangi kepalaku dan mulai menyodok nyodokkan ****** nya ke mulutku, sementara itu Riki dan Dendi secara bergantian menghisap isap memekku,

"ooohh....yah baby suck it ...suck...terus tante...oooohhh" angga menikmati permainan permanian lidahku, aku sendiri merasakan kenikmatan yangluar biasa mana kala aku merasakan jari jari dendi dan riki memainkan clitku.
lima menit kemudian angga menarik tubuhku dan memintaku terlentang di sofa, dan mulai lah angga memasukkan ****** nya.

"aaahhh....angga...enak ngga...enak sayang...entot aku ngga" celotehku
"tante memek tante enak....sempit sekali tante...rasanya ****** angga kek di sedot sedot"
"entot aku ngga...terus ngga sodok yang dalem ngga"
"tante...gw mo keluar tante...gw udah g tahan....aaahh...aaahhh...enak tante"
"Jangan ngga...tante masih suka ****** kamu ngga...aaahhh...jangan keluarin dulu ngga" pintaku, tapi angga keburu menyemprotkan pejuh nya.
"aaaaahhhhhhhh.........aaaaaahhhh........aaah...aa hh..." erang angga
"sorry tante...angga g kuat nahan tante...udah dari tadi sih tante"jawab angga
aku kecewa rasanya karena memekku masih ingin merasakan sodokan sodokan ****** angga yang besar dan panjang itu.

" Dendi ayo donk sayang...fuck me...memek tante masih pengen ****** lagi ayo..." pintaku ke Dendi yang dari tadi coli sendiri. kemudian Dendi mendekatiku dan mulai memasukkan penis nya yang tak seberapa besar ukuranya. sementara Riki memintaku mengoralnya.
"oh ya...ooohhh....yah...yah...entot tante Den...yaah...terus Den" ocehku
"tante goyang tante...yah begitu tante ...oooohhhh...nikmat tante..enak"
"Ki...****** lo enak banget....tante suka sekali"

kemudian aku melepas isepanku di ****** Riki ..dan meminta Dendi berhenti, aku berganti posisi, aku meminta Riki duduk di sofa yang kemudian aku naik dan menggoyang nya dari atas, semnetara itu aku meminta Dendi untuk memasukkan ****** nya ke anusku.
"aahkk...pelan pelan Den...tante belom pernah soal nya" pintaku ketika Dendi main sodok aja ke anusku. setelah berulangkali gagal menembus anusku ahirnya masuk juga.
"aaahhh...oooohhh..tante peret sekali...lebih sempit" kata dendi.
"ooohhh....tante memek tante enak sekali"
"ayo sayang...nikmati tubuh tante ini...ayo...aahhh...nikmatin sampai kalian puas" racauku
"ooohhh tante dendi mo keluar...barengan yah tante"
"tahan dulu den...biar barengan ma Riki" pintaku
tiga menit kemudian riki memintaku menggoyang nya lebih cepat
"ayo tante goyang...iya ...begitu...terus tante...terus"
"aaaahhhhhh.......ahhk...aaahkk...aaaahhhh" kami bertiga keluar bersamaan, kakiku gemetar menahan kenikmatan itu, sementara Dendi mencabut penis nya dan terkulai di sofa, semnetara aku memeluk erat Riki.

Kami melakukan nya kembali, mereka mengentotku bergantian, payudaraku lengket lengket karena pejuh mereka, sekujurtubuhku terasa bagaikan kena lem lengket dimana mana, tak terasa waktu menunjukan pukul 11 malam, lalu aku bergegas mandi dan meminta angga untuk mengantarku pulang. dalam perjalanan pulang, aku merasakan kepuasan yang tak terhingga, ternyata enak juga ML dengan anak anak muda. mereka lebih rakus lebih dasyat.

Sekianlah cerita sex tante kali ini, lain kali akan ada cerita-cerita sex lain nya dari tante tante girang yang lain. selalu tunggu hanya di komunitas tante girang.

Cerita sex ku dengan Mbak Mira

Ini adalah pengalaman pribadi seseorang dalam dunia sex, mengalami suatu kejadian yang tak akan terlupakan sepanjang masa, mendapatkan pengalaman seks dengan seseorang yang lebih berumur dari dirinya. Silahkan nikmati cerita sex berikut ini :

Kenalin namaku Ervan, yang meski nama samaran tapi ini kisah nyata.
Perkenalanku dengan mbak Mira terjadi sekitar 3 tahun lalu. Mbak Mira adalah seorang wanita cantik yang sudah menikah dengan seorang manajer dari sebuah perusahaan BUMN. Umurnya 35 tahun, hanya beda 4 tahun dariku.
Meski sudah beranak 2 orang, tapi penampilan fisiknya tidak kalah dengan wanita-wanita dewasa yang lebih muda 5-10 tahun darinya. Maklum, dia seorang wanita yang sangat memperhatikan penampilan fisiknya. Bahkan setahuku dia juga rajin berolahraga, dan senam body language.
Rambutnya pendek sebahu, tinggi sekitar 160cm. Ukuran vitalnya mungkin tidak terlalu heboh, mungkin sekitar 34-29-36. Tapi penampilannya yang selalu rapi dan bersahaja membuatnya terlihat begitu menarik.
Awal perkenalanku dengannya mungkin tidak relevan untuk diceritakan di forum ini. Tapi yang jelas sejak kali pertama aku bertemu dengannya, aku sudah menaruh simpati padanya. Kelihatannya dia pun begitu, tapi dia adalah istri seseorang!
Akhirnya kami pun harus berpisah sekitar 1,5tahun yang lalu karena suaminya harus pindah tugas ke kota lain. Sungguh, entah mengapa rasanya begitu berat ketika kami harus berpisah. Aku masih ingat betapa matanya berkaca-kaca ketika harus mengucapkan salam perpisahan kala itu.
Setelah itu kami terpisah cukup lama, meskipun pada saat-saat tertentu kami masih saling mengirim salam. Tapi tidak lebih dari itu.
Namun tiba-tiba pada suatu saat Mbak Mira mengirimkan pesan singkat via ponselku.
"Van,apa kabarnya? Sekarang lagi dimana?"
Sebagai pengusaha muda yang masih bujangan, memang aku cukup sering keliling kemana-mana. Hometown-ku adalah di kota M, tapi aku cukup sering berada di kota S, J, B, maupun ke luar negeri untuk mengurus bisnisku.
Saat itu aku kebetulan berada di kota S, maka segera aku mengirimkan pesan balasan untuk memberitahu Mbak Mira.
Tidak lama kemudian Mbak Mira kembali mengirimkan pesan balasan. "Wah, kebetulan! Aku skrg dlm perjalanan ke S. Ntar ketemuan ya! Pesawatku berangkat 1 jam lagi"
Aku terkejut! Aku akan segera bertemu lagi dengannya!
Tapi, jangan-jangan dia datang dengan suaminya... Aku mencoba mengorek keterangan mengenai ini.
"Ga koq, aku sendiri aja. Van,ntar temenin aku jalan2 di S ya. Aku ga ada temen lain lagi lho di S".
Wah, pucuk dicinta ulam tiba neh!
Singkat cerita, malamnya aku menjemput mbak Mira di sebuah pusat perbelanjaan terkenal di kota S. Aku menelepon ponselnya dan mengatakan akan menjemputnya di lobby.
"Hai, mbak..."
"Hai juga, van..."
begitulah awal pertemuan kami kembali setelah 1,5tahun. Terus terang, rasanya begitu kaku. Maklum, baru kali ini aku bisa semobil berdua dengan wanita yang kukagumi ini.
Dia pun segera masuk ke dalam mobil Mitsubishi Grandis-ku.
"Wah,hebat kamu sekarang van... Mobil baru ya?"
"Ah, enggak koq mbak.. Well,iya sih aku baru ganti mobil ini. Tapi bukan mobil gres koq, beli second hand aja", aku mengelak.
"Hehehe, whatever deh.. Yang jelas, kamu kelihatan makin sukses aja neh.." kata mbak Mira sambil menatapku dari kursi penumpang.
"Wah, thank you mbak.. Hehe.. Ya udah, orang suksesnya mo ngajak mbak makan nih. Mbak belum makan kan ya?" tanyaku sambil memandang dirinya.
"Iya yah, jadi lupa kalo belum makan. Biasalah, cewek... Kalo udah shopping, lupa waktu.. Hahaha.. Ya udah, kita makan yuk..."
"Mau makan apa nih,mbak?"
"Yang simpel aja deh ya. Aku masih jet-lag nih"
Akhirnya kami makan malam bersama di sebuah kafe terdekat.
Segera suasana yang kaku tadi berubah cair. Kami saling bertukar kabar masing-masing karena selama 1,5 tahun kami tidak pernah bertemu. Aku teringat betapa kami juga dulu sering ngobrol berdua.
"Heran juga ya, van.. Kalo pas sama kamu, aku koq bisa tertawa lepas dan ngomongnya nyambung banget.. Beda lho ama suamiku. Sulit banget komunikasinya. Mana dia orangnya bawaannya serius banget..." kata Mbak Mira sambil menerawang.
"Ah, masa sih mbak?"
"Iya, begitulah.."
"Maksud, mbak?"
"Ya gitu deh,van. Soalnya aku ama suamiku dulunya ga pake proses pacaran dulu sebelum merit. Kalo tau gitu mah aku mungkin pikir-pikir lagi" desahnya.
Hmm, mbak Mira koq jadi curhat gini ya...
"Oya? Ceritain dong,mbak.."
"Yup,aku dulunya dikenalin ama suamiku. Suamiku itu sekantor ama sepupuku. Waktu itu aku pernah nemenin istri sepupuku main ke kantor mereka. Ternyata dianya langsung naksir dan gilanya langsung maen ngelamar ke bapakku..."
"Oya?" aku sempat terperangah.
"Karena waktu itu aku masih 24 tahun, dan teriming-iming keindahan pernikahan, lamaran itu pun kuterima dan 3 bulan setelah itu aku pun dinikahi dan segera pindah ke kota B dimana suamiku ditugaskan".
"Hmm, apa mbak pernah ngajak suami ngobrol tentang masalah ini?"
"Udah sih, tapi dasarnya dia emang penyendiri dan gila kerja... Percuma saja.." keluhnya.
Aku tiba-tiba jadi kasihan terhadap Mbak Mira. Mungkin sepintas orang menilainya sebagai seorang wanita yang terpenuhi kebutuhan lahir batinnya. Ternyata.. Dia punya masalah komunikasi dengan suaminya. Tidak bisa dibayangkan betapa kosongnya kehidupan pernikahannya.
Malam sudah cukup larut ketika kami keluar dari kafe tersebut. Aku pun menawarkan untuk segera balik ke hotel tempatnya menginap.
Tak lama kami pun tiba di hotel. Sebuah hotel berbintang 5 yang terkenal di kota S. Belanjaan Mbak Mira tadi ternyata cukup banyak, padahal consierge hotel sudah tidak di tempatnya. Maklum sudah pukul 11 malam.
Akhirnya aku pun menawarkan jasa untuk mengantar mbak Mira ke kamarnya sambil membawa sebagian barangnya.
Mbak Mira menginap di kamar 802. Kamar deluxe dengan city view. Aku yang senang dengan pemandangan malam kota, segera saja menuju ke jendela.
Mbak Mira memecah lamunanku..
"Van, minum ya? Katanya sambil menawarkan sebotol minuman penyegar.
Aku pun segera menyambutnya.
"Van, kamu ga buru-buru pulang kan?"
"Emang napa,mbak?"
"Aku masih mo ngobrol ama kamu tuh, tapi harus dipending bentar karena aku perlu ke toilet dulu neh."
"Oh,okay...Go on. Aku tungguin deh."
Selang beberapa menit kemudian mbak Mira keluar dari toilet. Aku yang sedang duduk sambil menonton tivi dari sofa segera melihat perubahan raut muka mbak Mira.
"Kamu napa,mbak?"
"Iya neh, ga tau.. rasanya ga enak aja.. aku juga sih.. tadi masih jet lag juga diminumin cappucino dingin.. sekarang badanku jadi ga enak gini rasanya"
"Walah... Ya udah mbak duduk aja dulu. Aku bikinin teh anget untuk mbak deh"
Mbak Mira pun duduk di atas ranjang king size di kamar itu.
Aku bergegas bangkit dan memanaskan air dengan termos listrik yang ada di kamar itu.
Setelah airnya mendidih, aku pun segera membuat teh yang kujanjikan.
Segera kuberikan pada mbak Mira yang sedang duduk di atas ranjang. Mbak Mira minum dengan perlahan.
Tiba-tiba mbak Mira nyeletuk..
"Aduh,van.. badan mbak koq jadi ngerasa dingin begini ya?" katanya sambil menyambar tanganku untuk meraba dahi dan leher sampingnya. aku agak terkejut, tapi kubiarkan saja tanganku dipakainya jadi termometer.
Terasa badannya hangat.
"Wah,mbak pasti masuk angin nih.. Aku bikinin teh anget lagi ya.."
"Thanks ya, van.. kamu baik banget deh. Sori nih, jadi ngerepotin.. tapi pasti lebih enak kalo bisa dipijitin.. sayangnya udah malam gini mo cari tukang pijit kemana coba.. hehe"
Spontan aku berkata "ya udah, ntar kalo tehnya udah, aku pijitin deh.."
"Emang kamu bisa mijit gitu?" tanya mbak Mira denga nada heran.
"Ya bisa dong... dikit-dikit, tapi bisa lah.."
"Hahaha.. ya udah, pijitin dong ya.."
Setelah cangkir teh yang kedua selesai diminumnya mbak Mira pun membalikkan badannya. Sekarang punggungnya dihadapkan padaku.
Aku pun segera menaruh tanganku di pundaknya dan mulai memijit.
Toh ini bukan pertama kalinya aku memijit cewek atau menjamah badan cewek, tapi aku merasa entah mengapa kejantananku mulai terusik. Apalagi ketika jariku mulai menjelajah dekat tali-tali BHnya.
"Wah, hebat juga kamu van.. mbak suka pijitan kamu. Belajar dimana?"
"Ga belajar dimana-mana koq, mbak. Aku sendiri suka dipijit, jadi tau titik-titik mana yang enak buat dipijitin"
"Van,bentar.. mbak mo ganti baju dulu deh. Baju ini ga enak buat acara pijit-pijitan. Hehe.."
"Ya deh,mbak.."
Mbak Mira segera bangkit dan masuk ke kamar mandinya. Selang beberapa menit kemudian, mbak Mira keluar dari kamar mandi. Kali ini, dia sudah berganti baju dengan piyama dari bahan kaos. Roknya pun sudah ditukar dengan celana 3/4 dari bahan yang sama dengan kaosnya. Yang paling berbeda adalah mbak Mira sudah menanggalkan kacamatanya dan sudah menghapus semua dandanannya.
Swear, dia terlihat lebih cantik dan muda dengan kondisi seperti itu. Dia terlihat seperti gadis berusia 25 tahun. Kuakui dia memang masih cantik, toh tidak lagi selangsing wanita yang masih single.
Dia pun segera duduk di dekatku, bahkan lebih rapat dari posisi terakhir ketika kupijat tadi.
Tanpa banyak berkata-kata aku segera melanjutkan pijitanku di pundak. Berhubung karena sekarang rasanya lebih leluasa memijat karena mbak Mira sudah menggunakan kaos, aku pun meluaskan pijatan ke area seperti punggung tengah, punggung bawah. lengan dan leher.
Berkali-kali aku menyentuh tali pengikat BHnya di belakang. Tanganku yang kuat dan kokoh juga menjamah lehernya. Kuakui sempat ku elus belakang telinganya ketika harus memijt area samping lehernya.
Mungkin karena sentuhan yang kontinu itu mbak Mira mulai terangsang sedikit demi sedikit.
Yup, bukan rahasia lagi.. daerah tengkuk dan belakang telinga adalah area erotis.
Ketika aku memijat kedua lengan atasnya, dia tiba-tiba mendorong badannya ke arahku. Aku teruskan memijat lengannya ke arah bawah, dan itu membuat tubuh mbak Mira makin masuk dalam dekapanku. Kurasakan hembusan nafasnya yang lembut di telinga kiriku ketika kupijat lengan bawahnya.
Nafasku pun mulai tak menentu. Aku menyadari posisiku saat itu.. aku sedang memeluk mbak Mira dari belakang! Wanita yang selama ini kuhormati dan kukagumi.. Sosok wanita dewasa yang menarik dan mempesona.
Kejantananku kembali terusik.
Tiba-tiba mbak Mira menarik tubuhnya hingga menyamping ke arahku seakan-akan mengharapkan aku untuk segera memeluknya.
Aku jadi serba salah. Satu sisi diriku ingin menyambut untuk memeluknya, sisi yang lain mengatakan kalau ini semua ga benar. Dia kan istri orang! Dan aku kenal dengan suaminya...
Tiba-tiba dia duduk menghadap diriku. Wajahnya begitu dekat... sangat dekat... cantik... dan bibirnya begitu mengundang.. haruskah aku menciumnya sekarang?
Rasa bingung makin merasukku.. hingga kulihat lagi bibir itu sudah lebih dekat dari sebelumnya..
Oh,what the hell..
Aku pun maju... dan kami berciuman!
wow, rasanya bergetar...
aku dan mbak Mira segera menarik diri.. mundur.. is this for real? aku dan mbak Mira saling berpandangan...
Yes, i want her.. and she also wants me!
Kami pun berciuman lagi, kali ini dengan penuh perasaan... ooh... i hope this is not just a dream...
bibir kami saling berpagut.. bibirnya, oh.. begitu lembut...
kami berhenti sejenak.. mengatur napas.. sepertinya mbak Mira juga tidak percaya apa yg terjadi barusan.. dia menyentuh dan mengelus pipiku.."Ini bukan mimpi kan,Van?"
"Bukan,mbak. Ini aku, Ervan. Dan kita baru saja berciuman!"
"Oh,rasanya sudah begitu lama.. Aku sudah lama menginginkanmu,Van.. Kamu juga kan?"
"I-iya,mbak... bener.. tapi..."
"tapi ada jarak di antara kita kan?" lanjut mbak Mira.
"Iya, mbak.."
"Oh,van... mbak senang.. mbak kirain kamu ga suka ama mbak.." katanya sambil memeluk erat diriku.
"Ga koq,mbak.. aku emang suka mbak sejak dulu.."
Mbak Mira tidak menjawab dengan kata-kata, tapi segera memelukku lagi dengan erat.
Berikutnya, kami terlibat dalam ciuman yang dashyat. Semua belenggu perasaan selama 3 tahun itu rasanya terlepas di kamar 802 itu. Kami berciuman.. dan berciuman seperti sepasang kekasih yang telah lama berpisah.
Aku mulai memainkan lidahku, memancing mbak Mira untuk french kiss..
Aku memang belum pernah melakukan intercourse, tapi untuk urusan foreplay dan petting aku bisa dibilang cukup terlatih dengan pacar-pacarku.
Lidah mbak Mira begitu lembut, sangat lembut.. bahkan lebih lembut daripada pacarku yang mana pun.
Tak lama, mbak Mira mulai membaringkan dirinya di atas ranjang. aku pun mengikutinya sambil terus menciuminya.
Aku mulai melakukan variasi ciuman dengan gigitan dan godaan lidah di sekeliling bibirnya. Mbak Mira menikmati cumbuan ini dan mulai terangsang. Nafasnya mulai memburu, dan dadanya mulai naik-turun.
Karena posisi mbak Mira yang kini tidur terlentang, aku pun mengimbanginya dengan cara mengangkangi tubuhnya.
Dengan posisinya itu, mbak Mira mulai menikmati ransangan demi ransangan dan mulai menginginkan lebih. Kejantananku mulai menegang ketika mbak Mira mulai mengangkat-angkat pantatnya seakan-akan mengundang penisku untuk segera mengunjungi vaginanya.
Gesekan demi gesekan antara penisku dan bukit kemaluannya ternyata membuat mbak Mira makin terangsang. Aku pun mulai memberikan ransangan lebih. Aku mulai menjilati telinganya, lehernya dan pangkal leher bagian tengan. Sesekali aku menjilati cekungan di pundaknya. Itu membuatnya makin menggelinjang. Tubuhnya tergetar hebat. Kini mbak Mira mulai membuka selangkangannya dan lebih jauh mendorong pantatnya ke atas agar clitorisnya bisa bergesekan dengan penisku yang menegang itu.
"Sayang, kamu mau ya?" tanya mbak Mira ketika merasa aku sudah mulai merespon belaian bukit kemaluannya di penisku dengan sesekali menekan dan menggesekan penisku naik-turun kemaluannya.
"Aku mau,sayang" kataku "tapi belum sekarang ya.. aku mo puasin kamu dulu dengan foreplay. Soalnya sebagai cowok, sekali ejakulasi agak lama baru bisa lagi."
Mbak Mira tersenyum, manis sekali. Mungkin dia kagum pada prinsipku untuk memuaskan wanita lebih dulu.
"Thank ya, sayang.. Tapi gak papa lho kalo kamu mau sekarang.. Aku tadi udah sempat orgasme koq.. Bahkan udah beberapa kali... Tuh,buktinya udah basah.." katanya sambil menuntun tanganku ke arah selangkangannya.
Wah, ternyata memang sudah basah banget. Toh celananya masih lengkap, tapi aku bisa merasakan vaginanya sudah kebanjiran.
"Tenang sayang,itu belum apa-apa. Aku mo kamu orgasme beberapa kali lagi malam ini.." kataku sambil menyambar bibirnya.
Kini tangan kananku mulai menjelajah. Tangan kiriku kupakai sebagai sandaran karena aku tidur menyamping di sisi mbak Mira.
Tanganku memegang bukit kemaluan mbak Mira. Montok dan lembut. Penisku tambah keras. Kini tanganku mulai merambah belahan vaginanya. toh dari luar celana, dengan bahan kaos begitu, belahan nikmat itu jelas masih terasa teksturnya. Kugesek-gesekkan jari tengahku di belahannya, sambil tetap menciumi bibirnya dan memainkan lidahnya yang lembut itu. Mbak Mira makin terangsang.. dia mulai mendesah.. bahkan ketika aku melepaskan bibirku dari mulutnya, mbak Mira kulihat membuka mulutnya dan memainkan lidahnya di bibirnya sendiri. Sesekali mbak Mira menggigit bibir bawahnya. Termasuk ketika tanganku mulai menggerayangi dadanya.
Ketika aku memegang cup kirinya, mbak Mira tiba-tiba ngomong, "Sayang sori ya, dadaku kecil lho. Cuma 34A. Ini keliatan montok karena sponnya aja yg tebel. Cewek emang pintar nipu soal ini. Sori ya.."
Aku cuma tertawa kecil dan bilang, "biarin kecil juga merangsang gitu koq. hehe.."
Mbak Mira merespon dengan menarik tanganku untuk meremas dadanya..
Dia ingin aku lebih leluasa mengeksplorasi dadanya sehingga dia menaikkan bajunya, mengangkat dadanya ke atas dari posisi berbaring dan membuka kaitan bra-nya.
Ketika dia mengangkat dadanya ke atas, aku sempat menggodanya dengan menggigit ujung cup bra-nya yang kanan.
Mbak Mira tertawa dan sempat menggodaku ga sabaran.
Oya, bra-nya berwarna coklat muda. warna bra yang umum dipakai ibu-ibu.
The next thing, aku sibuk menciumi, meremas dan mengelus buah dada dan putingnya. Seperti akunya,dada mbak Mira memang tidaklah besar dan montok. Tapi dasar bujangan, mengelus kulit selembut kulit payudara wanita muda dan mengulum puting kecil berwarna coklat yang tegak menantang tetap terasa SANGAT nikmat.
Yup, putingnya kecil seperti puting gadis, sebab meski sudah punya anak mbak Mira ternyata tidak lama menyusui anaknya. Produksi air susunya ga banyak, akunya. Jadi anak pertama hanya sempat disusuinya dua minggu, sedangkan anak yang kedua malah tidak pernah sama sekali.
Kami terus bercumbu, dan tanganku pun mulai masuk ke arah selangkangannya sampai di perbatasan bulu kemaluannya.
Berikutnya mbak Mira minta break dulu. Dia kehabisan nafas katanya. Akhirnya aku tiduran di sebelah kirinya. Cape dari tadi di mobil aku cuma lihat sisi kanan wajahnya.
Aku dan mbak Mira akhirnya ngobrol-ngobrol lagi, sambil ciuman mesra sesekali.
"Van, tau ga.. aku ga pernah lho rasakan seperti yang tadi kamu lakukan ke aku. Sejak aku menikah, jarang-jarang aku bisa menikmati orgasme. Tapi dengan kamu , bisa berkali-kali! Aku tadi 6 kali orgasme lho.. makanya lemes banget deh rasanya" Aku cuma tersenyum.
Lucunya sambil ngobrol pun tangan kami berdua tetap bergerilya. Tangan kananku yg memeluk leher mbak Mira mulai menggerayangi tengkuk, belakang telinga kemudian masuk memegang payudaranya dari celah leher piyamanya.
Tangan kiriku pun tidak kalah nakalnya. Dengan lembut aku memasukkan tangan kiriku ke dalam celana mbak Mira. Kucoba mengelus belahan kemaluannya dengan jariku dari balik celana dalamnya. Terasa banget vaginanya sudah basah..sah.. Cairannya bahkan sudah membasahi celana dalamnya. Aku terus menggesek-gesekkan tanganku dan menciumi wajahnya dengan lembut.
Mbak Mira juga kini tidak mau kalah nakal. Tangannya mengelus dadaku yang bidang, tapi lama kelamaan tangannya mulai menyusup masuk ke dalam celana jeans-ku. Aku membiarkan saja dan dia menanggapinya dengan gerakan pasti ke arah bawah dan menyambar penisku yang sudah menegang.
Terlihat mbak Mira sedikit terkejut ketika menyentuh batang penisku. Harus diakui, penisku cukup besar untuk ukuran orang Asia. Panjangnya 16,5cm, dengan diameter 4cm. Tapi reaksi terkejut itu cuma sebentar dan segera berganti dengan nafsu berahi.
Terasa tangan mbak Mira lebih erat menggenggam penisku. Aku yang kerepotan dengan posisi penisku yang sudah menegang meminta mbak Mira untuk membukakan celanaku saja.
Ternyata mbak Mira malah senang sekali. Dan dengan segera, dia membuka ikat pinggang dan celana jeansku. Mbak Mira terlihat begitu bernafsu ketika harus membuka celanaku tapi sempat kesal karena tidak bisa membuka ritsleting jeansku. Aku pun membantunya.
Raut muka mbak Mira jadi seperti anak kecil yang mendapatkan mainan yang diidam-idamkannya, setelah penisku terbebas dari celanaku dan siap masuk dalam genggamannya.
Mbak Mira sempat terpekik kecil ketika melihat penisku yang sudah menegang maksimum dengan hiasan urat-urat di batangannya.
"Ih, udah keras banget... Ooh.."
Mbak Mira benar-benar sudah ga kuat lagi menahan gejolak nafsunya.
"Van, aku mohon... masukin sekarang aja ya, sayang.. aku mohon.."
"Ok, sayang.. whenever you are ready.."
Mbak Mira segera bangkit dan menyusup ke dalam selimut. Dengan segera ia melepas celana dan celana dalamnya dari bawah selimut.
Terus terang aku cukup kecewa karena aku berharap aku sendiri yang membukanya.
Tapi ketika mbak Mira menyibakkan sedikit selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya, aku ga jadi protes lagi.
Bulu-bulu kemaluannya yang hitam dan rapi terlihat begitu kontras di tengah apitan dua paha yang begitu putih dan mulus.
Di bagian perut bawahnya ada luka parutan operasi caesar. Yup, kedua anaknya lahir dengan operasi itu. Artinya, vagina-nya pasti masih sempit! Ave Caesar!
Aku pun segera duduk mengangkang di depan selangkangannya. Terus terang aku cukup gugup. Ini pertama kalinya aku melakukan intercourse dengan penetrasi. Selama ini paling jauh aku hanya petting dengan saling gesek dengan pacar-pacarku dulu. Aku kuatir mereka hamil atau paling tidak aku merusak keperawanan mereka.
Sekarang di depanku ada wanita cantik yang siap dipenetrasi. Aku jelas tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Tapi aku juga ga mau mengakui ini kali pertamaku.
"Sayang,aku ga punya kondom lho.."
"Ga pa-pa koq sayang, aku pake IUD koq"
"Oya?" aku menyahut kegirangan.
Permainan dilanjutkan.
Kini aku mengelus bukitnya. Lalu jari jempolku mulai menelusuri belahan kemaluannya.
Mbak Mira ga tahan, dia membuka selangkangannya. Dan tampaklah belahan surga mbak Mira!
Sungguh indah pemandangan itu. Bibir vaginanya ternyata masih rapat mengatup.
Kini jari tengah kananku yang menelusuri belahannya dan membelah labia mayora-nya yg berwana coklat muda. Kecil dan tidak menggelambir seperti yang biasa ku lihat di foto-foto XXX. Apa karena jarang dipake ya? Pikirku.
Aku tersentak ketika tanganku menyentuh labia mayora-nya. Vagina-nya ternyata sudah amat sangat banjir! Bahkan bulu-bulu yang terletak di sekitarnya pun bahkan sudah basah kuyup kena lendirnya!
Mbak Mira sudah ga tahan. Dituntunnya penisku masuk ke dalam vagina-nya.
Oohh...
Dan... "cleep..."
Karena sudah sangat basah,penisku dengan sangat mudah masuk ke liang vagina-nya.
Mbak Mira terpejam ketika penisku memenuhi liang vaginanya untuk kali pertama. Mulutnya terbuka tapi tidak mengeluarkan suara.
Sungguh nikmat rasanya pertama kali penisku merasakan remasan dinding vagina.
Aku memulai dengan missionary position. Hentakan demi hentakan yang kuberikan ke vagina mbak Mira yang nikmat membuat payudara-nya bergoyang-goyang.
Sempat beberapa kali kucoba mengulum putingnya, tapi tiap gerakan itu membuat penisku terlepas dari cengkeraman vaginanya. Jelas saja dia tidak merelakannya begitu saja dan segera mencari penisku dan memasukkannya kembali ke liang nikmatnya. Haha.
Akhirnya aku menyadari bahwa posisi missionary tdk memungkinkan aku bisa mengulum putingnya. Setidaknya karena perbedaan tinggi badan (aku 175cm).
Mungkin karena mbak Mira sudah terangsang hebat, dengan mudah dia mencapai 2 kali orgasme lagi.
"Sayang,kamu udah ya? aku udah dua kali lho..."
"Belum apa-apa neh,sayang..."
"Ha? Kamu koq kuat banget?"
"Emang kamu dah cape ya,say? Koq nanya gitu?" tanyaku.
"Hehee... bukan napa-napa sih..."
"Jadi, lanjut ga neh?"
"Lanjut dong... Aku masih mau koq,sayang.." kata mbak Mira.
"Ok,sayang tapi karena aku cape kaya gini.. tukar posisi ya..."
Aku menawari mbak Mira posisi Woman on Top (WOT).
Mbak Mira ternyata menyambut dengan gembira.
Segera aku merebahkan diri dan giliran mbak Mira yang "kerja". Posisi ini ternyata sangt menyenangkan buat mbak Mira. Dengan mudah dia meraih lagi 2 kali orgasme.
Aku pun menikmati pemandangan tubuhnya dari bawah. Aku juga dengan leluasa meremas payudaranya dan mengulum putingnya. Juga aku bisa memegang pinggulnya yg sexy sambil membantu menggerak-geraknnya, menggiling dan memijat penisku dengan "ulekan sorga"-nya.
Di saat inilah, mbak Mira mulai bersuara... Dia mendesah-desah...
"Ooouch... Yeeees... Oooow... Enak banget... Terusin,sayang... Yes, terusin..."
Apalagi ketika aku mulai menggelitik klitorisnya dengan jari jempolku..
Aku merasa penisku seperti diremas kuat.. aku baru tau kemudian dari mbak Mira kalo ini yang disebut gerakan kegel...
Akhirnya aku pun ga tahan...
"Sayang,aku udah mau keluar neh..."
"Ga pa-pa,sayang. Keluarin di dalam aja... Tapi tunggu ya,aku juga udah mo keluar nih... sama-sama aja ya,say..."
Aku menjawab dengan anggukan..
Mbak Mira mulai makin liar menghujamkan penisku ke dalam vagina-nya.. tubuhnya menegak.. aku mengulurkan kedua tanganku utk dijadikan tumpuan tangannya...
"Ohh.... Terus sayang.. jangan berhenti... ya...ya... terus... ooooh... ohhhhhh.... ohhhh....."
Aku merasakan penisku berdenyut dalam cengkeraman vaginanya yang semakin erat... aku menyemprotkan cairan maniku ke dalam vaginanya... dan pada saat yang hampir bersamaan aku merasa ada cairan hangat menyelimuti kepala penisku. Enak banget rasanya...
Mbak Mira pun jatuh ke dalam pelukanku... Dia orgasme!
"Ohhhh... Van.. Gila... Lu hebat banget..aku keluar lagi.. banyak lagi.. "
Penisku masih ada di dalam vaginanya...
Tiba-tiba aku merasa penisku di-kegel lagi... dan kembali terasa ada semburan cairan di vaginanya! ckckckck... dia orgasme lg..
mbak mira hanya bisa tersenyum puas, lalu memelukku erat-erat dan menciumku.
Sesudah itu dia bangkit duduk, mengambil tissue yang ada di meja samping ranjang dan mencabut vaginanya dari penisku. Kala itu kudengar bunyi plok.. seperti suara sumbat botol dibuka.
Sebelum melepaskan penisku dia menyelebunginya dengan tissue dan setelah tercabut dia mengelap sisa-sisa cairan cinta kami berdua malam itu.
Kemudian mbak Mira merebahkan diri di dadaku.
Senyum puas tersungging di bibirnya. Mukanya begitu cerah dan cantik, mungkin karena dia baru saja mengalami muktiple orgasm.
Mbak Mira kemudian berkata: "thanks ya, sayang.. aku puas banget.. sungguh.. kau hebat banget... emang kalo masih muda masih kuat banget ya.. thanks.. that's the best love making i ever had..."
Aku cuma tersenyum dan mencium keningnya... aku juga puas banget,sayang..
Aku pun segera masuk ke kamar mandi. Sisa love juice mbak Mira di penisku ternyata masih cukup banyak, sehingga perlu segera ku bilas.
Ketika aku keluar dari kamar mandi kulihat mbak Mira masih baringan di atas ranjang. Posisinya bahkan tidak jauh berbeda sejak kutinggalkan 3 menit lalu.Dia tersenyum manis kepadaku, mungkin dia masih terbayang multiple orgasm yang baru saja dialaminya. dan aku diyalinkan akan hal itu ketika kulihat celana piyama dan celana dalamnya masih terletak di atas karpet lantai.
Aku pun segera mendekati mbak Mira dan mengecup keningnya dengan lembut.
"Puas,sayang?" tanyaku pada mbak Mira.
Mbak Mira tidak menjawab namun dia mengangguk dengan wajah polos sambil tersenyum.
Dia pun mengulurkan tangannya dan sekali lagi menggenggam dan mengocok penisku lembut.
Mbak Mira memandangku lembut dan berkata , "Sayang, kamu ga bobo disini aja malam ini?"
"Sori, sayang. Aku ada janjian dengan klien besok pagi-pagi bener. Kuatirnya aku jadi telat bangun dan miss the appointment karena ngelayanin kamu lg malam ini, hehehe.." demikian jawabku yang langsung dibalas dengan cubitan mbak Mira di perutku.
"Ya udah, kamu pulang aja sekarang.. Tapi besok temani aku lagi ya,sayang?"
"Ok deh, aku ketemu mbak siang aja ya. Jam 2 aku sudah ga ada appointment lagi."
"Oke, ati-ati di jalan ya sayang..Thanks for the great time.."
"Aku juga.. Yup,besok siang aku jemput mbak deh. Pasti! Skrg mbak bobo aja langsung,ga perlu nganter aku keluar.. Met bobo sayang.."
Aku mengecup bibirnya lembut, memakai celanaku, melangkah keluar, dan pulang ke rumah...

Day 2
Siang itu aku baru saja selesai menandatangi berkas terakhir yang butuh approval-ku hari itu. Waktu sudah menunjukkan pukul 13.30. Right on schedule. Aku tak sabar untuk segera meninggalkan kantorku.
Janji untuk bertemu dengan mbak Mira semakin dekat.
Tak lama kemudian, aku sudah dalam kabin mobilku. Kupacu mobilku semakin cepat, membayangkan apa yang menantiku siang itu.. Kencan dengan mbak Mira, yang kini jadi kekasih gelapku.. Hehe..
Pikiranku menerawang mengingat romantisme yang kami lewati malam sebelumnya. Hingga saat itupun aku masih tidak percaya sepenuhnya, bahwa aku telah ML dengan mbak Mira. Mbak Mira, sosok wanita dewasa yang cantik dan mengagumkan itu memang telah lama memikat hatiku. Dia sangat matang dan menarik. Usianya pun tidak beda banyak denganku, hanya empat tahun saja.
Lamunanku terganggu ketika aku disapa oleh petugas keamanan mal dimana aku janjian ketemu dengan mbak Mira. Setelah mobilku diperiksa oleh petugas keamanan, aku pun memacu mobil ke gerbang parkir. Ku ambil handphoneku dan segera menelepon mbak Mira.
"Siang, mbak Mira.." sapaku saat mbak Mira mengangkat handphonenya.
"Hai, sayang.. Kamu dah nyampe ya?" sahut mbak Mira dengan nada gembira.
"Iya,mbak.. Tapi masih muter-muter di parkiran. Belum dapat tempat, rame banget sih.."
"Hihi.. Sabar ya,sayang.. Aku juga masih ngantri bayaran di kasir supermarket nih. Kamu ntar langsung ke pizza hut aja ya.. Kita ketemuan disana. Ok?"
"Ok, mbak.. Oh, ini ada mobil yg keluar. See you soon.."
Setelah mobilku kuparkir, segera aku menuju ke resto pizza hut di mal itu.
Restonya tidak seberapa rame hari itu, tapi aku sengaja memilih tempat yang agak mojok. Mau gimana lagi, aku juga ga mau nama mbak mira jadi rusak kalo terpergok orang lain. Istri mantan manajer bumn di kota itu tentu saja masih bisa dikenali oleh beberapa orang kan?
Cukup lama juga aku menunggu di pizza sebelum mbak mira akhirnya datang dengan dua bungkus besar belanjaannya di dalam trolley.
Jelas terlihat, rasa menyesal terpancar di wajah mbak Mira..
"Say, sori ya.. Lama banget.."
"Ga pa-pa koq,mbak.. Makan dulu yok.."
Mbak Mira segera mengambil kursi di depanku. Well, gimana-gimana juga di depan orang kami harus menutupi adanya cinta terlarang di antara kami.
Walau demikian, selama kami makan siang itu hampir selalu kami berpegangan tangan kami. Rasanya seperti pasangan usia SMP saja yang kemana-mana gandengan mulu.
Siang itu mbak Mira, seperti biasa terlihat rapi. Dengan kemeja putih dan rok panjang berwarna abu-abu seperti yang biasa dipake para sekretaris.
Obrolan kami cukup santai siang itu.
"Say, aku ga ganggu kerjaan kamu siang ini kan?"
"Ga koq, udah aku aturin. Siang ini seluruh appointment udah aku batalin demi ketemu mbak.."
"Oh ya? Wah, sori ya.. Jadi ngerepotin kamu.." kata mbak Mira sambil meremas tanganku
"Ga koq, mbak.. Aku juga mau spend waktu berdua ama mbak Mira lagi.."
Kataku sambil menatapnya..
Mbak Mira tidak berkata apa-apa, namun tersenyum sambil mencubit punggung tanganku..
"Iih.. Kamu mau lagi ya, van?" kata mbak Mira sambil memandangku dengan mata yang nakal.
"Iya,mbak.. Mbak mau kan?"
"Iya, sayang.. Aku juga mau koq.." kata mbak mira sambil mengangguk.
Aaaahhh... Aku semakin tidak sabar.. Pengen rasanya segera kembali ke hotel mbak Mira siang itu.
20 menit kemudian, aku dan mbak Mira sudah di dalam mobilku. Kaca film mobilku yang 80 persen membuat kami berdua tidak lagi ja-im. Selama di perjalanan, kami tidak melepaskan genggaman tangan kami. Sekali-sekali saat mobil harus berhenti, aku membelai rambut mbak Mira dan mencium jidatnya. Mbak mira sempat geli juga diperlakukan seperti itu. Katanya, kami bagaikan sepasang ABG yang sedang memadu kasih.. Well, kalo dipikir-pikir iya juga sih.. Haha.. Tapi, peduli amat.. Yang penting, aku suka dan mbak mira menikmatinya!
Setelah 20 menit mengemudi aku dan mbak Mira tiba di hotelnya. Strateginya masih seperti kemarin. Mbak Mira masuk dulu dengan sebagian belanjaannya, kemudia aku menyusul dengan sisa belanjaannya.

Saat yang kami tunggu-tunggu tiba..
Kami sekali lagi berduaan di kamar hotel 802 itu.
Begitu pintu ditutup, mbak mira segera menyambutku dengan pelukannya. Kami pun langsung berciuman.. Nafsu untuk bercinta sudah terlalu tinggi untuk ditahan beberapa detik lagi!
Aah.. Bibirnya yang empuk itu begitu nikmat. Lip gloss pink yang dipakai mbak Mira menambah licinnya bibirnya. Ciuman demi ciuman mesra kami segera berubah menjadi french kisses yang begitu bernafsu. Sapuan lidah mbak Mira yang lembut dan gerakan bibirnya yang empuk seolah mengundangku untuk lebih dalam mencumbunya..
Kami semakin erat berpelukan. Payudara mbak mira yang kenyal semakin dashyat tergesek-gesek ke dadaku. Aku tidak tahan lagi, nafsuku merasuk. Penisku langsung mengeras. Mbak mira tentu saja dapat merasakannya. Malah seolah terpancing dengan mengerasnya penisku mbak Mira bahkan makin liar mencumbuku.
Mbak mira kemudian membalikkan badannya, sehingga penisku tepat berada di belahan pantat mbak Mira. Tidak hanya sampai disitu, mbak Mira mulai menggeser-geserkan pantatnya yang montok itu ke penisku. Gerakannya yang naik-turun rasanya begitu dashyat memijat penisku.
Aku pun tidak mau ketinggalan mencumbunya. Aku melingkarkan tangan kananku ke pinggang mbak Mira, sedangkan tangan kiriku menyibakkan rambut mbak Mira ke belakang sambil berusaha melanjutkan ciuman kami.
Cumbuan pun berlanjut dan kini mbak Mira semakin dalam menancapkan belahan pantatnya ke arah penisku. Seakan-akan mbak Mira memohon aku untuk segera melakukan penetrasi, menembusi rok panjangnya.
Aku sadar mbak Mira pun sudah on.
Kini tangan kiri yang bergantian merangkulnya dari belakang, sedangkan tangan kananku membelai leher dan telinga kanannya. Aku mulai melepaskan ciumanku dari bibirnya, dan mulai memainkan lidahku menyusuri dagunya, lehernya, telinganya, menyusuri lehernya terus kebawah ke bahu mbak Mira. Mbak Mira mendesah ketika aku menyusuri lehernya. Tangan kanannya meremas tangan kiriku, sedangkan tangan kirinya meraih tengkukku.
Aku semakin bersemangat, mbak Mira menikmati foreplay kami.
Sekali lagi kami french kiss..
Kedua tanganku pun berganti aksi.
Dengan lembut kupegang kedua payudara mbak Mira dari arah bawah. Mbak Mira melenguh.. Ohhhh...
Aku mulai mengangkat kedua payudara itu sedikit ke atas. Dengan lembut aku mulai meremas kedua payudara mbak Mira..tubuh mbak Mira tiba-tiba bergetar hebat...
Dia melepaskan bibirnya dari bibirku.. Dan mulut sedikit terbuka, dia mengangkat wajahnya hingga menengadah ke langit-langit kamar hotel itu. "Ooh.. Van..." desah mbak Mira..
Aku pun tak berhenti sampai di situ. Sambil terus meremas payudata mbak Mira, aku menciumi lehernya dengan ganas. Badan mbak mira kembali menegang. Kali ini kedua tangannya menarik pantatku agar semakin lekat dengannya.
Ku angkat kedua tanganku dari payudara mbak Mira, kemudian kusibakkan rambut dari pundaknya. Kuciumi tengkuknya, sedangkan kedua tanganku kembali menyerang payudaranya. Kini dari kedua sisi badannya, sehingga aku bisa menelusuri lekukan bra mbak mira dari samping terus ke dua bukit indah yang menunggu di depan.
Aku menjilati pangkal tulang leher mbak mira sambil terus menerus membuat gerakan memutar dari samping ke bawah ke dalam trus ke atas dan memutar lagi mengelilingi bulatan payudara mbak Mira yang masih terbungkus bra..
"oooouuuuuuhhhh..." lenguh mbak Mira..
tiba2 mbak mira membalikkan badannya.
"sayang, tunggu aku bentar ya.."
Mbak mira melepaskan dirinya dari dekapanku. Entar apa yang direncanakannya..
Dengan segera mbak mira bergegas ke toilet di kamar hotel itu. Tak lama kudengar suara air mengucur, berasal dari selang bilas.
Ada 2-3 menit mbak Mira di toilet. Aku sendiri bertanya-tanya apa gerangan yang sedang dilakukannya. Jujur aja, penisku udah tegang luar biasa.. Rasanya mulai tak tahan..
Untunglah, tak lama mbak Mira pun keluar dari toilet. Penampilannya berubah total. Kini dia tidak lagi mengenakan kacamatanya, bajunya sudah diganti dengan kaos berwarna putih yang ketat dan cukup tipis hingga branya jelas menerawang. Bawahannya yang benar-benar berbeda. Kali ini dia hanya mengenakan handuk hotel sebagai rok!
Mbak mira mengangkat tangannya, seakan mengajakku kembali mendekatinya.
Mbak mira pun duduk di pinggir ranjang king size di kamar itu. Aku berlutut di depannya.
Mbak mira kemudian menarik wajahku dengan kedua tangannya yang lembut. Kami pun segera kembali berciuman. Kali ini ciumannya juga dimulai ciuman-ciuman lembut. Kupegang pinggul mbak Mira dengan kedua telapak tanganku.
Wait a minute, koq ada yang aneh..
Aku mencoba meraba pangkal pantat mbak Mira.. Lho, koq ga ada celana dalamnya?
Aku melepaskan ciuman mbak Mira, dan bertanya.. "mbak, cd-nya di lepas ya?"
Sambil mengangguk, mbak Mira tersenyum nakal.. "iya sayang, udah aku lepas tadi di toilet.. Hehe.."
"wah..." aku tersentak... Artinya... Di balik balutan handuk itu sudah tidak ada selembar benang apapun?
Pikiran itu semakin membuatku terangsang...
Aku pun mulai menciumi mbak Mira dengan ganas.. Kedua tanganku kini mulai menggerayangi kaki mbak mira.. Mulai dari telapak.. Naik ke betis.. Naik ke lutut.. Naik lagi ke paha bagian luar...meraba sedikit bagian dalam sampai kurang lebih setengah perjalanan ke pangkal paha..
Kulepaskan ciumanku.. Dan mulai menurunkan kepalaku ke arah pahanya.. Kulakukan itu tanpa sedikit pun melepaskan mataku dari menatap kedua mata mbak mira yang sudah dilanda nafsu bercinta..
Ketika wajahku mencapai lutut kiri mbak Mira, segera kudaratkan ciuman ku. Kuciumi lutut kira wanita idamanku itu, dan berganti ke lutut kanannya. Mbak Mira tidak dapat menahan serbuan rangsangan itu, merapatkan kedua pahanya. Kepalanya kembali mendongak, dengan mulut terbuka..
Tanganku yang tadi parkir di pinggulnya mulai mengelus paha luar mbak mira, dari lutut sampai ke pangkal pahanya..
Mbak mira tidak dapat menahan diri lagi. Tubuhnya bergetar dan dia pun menghempaskan punggungnya ke ranjang.
Kedua tangan mbak mira mulai mencengkeram bed cover yang masih menutupi ranjang besar itu.
Aku pun mulai menjilati pahanya. Bergantian kiri kanan. Semakin lama semakin ke atas menjauhi lutut.
Paha mbak mira tidak lagi dirapatkan tapi mulai membuka. Seakan mengundangku untuk mendekat ke arah pangkal paha.
Balutan handuk mbak mira mulai mengendur dan tersibak ke atas dan samping.
Akhirnya yang paling dinanti tiba.. Kurasakan bulu-bulu halus yang hitam di lidahku.. Aroma vagina yang begitu khas seolah mengundangku untuk segera menemuinya.
Mbak mira semakin kuat mencengkeram bed cover.. Seakan-akan dia hendak menarik bed cover itu sampai robek.
Kini tanganku membuka balutan handuk yang masih menutupi sebagian tubuh seksi mbak Mira. Ketika aku berhasil membuka handuk itu, mbak Mira mengangkat kepalanya. Dia seakan tidak percaya apa yang sedang akan kulakukan.
Ya, aku mau menjilati vaginanya..

"Van? Kamu mau.."
"Iya sayang. Kamu nikmati saja ya.."
"tapi, kamu ga jijik gitu?"
"ga, sayang.. Aku pengen menjilatinya.."
"tapi, aku belum pernah.."
"udah, tenang saja.. Nikmati ya,sayang.."
Mbak mira hanya mengangguk pasrah.. Nafsu bercinta-nya sudah melampaui rasa malunya..
Awalnya mbak mira memang terlihat masih kagok ketika aku mulai menciumi bukit kemaluannya..kakinya dirapatkan.
Tapi aku tidak menyerah sampai disitu.
Kujulurkan lidahku untuk meraih awal belahan vaginanya. Dengan perlahan tapi pasti aku makin menyeruak ke arah vagina mbak Mira yang cantik itu. Mbak mira mulai terbawa nafsu, akhirnya dia mulai melonggarkan pahanya. Aku pun menarik pahanya, membukanya sehingga aku bisa melakukan oral seks dengan leluasa pada vagina mbak Mira.
Akhirnya mbak Mira menyerah, pahanya dibuka.. Kujilati labia mayoranya beberapa kali sebelum menyedot labia minoranya yang sudah banjir oleh cairan pelumas vagina.
Saat lidahku kujulurkan untuk menjilatinya bibir vaginanya, pinggul mbak Mira tiba-tiba terangkat.. Secara refleks dia menjepit kepalaku dengan pahanya, sambil melenguh keras! Mbak mira mengalami orgasme pertamanya...
"Ouuuhhh...ervaaaan.." kata mbak mira dalm orgasmenya...
Aku tidak berhenti begitu saja. Setelah berhasil mengangkangkan kembali paha mbak Mira, lidahku kembali beraksi. Kali ini memainkan lidahku naik-turun membelai belahan vaginanya.
Mbak mira sangat terangsang.. Dia mulai meremas-remas sendiri kedua payudaranya. Tak lama, mbak mira menjemput tangan kananku. Aku mengerti maksudnya. Segera kuraih payudara kirinya.. Dan meremas-remasnya.
Tak puas, tangan kanan kumasukkan ke dalam bajunya.. Kuremas-remas kedua payudaranya secara bergantian.
Karena pengen meremas payudara mbak Mira tanpa dihalangi bra, tanganku menjelajah ke arah belakang. Maksudnya untuk membuka kaitan bra.
"sayang, kaitannya di depan koq" kata mbak Mira menuntun.
Dengan satu tangan aku mencari kaitan bra mbak Mira. Ternyata tidak sulit membukanya.
Ketika akhirnya tanganku berhasil meraih bukit indah mbak Mira yang di sebelah kiri, aku langsung mencari putingnya.. Memuntir-muntir dan mengelus-ngelus putting mbak mira membuatnya semakin bernafsu. Pinggul mbak Mira terangkat-angkat, seakan mengimbangi lidahku yang kini mulai melakukan penetrasi-penetrasi ke vaginanya.
Vagina mbak mira kini begitu banjir oleh cairan dari dalam.

Mbak mira pun tiba-tiba bangkit dan duduk..
"sayang, kini giliranmu ya.."
Aku pun bangkit. Jujur aja, lututku sendiri mulai cape berlutut sejak tadi.
Mbak mira memintaku berdiri.
"say, mo di karaoke ga?"
"emang mbak suka?"
"pengen coba deh.. Hehe"
Dari situ aku tau kalo aktivitas seks mbak Mira dengan suaminya ternyata tidak variatif.
Dengan sedikit ragu, mbak Mira meraih penisku. Mengocok-ngocoknya sebentar.
Penisku udah begitu tegang, warnanya pun sudah merah padam.. Artinya seluruh pembuluh darahku di penis sudah terisi penuh.
Mbak mira mendekatkan kepalanya.. Dia mencoba menjilati kepala penisnya.. Terlihat dia sedikit takut-takut.. Tapi kemudian dia memasukkan penisku sampai kira-kira separuhnya ke dalam mulutnya.
Mbak mira berusaha melakukan oral seks.. Tapi mempelajari tampangnya, sepertinya dia tidak enjoy. Kasian juga, mungkin dia pikir harus membalas perlakuanku padanya tadi.
"sayang, kamu ga harus melakukan ini kalo kamu ga enjoy.."
Wajah mbak mira menengadah ke arahku. Kepala penisku masih dalam mulutnya sebelum kemudian melepaskannya.
"kamu ga pa-pa, van?"
"ga pa-pa sayang.. Ga harus koq.."
Mbak Mira terlihat lega..
Aku pun duduk di sebelah kanan mbak Mira.
"kamu mau,sayang? Aku dah siap koq" tanya mbak Mira.
"iya,sayang.. Aku mau bercinta denganmu sekarang" jawabku.

Merasa cukup dengan foreplay, mbak Mira mengangkat tubuhnya ke tengah ranjang. Kakinya pun segera dikangkangkan.
Aku dengan tidak membuang waktu lagi, segera mengangkang di depan vagina mbak Mira. Setelah mencium bibir mbak Mira, kutuntun penisku ke arah liang vagina mbak Mira. Terasa licinnya cairan pelumas vagina mbak Mira ketika ujung kepala penisku pertama kali bersentuhan.
Dengan perlahan tapi mantap kumasukkan kepala penisku ke dalam vagina mbak mira yang kukagumi itu.
Sedikit demi sedikit, penisku masuk dalam vagina mbak Mira. Sensasi luar biasa yang kurasakan sehari sebelumnya kembali kurasakan kini.
Akhirnya, seluruh penisku tertanam dalam vagina mbak mira. Sekali lagi kucium bibir mbak mira. Mbak mira pun memancingku untuk melakukan french kiss, dan kusambut. Sesekali kurasakan mbak mira memainkan otot kegelnya, sehingga kurasakan penisku seperti diurut-urut.
Dengan mendesah, mbak Mira berbisik.. "honey, please make love to me now..".
Mbak mira mengangkat kaosnya ke atas, sehingga aku dapat memandang kedua payudaranya.
Dengan posisi missionary aku mulai mengenjot. Cairan pelumas vagina yang begitu berlimpah membuat kami bisa melakukannya dengan cepat. Sesekali karena begitu semangat penisku terlepas dari cengkeraman vagina mbak Mira.
Dengan sigap, tangan mbak Mira menuntunnya penisku untuk kembali ke vaginanya.
Hentakan-hentakan penetrasiku menghasilkan bunyi berdecak. Maklumlah, vagina mbak Mira sangat basah. Tapi jujur saja, suara itu makin membuatku terpacu untuk bercinta. Mbak mira menikmati hentakan-hentakan yang terjadi, mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya. Mulutnya membuka, dan sekali-sekali lidahnya menjilati bibirnya. Payudara mbak mira yang sebagian masih ditutupi bra yang belum sempat dilepaskan tadi, bergoyang-goyang dengan gerakan memutar.
Sesekali mbak mira mengencangkan otot kegelnya, membuat penisku serasa dipijat-pijat benda empuk yang basah dan hangat.
Karenanya hari itu aku tidak bisa bertahan lama seperti sebelumnya.
Sekitar 5 menit setelah penetrasi awal, pertahananku jebol. Spermaku dengan kuatnya menyemprot dinding vagina mbak Mira. Untunglah tak lama kemudian mbak Mira orgasme untuk yang kedua kalinya hari itu.
Kami pun terkulai lemas beberapa saat, masih dalam posisi aku diatas mbak Mira, dengan penisku yang masih tertancap di vaginanya. Love juice kami berdua mengalir keluar dari vagina mbak Mira. Aku kuatir cairan itu akan mengotori seprei, jadi tanpa melepas kedua persatuan kelamin kami aku mengajak mbak mira mendekat ke meja samping ranjang untuk mengambil tissue. Lucu juga rasanya beringsut-ingsut seperti itu.
Setelah mengambil tissue, aku menaruh beberapa lembar untuk mengalasi pantat mbak Mira.
Sekali lagi bunyi plok seperti sumbat botol yang tercabut terdengar di ruangan itu, ketika aku mencabut penisku dari liang vagina mbak Mira.
Seluruh penisku berlumur cairan berwarna putih, demikian juga leher vagina mbak Mira.
Mbak Mira bangkit dan duduk. Dia mengambil tissue dan membersihkan penisku dari cairan. Baru setelah itu dia membersihkan vaginanya.
"gila van.. Enak banget..thank you ya.." kata mbak mira sambil memelukku.
"thanks to you too, honey.." kataku sambil mencium kening mbak Mira.
Kami pun berbaring dan untuk beberapa saat kami saling berangkulan. Terdiam, tapi saling membelai. Aku membelai rambut dan punggungnya, sedang mbak Mira membelai rambutku. Kami masih berciuman lagi, tapi kali ini dengan sangat lembut.
"sayang, terima kasih ya.. Aku bisa merasakan orgasme karena kamu.. Thank you.." kata mbak mira sambil menciumku di pipi kiri.
Mbak mira yang berbaring di sisi kiriku meletakkan tangan kirinya ke atas dadaku. Dia mengelus-ngelusnya, sambil menciumi leher dan pundak kiriku.
Untuk beberapa saat berikutnya kami tertidur sekitar setengah jam. Love making yang kami baru lakukan, ternyata cukup banyak menyedot tenaga kami.

Ketika aku terbangun kemudian, kudapati mbak Mira sedang menciumi dadaku. Pakaiannya sudah dirapikan (branya sudah dipakai kembali). Hanya saja dibalik selimut yang menutupi tubuh kami, kurasakan bawahan mbak Mira masih tetap belum ditutupi selembar kain pun. Aku tau hal itu karena di tangan kiriku terasa belaian bulu-bulu halus dari kemaluan mbak Mira. Kaki kirinya masih melingkar badanku. Payudaranya yang empuk terasa kenyal di lengan kiriku.
Kulihat jam tanganku, ternyata sudah pukul 16.50. Waktunya aku harus pulang, karena malam ini aku ada acara sosial. Mbak mira juga punya janji dengan kerabatnya malam itu.
"sayang, aku harus pulang dulu ya.." kataku sambil menatapnya.
"iya sayang.." kata mbak mira lembut.

Aku pun segera bangkit dari tempat tidur, dan bergegas ke toilet membersihkan sisa-sisa cairan senggama kami.
Sewaktu aku kembali, mbak mira masih di ranjang. Tapi dia dalam posisi duduk dengan bersandar ke tumpukan 3 bantal empuk. Wajahnya terlihat puas, namun ada kesan dia masih pengen aku tinggal disana menemaninya.
"sayang, maafin aku ya..aku ada acara sih.." kataku sambil membelai rambutnya dan mencium keningnya.
Mbak mira meraih tangan kiriku dan berkata "iya sayang.. Aku tau koq.."

Akupun berpakaian.
Tiba-tiba mbak mira berkata "are you coming back for me tonight?"
"l'll try my best then" kataku memandangnya.

Kemudian aku beranjak ke tempat mbak mira. Sekali lagi kukecup keningnya.
"sayang, hati-hati ya.." kata mbak mira yang kubalas dengan anggukan.
"sori aku ga ngantar kamu ke pintu.. Masih lemes banget karena ML tadi.." lanjut mbak Mira.
"suka ya sayang?" tanyaku..
"banget.. Tuh ampe lemes begini.. Hihi.. Kamu sih.." kata mbak Mira sambil mencubit perutku dengan manja.
"bye sayang.." kataku sambil mengecupnya sekali lagi.
Mata mbak mira mengikutiku sampai menghilang dibalik dinding toilet kamar hotel itu.
Aku pun keluar dari kamar itu dan menutup pintu. Akankah aku dapat kembali memadu kasih dengan mbak mira malam itu?

Sampai disini dulu cerita sex dengan tante mira, nantikan cerita sambungan nya di postingan berikutnya.

Unordered List